Bandung, Beritainspiratif.com - Wakil Dekan Bidang Sumberdaya SBM ITB, Reza Ashari Nasution, Ph.D., menjadi narasumber di acara Indonesia Industry Outlook 2021. Pada paparannya Reza bercerita bagaimana Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) menghadapi perubahan kebiasaan akibat pandemic Covid-19.

Pada awal Covid-19, SBM ITB membuat Tim Satgas Covid-19. Awalnya untuk mencegah penyebaran Covid-19 di kampus. Kemudian kampus memberikan bantuan full terhadap mahasiswa Bidikmisi.

“Dosen wali aktif memantau mahasiswanya, nanya kebutuhan sehari-hari, kita support bahan makanan. Bahkan meminjamkan laptop ke mahasiswa, memberikan bantuan internet,” tutur Reza saat menjadi pembicara di Indonesia Industry Outlook 2021 Conference dengan bahasan Online Learning Revolution: The Human Resources Challenges”.

“Masalah pembelajaran online di awal kan internet, kemudian perangkatnya. Jadi kami berikan internetnya, dibantu laptop atau ponselnya, dan support lainnya seperti uang saku bulanan. Hal ini ditetapkan dalam peraturan rektor,” tutur dia.

Baca Juga:Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi

Awalnya, hanya mahasiswa Bidikmisi yang mendapatkan bantuan. Namun lama-lama semua membutuhkan bantuan. Itulah mengapa ITB mencoba membantu semua dengan anggaran yang ada.

Masa darurat atau solusi jangka pendek ini dilakukan bersama-sama atau collective action sehingga adaptasi menjadi lebih ringan. Setelah masa darurat teratasi, dosen mulai menyiapkan materi yang bagus, dibantu ekosistem yang sudah dibangun SBM ITB sejak lama.

Baca Juga:Penyaluran-bansos-provinsi-jabar-tahap-iii-capai-48-persen

Sebenarnya, SBM ITB sejak lama sudah melihat tren pembelajaran online ke depan seiring revolusi 4.0. Karena itulah, jauh sebelum Covid-19, SBM ITB sudah memiliki sistem online.

Dengan cara ini, mahasiswa bisa melihat materi secara online, berbagai aktivitas online pun sudah ada.

“Kami membangun sistem, membuat aplikasi yang dibutuhkan, menyediakan bandwidth cukup besar. Ketika harus siap online, kita hanya butuh connecting internet di rumah. Ketika mau beradaptasi ga terlalu sulit, tinggal switch,” ucap dia.

Namun memang harus diakui, pembelajaran secara offline masih disukai. Karena ada interaksi, gesture tubuh, dan lainnya. Apalagi orang Indonesia sejak kecil dibiasakan belajar secara kolektif atau berkelompok dengan berbagai infrastruktur yang sudah disiapkan.

Saat pandemi, kondisi berubah. Siswa hingga mahasiswa dipaksa menjadi individualis, belajar mandiri, dengan menata semua infrastruktur sendiri. Meski demikian tetap saja pembelajaran online akan menjadi tren di masa depan dan SBM ITB terus menyempurnakan ekosistemnya.

Bahkan pada masa pandemic ini, terjadi peningkatan jumlah peserta didik baik S1, S2, dan S3. Hal ini karena dulu ada keterbatasan fisik sehingga tidak bisa. Karena itulah, SBM ITB membangun kelas hybrid yang mengombinasikan sekolah online dan offline.

“Rencana SBM ITB ke depan adalah system yang terkoneksi dengan sistem cerdas pembelajaran di masa depan yang memfasilitasi interaksi antar human, human to machine, dan machine to machine sehingga tercipta ekosistem pembelajaran yang personalized” Tutup Reza.

Sementara itu, menurut Yuswohady, Managing Partner Inventure “ Transisi pembelajaran dari offline ke online selama pandemi akan terus diadopsi di masa next normal. Hasil riset yang dilakukan Inventure menyebutkan bahwa 67,8% responden dari 441 responden mengatakan setuju. Alasannya meskipun vaksin sudah diproduksi, sekolah tatap muka masih belum memungkinkan mengingat masih ada potensi penularan virus yang sangat besar. 

"Bakal lamanya proses sekolah secara daring akibat kekhawatiran orang tua ini, maka transformasi menuju pembelajaran secara hibrid akan kian terwujud," kata Yuswohady

Namun, di sisi lain pembelajaran jarak jauh atau online membuat para orang tua khususnya yang work from home mengalami kerepotan karena harus mendampingi anaknya belajar. Dari riset yang dilakukan oleh Inventure, 69,8% responden yang rata-rata adalah orang tua menyatakan kerepotan dengan sistem pembelajaran jarak jauh karena harus mendampingi anak dalam belajar di rumah. 

Hasil selengkapnya dari survei akan ditulis dalam bentuk sebuah ebook berjudul "Indonesia Industry Outlook 2021: Consumer Megashifts Post COVID-19" yang diluncurkan dalam acara Indonesia Industry Outlook 2021 Conference, 4-6 November 2020. 

Konferensi besar secara daring ini menghadirkan 40 pembicara CEO/BOD dari 40 industri utama di Indonesia seperti: banking, telekomunikasi, properti, FMCG, retail, UKM , hingga sektor perguruan tinggi yang disampaikan oleh SBM ITB.

Yanis

Baca Juga:

1. Program Sedekah100, Solusi Masalah Anda Dengan Cara Berbagi

2. Pelayanan Umroh Terbaik dari PT. Albadriyah Wisata

3. Rumah-murah-Rp200-juta-dekat-gor-persib-GBLA dan Stasiun Kereta Cepat Tegalluar