Mahasiswa MSM SBM ITB Mengeksplorasi Persamaan dan Perbedaan Sekolah Bisnis Antara Kelompok Negara Anglo Vs Asia Selatan



Bandung, Beritainspiratif.com - Kegiatan pendidikan di sekolah bisnis kelompok negara Anglo dan Asia Selatan dinilai telah sama-sama mempunyai komitmen menekankan penggunaan pembelajaran layanan dalam keberlanjutan pengajaran. Hal itu diketahui dari penelitian mahasiswa MSM Institut Teknologi Bandung (ITB) Haifa Labdhagati bersama pembimbingnya Andika Putra Pratama.

Haifa melakukan studi analisis konten melalui laporan Sharing Information on Progress (SIP) pada situs PRME (Principles for Responsible Management Education). Berdasarkan analisis data, ditemukan bahwa implementasi PRME pada kedua kelompok budaya tersebut memiliki persamaan walaupun dengan cara yang berbeda.

Namun, terdapat perbedaan dalam implementasi lanjutannya. Sekolah bisnis dalam kelompok negara Anglo telah melakukan perubahan menuju keberlanjutan secara menyeluruh dibandingkan dengan sekolah bisnis di kelompok Asia Selatan.

Dalam hal kontribusi terhadap penelitian, sebagian besar publikasi di kelompok Anglo berkontribusi pada SDG 16 (perdamaian, keadilan, dan kekuatan institusi), SDG 8 (pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi), SDG 11 (kota berkelanjutan dan masyarakat), SDG 13 (aksi iklim), dan SDG 3 (kesehatan dan kesejahteraan yang baik). Sementara di kelompok Asia Selatan, sebagian besar publikasi berkontribusi pada SDG 8, SDG 9 (industri, inovasi, dan infrastruktur), SDG 4 (pendidikan berkualitas), SDG 16, dan SDG 3.

Meskipun kedua kelompok budaya tersebut lebih memperhatikan kemakmuran (SDGs 7, 8, 9, 10, dan 11), sekolah bisnis Anglo juga berkontribusi pada tujuan yang lebih luas daripada sekolah bisnis yang berada di Asia Selatan.

"Terlepas dari banyaknya persamaan, perbedaan juga tetap ditemukan. Sehingga dalam konteks adopsi dan implementasi PRME, tidak ada 'satu ukuran yang cocok untuk semua' solusi," ucap Haifa.

Dikatakan Haifa, penelitiannya mengambil data laporan terbaru yang diunggah oleh sekolah bisnis di negara-negara Anglo dan Asia Selatan dari www.unprme.org per Desember 2019. PRME diperkenalkan oleh The United Nations Global Compact (UN Global Compact) pada acara UN Global Compact Leaders Summit pada 2007.

PRME merupakan jawaban dari tantangan sekolah-sekolah bisnis yang memberi edukasi para pelaku bisnis profesional untuk lebih menekankan bisnis yang bertanggungjawab dan berkelanjutan. PRME menganut 6 prinsip yang menekankan komitmen bagian-bagian sekolah bisnis untuk membuat kemajuan dalam implementasi pada institusi.

Keenam prinsip tersebut adalah purpose atau tujuan, values atau nilai, methods atau metode, research atau penelitian, partnership atau kemitraan, dan dialogue atau dialog atau diskusi. Laporan SIP yang diunggah ke situs PRME merupakan data yang mendemonstrasikan keenam prinsip dalam PRME tersebut.

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menemukan persamaan dan perbedaan implementasi PRME pada 2 kelompok budaya yang telah disebutkan. Implementasi tersebut akan dilihat dari 2 faktor yang berkaitan dengan sekolah bisnis yang diteliti, yaitu kegiatan pendidikan dan kontribusi penelitian yang telah dilakukan. Khususnya dalam penelitian, fokus penelitian akan diarahkan pada kontribusi penelitian yang telah dilakukan terhadap Sustainable Development Goals (SDGs).

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode analisis konten. Banyaknya laporan yang ada membuat peneliti memilih secara acak 31 sekolah bisnis dari kelompok Anglo dan 11 sekolah bisnis dari kelompok Asia Selatan berdasarkan kontribusi dan komitmen terhadap tujuan dan isu UN. Beberapa sekolah bisnis dalam kelompok Anglo berasal dari Australia, Kanada, Irlandia, Selandia Baru, Afrika Selatan, Inggris, dan Amerika Serikat. Sedangkan beberapa sekolah bisnis dalam kelompok Asia Selatan berasal dari India, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand.

Analisis data dilakukan menggunakan software Atlas.ti. Laporan dianalisis 2 atau 3 kali dimana yang pertama dlakukan dengan cara membaca data secara singkat, selanjutnya laporan dianalisis melalui prosedur koding terbuka.*

Yanis

Berita Terkait