Siti Muntamah Oded: Kartini Masa Kini Harus Memiliki Tiga Dasar

Ketua TP-PKK Kota Bandung Siti Muntamah Oded Istri Walikota Bandung / Foto: Prokopim Kota Bandung


Bandung, Beritainspiratif.com - Di Masa Pandemi Covid-19 saat ini mengisahkan sebuah tantangan dan dinamika di dalam kehidupan, terutama keluarga, tak terkecuali Kota Bandung. 

Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada sisi kesehatan dan ekonomi, tetapi kita dalam berkegiatan pun harus melakukannya prioritas di dalam rumah.

Ketua TP-PKK Kota Bandung, Siti Muntamah mengungkapkan situasi ini telah menyebabkan interaksi sosial dalam keluarga mengalami dinamika, dan menjadikan peran Ibu menjadi semakin penting dalam keluarga di situasi seperti sekarang ini.

Adanya perbedaan zona generasi antara orang tua dan anak, seringkali menyebabkan ketidaksinambungan antara harapan orang tua dan anak. Apalagi komunikasi orang tua dan anak kurang baik.

Orang tua lahir di zaman boomers, sementara anak lahir di zaman generasi Z. Generasi ini lahir beriringan dengan dunia gawai yang melahirkan ribuan informasi yang bisa diakses dengan mudah.

"Dari sinilah terjadi ketidaksinambungan antara orang tua dan anak. Orang tua tidak mampu menyeimbangi anak, begitu pula anak seringkali menutup diri dan lebih asyik dengan dunianya sendiri," kata Siti.

Baca Juga: Ridwan Kamil Tinjau Proses Daur Ulang Sampah Plastik di Bandung Barat

Siti melihat, dari fenomena inilah lahir kasus-kasus kekerasan terhadap anak termasuk lost edukasi yang kian tinggi. Padahal di tengah situasi saat ini, anak sangat membutuhkan peran orang tua untuk membantunya dalam belajar (Pembelajaran Jarak Jauh).

“Maka perlu dihadapi dengan bijak dan arif, kasih sayang dan tanggung jawab,” tutur Siti.

Bertepatan dengan Hari Kartini yang jatuh pada 21 April, Siti menilai fenomena ini mengingatkan pada situasi sulit di zaman Kartini. Namun Kartini mampu menghadirkan sebuah kebijakan fenomenal untuk mengetahui hal yang harus dilakukan seorang perempuan ketika berada dalam satu tantangan tanggung jawab.

“Tapi saat itu dengan kelurusan budi dan perilakunya, ketaatan kepada agama, orang tua, dan suami, melahirkan Kartini yang memiliki jiwa yang lurus, itu terlihat dari isi surat-suratnya,” ungkapnya.

Bahkan menurutnya, Kartini merupakan sosok yang berbudi pekerti, dan shalihah. Terlihat dari isi surat-suratnya dalam sebuah buku berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Kartini memilih taat kepada ayahnya, meski saat itu di usianya yang masih belia dijodohkan dengan seorang laki-laki yang sudah pernah menikah.

“Kartini itu dia taat kepada ayah dan suaminya, tak ada dia protes. Tapi dia mengambil ini karena mungkin itu jalan menuju Tuhannya,” tuturnya.

Mengutip surat Kartini yang ditujukan Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1901, Siti menyebut Kartini sebagai akaelerator bagi perempuan yang lain.

Salah satu kutipan surat tersebut berbunyi, "Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak wanita, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak wanita itu menjadi saingan laki-laki dalam hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam (sunatullah) sendiri ke dalam tangannya : menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama".

“Dalam suratnya juga menceritakan keinginan dia untuk menjadi akselerator bagi perempuan-perempuan yang lain supaya memiliki skill untuk menata dan meningkatkan kualitas hidupnya,” ungkap Siti.

Melalui sekolah yang dibangunnya, Kartini ingin mencerdaskan, meningkatkan literasi, kualitas dan peran serta tugas perempuan. “Supaya ketika dia menjadi ibu dan istri, dia mampu menata dan menjaga situasi rumah dengan sangat baik,” imbuh Siti.

Melihat fenomena saat ini, menjadi tantangan yang sangat besar bagi Kartini-Kartini di keluarga untuk tetap melahirkan generasi berkualitas, sekaligus menjadi pemenang dalam menghadapi fenomena dari pandemi.

“Anak-anak tetap harus memiliki kecerdasan spiritual, emosional, sosial, leadership dan itu dirangkum dengan segala kesulitan bisa diatasi, tentu dimulai dari keluarga,” tutur Siti yang juga menjabat Ketua Pusat Pembelajaran Keluarga.

Siti berpandangan, Kartini masa kini harus memiliki tiga dasar untuk bisa menjalankan peran dan tugasnya dalam rumah tangga, termasuk menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya.

Sebab Indonesia saat ini membutuhkan keluarga yang mampu melahirkan anak berkualitas, mengingat masa depan bangsa memiliki tantangan dan cita-cita mulia yang tertulis di dalam UUD yaitu melahirkan bangsa yang berdaulat, adil, dan makmur.

Tiga dasar yang harus dimiliki Kartini masa kini:

Pertama, memiliki kelurusan dalam pengabdian kepada Tuhan, yakni dengan menjadikan para pendahulunya menjadi kiblat. 

“Kartini mengajarkan sosok perempuan yang shalihah, berilmu, dan sosial. Saya melihat sosok Kartini ini sosok khadijah di jamannya, ” tuturnya.

Kedua, literasi. Perempuan hari ini harus berliterasi sekaligus mampu meningkatkan indeks literasi. 

“Mari menjadi perempuan, kenali diri dan potensi, dan tingkatkan literasi,” seru Siti yang juga menjabat Ketua FBS (Forum Bandung Sehat).

Ketiga, berbagi dengan sesama. Meski dalam kesulitan, perempuan tetap memiliki tugas sangat besar untuk mengembangkan tanggung jawab sosial kepada sesama.

“Bukan hanya berbagi materi, tapi disini berbagi keteladanan, inspirasi, motivasi, dan spirit bahwa kita berada di dalam satu ruang yang sama, melewati masa yang sama dengan tujuan yang sudah jelas, dan sama,” terang Siti di Prokopim Kota Bandung.

“Yaitu menghadirkan kehidupan yang baik di masa yang akan datang, terselamatkan anak-anak kita, dan Kota Bandung harus menjadi Kota penyumbang pahlawan terbanyak,” imbuhnya.

RV/-

Baca Juga: Rumah-murah-Rp200-juta-dekat-gor-persib-GBLA dan Stasiun Kereta Cepat Tegalluar

Berita Terkait