Mahasiswa MSM SBM ITB Tekankan Pentingnya Faktor Kearifan Lokal Sebagai Daya Tarik Utama Desa Wisata

Desa Wisata Penglipuran Bali / Foto: Dok. Dinas Pariwisata Provinsi Bali


Bandung, Beritainspiratif.com - Terdapat lima faktor yang perlu diperhatikan pemerintah dan pelaku wisata untuk meningkatkan minat wisatawan berkunjung ke desa wisata. Pemandangan alam dan keramahan orang lokal merupakan beberapa faktor penarik minat wisatawan berwisata ke desa.

Hal itu terungkap dari penelitian mahasiswa Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Intitut Teknologi Bandung (ITB) Putri Intan Sari bersama dosennya Yuliani Dwi Lestari. Putri bersama Yuliani menganalisa 464 ulasan wisatawan di laman TripAdvisor pada sembilan desa wisata di tiga wilayah yakni Danau Toba, Labuan Bajo, dan Mandalika. Data itu dikumpulkan dari Januari 2016 hingga Oktober 2019.

Selain pemandangan alam dan keramahan orang lokal, faktor lainnya yakni bangunan tradisional, cara hidup dan atmosfir yang ada. Lokasi desa wisata yang dikelilingi hutan, gunung dan pemandangan alam menjadi daya tarik utama wisatawan. Selain itu, pengalaman wisatawan dalam melakukan aktifitas, interaksi dan pengalaman unik ritual serta cara pandang orang lokal menjadi aspek tidak terlupakan oleh para wisatawan.

"Hal ini merupakan local wisdom (kearifan lokal) yang dimiliki desa tersebut. Seperti yang kita ketahui nilai local wisdom ini menjadi keuntungan bagi desa wisata dikarenakan tidak mudah ditiru oleh tempat wisata lain," ujar Putri.

Salah satu ulasan dalam laman TripAdvisor mengungkapkan bahwa atmosfir positif dan rasa bahagia pagi hari merupakan hal paling menarik dan memuaskan wisatawan. Namun, di sisi lain, terdapat hal yang perlu dikembangkan dan menjadi penyebab utama ketidakpuasan wisatawan. Di antaranya, cenderamata, harga masuk dan penjual cenderamata di desa tersebut.

Secara lebih detail, banyak wisatawan tidak puas dengan kualitas dan harga souvenir yang ada. Selain itu, wisatawan lainnya juga sering merasa kurang nyaman dengan metode penjualan cenderamata yang dilakukan karena terkesan memaksa.

"Temuan ini dapat menjadi fondasi perancangan strategi peningkatan kepuasan berwisata. Hal ini tentu saja diperlukan kolaborasi yang sinergis antara pihak manajer pengelola desa wisata dan pihak pemerintah," ucap Putri.

Pemasaran

Putri dan dosennya juga menjelaskan pentingnya pemasaran pariwisata dengan konsep “dari mulut ke mulut” atau word of mouth. Konsep tersebut telah berkembang sejak 1960.

"Terutama dengan konteks pariwisata, pengalaman yang dikemukakan oleh wisatawan ke orang lain terkait pelayanan yang ada memberikan pengaruh cukup besar kepada orang lain untuk mengunjungi tempat tersebut," kata Yuliani.

Dengan demikian, informasi positif terkait pengalaman wisatawan cukup krusial dalam menarik wisatawan, khususnya dari manca negara. Terlebih lagi, kecanggihan kondisi membuat orang dapat menyebarkan informasi pengalaman wisata melalui berbagai channel media yang sering disebut sebagai eWOM (e-word of mouth).

Dikatakan Yuliani, kepuasan dan pengalaman positif wisatawan yang disebarluaskan melalui berbagai media menjadi hal krusial bagi peningkatan intensi wisatawan baru terhadap desa wisata. Informasi negatif dari wisatawan mampu mendorong pilihan calon wisatawan untuk mengganti tujuan wisatanya ke tempat lain.

Indonesia telah mencanangkan sektor pariwisata sebagai agenda utama pembangunan ekonomi. Salah satu agenda utama pemerintah adalah program desa wisata. Berdasarkan SK Kementerian Pariwisata No. PM.26/UM.001/MKP/2010, desa wisata adalah bentuk integrasi atraksi, akomodasi dan penunjang fasilitas pada sebuah komunitas dengan tradisi lokal.

Hingga kini, desa wisata di Indonesia telah meningkat jumlahnya sebesar 33,18%. Namun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada 2018, masih ada 1.734 desa yang belum bisa menjadi desa wisata di Indonesia.

Peningkatan jumlah desa wisata diikuti dengan peningkatan jumlah wisatawan. Contohnya, Desa Penglipuran yang berlokasi di Kabupaten Bali mengalami peningkatan wisatawan dari 49.951 orang pada 2015 menjadi 247.636 orang pada 2018.*

Yanis

Berita Terkait