Profil Ahmad Djuhara, Arsitek yang Jadi Nama Ruang Creative Center di Kota Cirebon

Gedung Kreatif Ahmad Djuhara untuk Creative Center Cirebon diresmikan Rabu (21/4/2021) / Foto: Humas Jabar


Kota Cirebon, Beritainspiratif.com - Gedung Creative Center di Kota Cirebon menjadi karya arsitek Ahmad Djuhara. Setahun sebelum gedung tersebut diresmikan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil pada Rabu (21/4/2021), Djuhara mengembuskan napas terakhir.

Untuk menghormati sang arsitek, Kang Emil --sapaan Ridwan Kamil-- memberi nama Gedung Creative Center tersebut dengan Ruang Kreatif Ahmad Djuhara. 

Kang Emil berharap dengan nama tersebut, semangat kreativitas yang terus dikobarkan Djuhara selama hidup merambat kepada generasi muda Jabar, khususnya Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan).

"Ada keharuan karena arsitek gedung ini adalah guru dan senior saya. Ketua arsitek se-Indonesia. Dari ribuan, ketuanya itu almarhum, namanya Ahmad Djuhara, yang senang dengan hal-hal inspiratif," kata Kang Emil saat meresmikan Gedung Creative Center Jabar di Kota Cirebon, Rabu (21/4/2021). 

"Saya beri nama Ruang Kreatif Ahmad Djuhara untuk memberikan semangat bahwa yang menciptakan sampai dia berpulang adalah orang kreatif. Maka, yang mengaktifkan ruang ini juga harus timbul-timbul api kreatif seperti yang mengarsitekinya," imbuhnya. 

Baca Juga: Gubernur Jabar Resmikan Revitalisasi Alun-alun Kejaksan Kota Cirebon

Djuhara merupakan Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) periode 2018-2021. Selama berkarier di dunia arsitektur, Djuhara meraih sejumlah penghargaan. Salah satunya Penghargaan III-Maket Terbaik dari International Architecture Biennale Rotterdam 2005 untuk Maket Batavia 1681.

Karya Djuhara yang melekat di dunia arsitektur Indonesia adalah Rumah Baja Wisnu. Hingga kini, karya tersebut masih berdiri dan sering dijadikan kajian studi mahasiswa arsitektur maupun arsitek pemula. 

Kang Emil tak ingin  gedung dengan luas lahan 27.315 meter persegi sampai kosong alias tidak digunakan. Ia lebih baik melihat berebut tempat ketimbang tidak ada yang mau datang, asalkan tetap dilakukan dengan prokes COVID-19 ketat. 

"Jangan sampai ruang kreasi ini tidak dipakai. Mending berebut daripada kosong tidak ada yang mau datang. Silakan mau pameran batik, olahraga, kesenian, seminar apapun selama tujuannya baik," ucapnya. 

Ruang Kreatif Ahmad Djuhara, kata Kang Emil, didirikan untuk meningkatkan kualitas peradaban bangsa dengan menginvestasikan semua yang dimiliki untuk kemajuan generasi muda.

"Kalau Indonesia mau jadi bangsa kuat, maka dari sekarang kita harus investasikan semua yang kita punya untuk kemajuan generasi muda," tuturnya.

Istri Ahmad Djuhara yang juga arsitek, Wendy Djuhara, berkeinginan ruang kreatif tersebut menjadi wadah bagi komunitas kreatif Ciayumajakuning mempertahankan budaya dan kesenian yang sudah ada sekaligus menciptakan produk seni budaya yang baru. 

"Kami ingin memberikan wadah untuk berkarya bagi komunitas kreatif Cirebon dan sekitarnya. Cirebon sudah terkenal sejak dahulu dengan berbagai produk budaya dan seninya. Baik dari batik, kerajinan, seni tari, kuliner yang khas, bahkan sampai arsitekturnya," ucap Wendy. 

"Semoga produk budaya yang baru juga dapat menggerakkan kembali ekonomi di Jabar," tambahnya. 

Sekilas Ahmad Djuhara

Dilansir berbagai sumber Ahmad Djuhara merupakan arsitek kelahiran Jakarta, 22 November 1966.  Dia meninggal dunia pada 27 Maret 2020 sebagai pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 di RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta. 

Dia meninggalkan seorang istri yang juga berprofesi sebagai arsitek, yakni Wendy Djuhara.   Ahmad Djuhara dikenal sebagai Ketua Ikatan Arsitek Indonesia selama 2 periode, masing-masing 2015-2018 dan 2018-2021.   

Alumni Universitas Katolik Parahyangan Bandung ini,  sebelum merancang gedung creative center di Cirebon, beberapa karya Ahmad Djuhara antara lain, Sugiharto Steel House dan Wisnu & Ndari House atau Rumah Baja Wisnu.   

Sugiharto Steel House berupa sebuah hunian berbiaya rendah di atas tanah 117 m2. Dia membuat struktur besi dan papan metal zyncalum sebagai material utama untuk mereduksi biaya material sampai tenaga kerja yang diperlukan.   Karyanya itu mengantarkan Ahmad Djuhara masuk sebagai short listed project dalam Aga Khan Award for Architecture 2004.   

Sementara, Rumah Baja Wisnu membuatnya diganjar Penghargaan Utama IAI Award 2008. Karya yang kerap dijadikan kajian studi mahasiswa arsitek dan pemuda ini, telah mempopulerkan Ahmad Djuhara dan menjadikannya arsitek yang disegani.   

Penghargaan

- Aga Khan Award for Architecture Cycle 2016 Hutong Children's Library and Art Centrr di Beijing, Cina.   

- Aga Khan Award for Architecture Cycle 2013 Museum of Handcraft Paper di Yunnan, Cina, 

- Penghargaan III - Maket Terbaik dari Internasional Architecture Biennale Rotterdam 2005 untuk Maket Batavia 1681, 

Ahmad Djuhara menjadi sosok penting di balik Undang Undang Arsitek Nomor 6 Tahun 2017 yang resmi melindungi profesi arsitek sejak 12 Juli 2017.  


(Ida)

Baca Juga: Rumah-murah-Rp200-juta-dekat-gor-persib-GBLA dan Stasiun Kereta Cepat Tegalluar

 

Berita Terkait