- Pendidikan
- 21 Aug 2025
BERITAINSPIRATIF.COM - Peringatan Hari Juang Polri kembali digelar di Kota Surabaya. Upacara dijadwalkan berlangsung pada Kamis (21/8/2025) di depan Monumen Perjuangan Polri, Jalan Raya Darmo.
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Jules Abraham Abast mengatakan, upacara tahun ini merupakan peringatan kedua sejak ditetapkannya Hari Juang Polri. Tema yang diusung adalah “Dengan Semangat Hari Juang, Polri untuk Masyarakat Menuju Indonesia Maju.”
“Pada upacara tersebut, rencananya Bapak Kapolri akan bertindak sebagai Inspektur Upacara,” ujar Jules dalam keterangannya, Rabu (20/8/2025).
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) memiliki catatan penting dalam sejarah perjuangan bangsa. Tidak hanya hadir sebagai penegak hukum, Polri juga menjadi bagian dari garda terdepan dalam mempertahankan kemerdekaan di masa awal republik. Atas dasar itu, sejak 2024 Polri menetapkan 21 Agustus sebagai Hari Juang Polri.
Penetapan ini dituangkan dalam Keputusan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo Nomor 95/I/2024 tentang Hari Juang Polri pada 22 Januari 2024, serta Keputusan Kapolri Nomor KEP/1325/VII/2024 tentang Tata Upacara Hari Juang Polri pada 12 Agustus 2024. Momentum tersebut menegaskan bahwa kiprah polisi bukan sekadar catatan sejarah, melainkan inspirasi yang hidup bagi generasi penerus.
Baca Juga: Kapolri Resmi Lantik Irwasum, Kabaintelkam, Kabareskrim dan 6 Kapolda
Jejak Sejarah 21 Agustus 1945
Tanggal 21 Agustus 1945 menjadi tonggak lahirnya Polisi Republik Indonesia. Inspektur Polisi Kelas I Moehammad Jasin, yang saat itu memimpin Polisi Istimewa (Tokubetsu Keisatsutai), memproklamasikan berdirinya Polisi Republik Indonesia, hanya dua hari setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan.
Dengan persenjataan lengkap dan organisasi yang terlatih, Polisi Istimewa tidak hanya menjaga keamanan, tetapi juga terlibat langsung dalam pertempuran, terutama di Surabaya. Peran ini menegaskan posisi polisi sebagai bagian dari kekuatan rakyat dalam mempertahankan kedaulatan bangsa.
Dari Gagasan hingga Penetapan
Gagasan menjadikan 21 Agustus sebagai Hari Perjuangan Polri pertama kali dicetuskan oleh Komjen Pol (Purn) Arif Wachyunadi pada 2010. Ia mendorong penguatan nilai kepahlawanan di tubuh Polri melalui diskusi sejarah, sarasehan, hingga melibatkan akademisi.
Upaya ini semakin mendapat legitimasi setelah pemerintah menetapkan Moehammad Jasin sebagai Pahlawan Nasional pada 2015. Pengakuan tersebut memperkokoh landasan historis lahirnya Hari Perjuangan Polri.
Baca Juga: 8 Perwira Polri Penerima Beasiswa LPDP Ikuti Upacara HUT RI di London
Simbol Kepahlawanan
Hari Perjuangan Polri tidak hanya diperingati lewat seremoni, tetapi juga sebagai simbol dedikasi, loyalitas, dan pengabdian polisi bagi bangsa. Kepahlawanan yang diteladankan tidak sekadar lewat pertempuran fisik, melainkan juga melalui tanggung jawab moral dalam melindungi masyarakat.
Di era modern, peringatan ini menjadi pengingat bagi generasi muda, baik di dalam maupun di luar institusi Polri, untuk meneladani semangat nasionalisme. Sejumlah kegiatan seperti upacara, pameran sejarah, diskusi publik, hingga sarasehan tentang perjuangan polisi digelar sebagai sarana edukasi.
Melalui momentum ini, diharapkan generasi penerus mampu menumbuhkan kesadaran menjaga kedaulatan bangsa sekaligus meneguhkan peran sebagai warga negara yang bertanggung jawab.
Baca Juga: 2 Pemain Muda PERSIB Dipanggil PSSI Gabung Timnas U-23
Dikutip berbagai sumber, M. Jasin lahir pada 9 Juni 1920 di Bau-Bau, Buton, Sulawesi. Ayahnya, Haji Mekah, berasal dari Bone, sementara ibunya, Siti Rugayah, berasal dari Maros. Ia merupakan anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga.
Komjen Pol. (Purn) Dr. H. Moehammad Jasin wafat pada 3 Mei 2012 di RS Polri Kramat Jati, Jakarta, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Atas jasa-jasanya yang luar biasa, Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden No. 116/TK/Tahun 2015 menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada M. Jasin.
Ia menjadi polisi pertama dalam sejarah Republik Indonesia yang memperoleh gelar tersebut. Penghargaan ini menegaskan perannya sebagai tokoh pejuang, pendiri Brimob, serta sosok polisi teladan yang tidak hanya berjuang di medan tempur, tetapi juga di panggung diplomasi dan kenegaraan.
Ketika pertempuran 10 November 1945 meletus, Jasin mengumumkan bahwa pasukan Polisi Istimewa telah dimiliterisasi dan ikut bertempur melawan Sekutu.
Nama M. Jasin tidak dapat dipisahkan dari sejarah Brigade Mobil (Brimob). Pada November 1946, melalui konferensi Djawatan Kepolisian Negara di Purwokerto, ia diangkat sebagai Komandan Mobiele Brigade Besar (MBB) Jawa Timur.