UNIK! Ayah dan Anak Kompak, Lulus dan Wisuda Bareng di UI

Haura Fatima (anak) dan Ari Wahyudi Hertanto (Ayah) usai mengikuti prosesi Wisuda Tahun Akademik Semester Gasal 2023/2024 yang berlangsung di Balairung UI, Sabtu (2/3/2024) / dok. UI


BERITAINSPIRATIF.COM - Ari Wahyudi Hertanto, Staf Pengajar Bidang Studi Dasar-Dasar Ilmu Hukum Fakultas Hukum (FH) Universitas Indonesia (UI), tidak menyangka bisa merayakan keberhasilan studinya bersama sang putri tercinta, Haura Fatima. Pada prosesi Wisuda Tahun Akademik Semester Gasal 2023/2024 yang berlangsung di Balairung UI, Sabtu (2/3), pasangan ayah-anak tersebut merayakan momen wisuda bersama setelah keduanya masing-masing menamatkan pendidikan Doktor dan Sarjana di FHUI.

“Momen wisuda bersama anak merupakan rezeki yang luar biasa. Kesempatan ini mungkin tidak akan berulang. Saya hanya bisa bersyukur, alhamdulillah, tanpa direncanakan, jalannya memang harus seperti ini. Akhirnya, bisa sama-sama menamatkan studi hingga selesai, kata Ari dikutip laman resmi UI.

Wisuda bersama sang anak memang bukanlah hal yang direncanakan Ari. Alih-alih menamatkan pendidikan tepat waktu, ia justru memperpanjang masa studinya hingga dua semester karena beberapa anggota keluarganya (nenek, ayah, dan kerabat) berpulang pada rentang yang berdekatan. Ia pun harus menunda risetnya beberapa waktu untuk fokus mengurus keluarganya. Meski begitu, kesabarannya kini berbuah manis. Ia bisa bersanding dengan sang putri pada momen kelulusannya. Kebahagiaan bertambah saat nama Haura masuk dalam deret lulusan berpredikat Cumlaude, dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,63.

Baca Juga: Rekor! UI Cetak 16 Wisudawan Pascasarjana Predikat 'Summa Culaude' IPK 4.0

Menurut Ari, kekompakannya dengan sang anak dalam menempuh pendidikan di UI sedikit banyak dipengaruhi oleh keluarga yang berlatar belakang pelajar. Dulu, kakeknya merupakan pelajar di Zaman Belanda, sementara ayahnya merupakan pengajar di UI. Keberadaan saya di FH sebetulnya melanjutkan apa yang sudah dilakukan oleh ayah saya, Wahyono Dharmabrata yang merupakan Guru Besar di FHUI. Ayah saya 8 bersaudara, 7 di antaranya merupakan dosen, 6 di UI dan 1 di UGM. Jadi, darah kuning memang sudah mengalir di keluarga kami, ujarnya sambil tertawa.

Namun, meski lahir dari keluarga berdarah kuning”, Ari selalu menanamkan pada anaknya untuk tidak membawa nama keluarganya selama menempuh pendidikan di UI. Karena itulah, hingga masa kelulusannya, banyak yang tidak tahu bahwa keduanya memiliki relasi keluarga. Ari merasa bangga karena yang dicapai anaknya saat ini bukan atas campur tangannya sebagai orang tua, melainkan atas kerja keras sendiri.

“Saya tidak pernah memanjakan dia. Sebagai orang tua, preferensi saya adalah menjadi bad cop agar anak saya bisa menapaki kariernya bukan karena apa yang sudah diraih orang tuanya. Dia harus bisa membuat jalannya sendiri. Namun, beratnya adalah saya harus bisa memberikan teladan yang baik agar yang diambil dari saya adalah hal-hal yang positif, ujar Ari.

Baca Juga: GRATIS! Pemkot Bandung Gelar Vaksin Rabies dan Sterilisasi Kucing Liar, Daftar Disini!

Ketertarikan Haura pada ilmu hukum memang tidak terlepas dari figur ayah dan kakeknya. Sejak kecil, keduanya selalu menanamkan bahwa ilmu hukum perlu dipelajari untuk mengetahui hak dan integritas manusia. Untuk itu, ia berjuang keras dan belajar sungguh-sungguh hingga mendapatkan gelar sarjana dari FHUI. Kepekaannya terhadap ilmu hukum terlihat dari riset yang dilakukannya. Dengan mengangkat topik keselamatan kerja di atas kapal, Haura mengulas permasalahan yang sering dihadapi para buruh kapal. Ia pun membandingkan bagaimana peraturan dibuat oleh sebuah perusahaan dan diimplementasikan di lapangan.

Berbeda dengan sang anak, Ari justru tertarik untuk meneliti permasalahan yang tidak populer, namun bersifat hakiki. Ia mengulas topik disertasi mengenai lansia. Menurutnya, kehidupan orang-orang yang memasuki masa lansia tidak seindah kehidupan masa muda mereka. Lansia kurang diapresiasi di Indonesia, terutama terkait produk perundang-undangan. Padahal, ini seharusnya menjadi perhatian karena setiap orang pasti akan menjadi tua. Oleh karena itu, negara perlu untuk memberikan perhatian yang lebih dan hati-hati dalam merumuskan Undang-Undang terkait lansia.

Setelah kelulusannya ini, Ari mendukung penuh langkah anaknya untuk mencapai apa yang telah dicita-citakannya. Ia juga berharap ke depannya dapat memfokuskan diri pada penelitian, kajian, dan pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam rangka peringatan 100 tahun FHUI, tahun ini saya akan meluncurkan empat buku yang terdiri atas disertasi saya serta buku lainnya yang mengulas tentang hukum perdata, ilmu negara, dan legal opinion, kata Ari.

Lihat Berita dan Artikel lainnya di: Google News 

Berita Terkait