Jakarta, Beritainspiratif.com - Wakil Presiden K.H Ma’ruf Amin membuka Konvensi Nasional Humas 2020 (KNH20) yang diselenggarakan Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) melalui webinar dengan tema Humas Pemerintah: Membangun Kepercayaan Publik yang diikuti juga Beritainspiratif.com, Jumat (4/12/2020).

Acara yang dipandu Ketua Perhumas BPC Medan Saurma MGP Siahaan, menampilkan tiga pembicara pada webinar sesi 2 Konvensi Nasional Humas 2020 (KNH20) yakni Direktur Komunikasi Bank Indonesia Muhammad Nur, Dr Raditya Jati Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.  

Baca Juga:Ridwan-kamil-lantik-7-komisioner-kpid-jabar-periode-2020-2023

Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Muhammad Nur menyampaikan bahwa komunikasi diikuti dengan kebijakan sangat berpengaruh terhadap kepercayaan dan keyakinan. Termasuk upaya menarik minat investasi asing kembali masuk ke Indonesia serta memperkuat nilai tukar rupiah pasca-pandemi Covid-19.

“Awal pandemi Covid-19, tekanan terhadap nilai tukar rupiah besar sekali. Adanya arus modal yang keluar dari Indonesia pun sangat besar. Berapa kebijakan yang diambil, kami komunikasikan kepada stakeholders, baik di dalam maupun luar negeri. Dalam kondisi ini membutuhkan keyakinan. Tentunya, data dan informasi dapat memberikan keyakinan (ekspektasi) dan menciptakan truts (kepercayaan),” ungkap Nur.

Dengarkan : Mars Perhumas Versi KNH 2020

Menurut dia, upaya tersebut bisa diikuti perkembangannya. Kembalinya investasi  modal asing masuk ke Indonesia, diikuti menguatnya nilai tukar rupiah yang hampir menembus angka 16 ribu. Setelah dilakukan komunikasi yang intens, lanjut Nur, maka nilai tukar rupiah kembali pada nilai sesungguhnya, kembali pada normal sekitar 14 ribuan.

“Mahal sekali dampak ketidakpercayaan asing terhadap kondisi yang ada di Indonesia terkait dalam bidang perekonomian dan sistem keuangan. Dampak pandemi sudah mengganggu dari sisi kesehatan dan bidang ekonomi. Apalagi ditambah ketidakpercayaan asing. Tentu akan membuat Indonesia semakin terpuruk lagi,” tegas Nur.

Dengan upaya komunikasi, koordinasi, tambah dia, akhirnya Indonesia bisa menghadapi pandemi jauh lebih bagus dari negara lain.

“Rupiah relatif stabil, inflasi relatif terkendali, aliran modal asing sudah kembali lagi,” serunya.

M. Nur menegaskan upaya-upaya mengomunikasikan kebijakan di masa krisis ini melalui tiga langkah.

Pertama, berdasarkan data, informasi, dan riset dikomunikasikan dengan jelas.

Kedua, mengevaluasi kondisi yang terjadi hari demi hari sehingga bisa memberi respons kebijakan untuk mengatasi masalah yang seusai dengan kebutuhan pasar.

Ketiga, punya satu strategi komunikasi kapan kami harus masuk.

Nur menambahkan, bagaimana Bank Indonesia membangun kepercayaan stakeholders di era pandemi Covid-19. diceritakan bahwa hampir seluruh bank sentral di seluruh dunia bagaikan menara gading. Hampir tidak bisa disentuh. Mungkin relatif tertutup atau banyak rahasianya. Berbeda dengan kondisi pasca 1990, lanjut Nur, kebijakan bank sentral yang tertutup menjadi pertimbangan. Salah satunya kondisi pasar global belum begitu canggih.

“Dulu kami meyakini informasi yang asimetris dapat memengaruhi kebijakan strategis di bidang moneter. Informasi kebijakan yang terbuka dapat memengaruhi efektifitas kebijakan di bidang moneter. Namun di era 90-an informasi sudah mulai terbuka dan pasar global sudah berkembang. Keterbukaan dalam komunikasi menjadi hal yang penting bagi semua. Mungkin itu pengantar evolusi komunikasi di bank sentral,” paparnya.

Nur menjelaskan, mengapa dalam klaster 1990 komunikasi bank sentral sudah semakin terbuka. Nur mengungkapkan, komunikasi itu bagian dari kebijakan. Dikatakannya, sebagai bank sentral yang dihasilkan adalah kebijakan, baik dari bidang monenter, maupun pembayaran.

“Kalau komunikasi tertutup maka kebijakan yang dikeluarkan akan sulit diketahui stakholders Bank Indonesia, baik di pemerintahan lembaga, akademisi, perbankan dan masyarakat secara umum. Komunikasi bagian dari kebijakan itu sendiri. Karena kebijakan dikeluarkan untuk dipahami dan nantinya diikuti seluruh masyarakat untuk mendukung pembangunan di Indonesia. Misalnya terkait dengan suku bunga dan sebagainya,” jelasnya.

Ditambahkan Nur, kebijakan Bank Indonesia sebagai bank sentral ditunggu oleh para stakehoders, termasuk para investor. Bagaimana membangun ekspektasi dan truts ditengah krisis akibat pandemi. Stakeholders, paparnya, sangat bervariasi, seperti pemerintah, parlemen, pengamat ekonomi, akademisi.

“Bagaimana kami bisa mengelola ekspektasi, literasi, transparansi dan responsibilitas terhadap stakeholders,” pungkasnya.

Yanis

Baca Juga: