Tradisi Masyarakat dalam Menyambut Malam 1 Suro



Beritainspiratif.com - Berbagai acara menyambut tahun baru Islam yang jatuh tiap malam 1 Suro atau yang tahun ini jatuh pada tanggal 11 September 2018 telah menjadi agenda tahunan masyarakat di berbagai kota di Pulau Jawa, dengan menyelengarakan berbagai acara khas seperti ritual tirakat, kungkum, lek-lekan (tidak tidur semalaman).

Budaya yang kental di Indonesia hingga meluas mulai dari tingkat desa hingga kabupaten, yang memiliki tradisi berbeda-beda dalam menyambut acara tersebut. Dengan kepercayaan dan mitos yang sudah berkembang sejak dulu kala di masyarakat secara turun temurun hingga mengakar sampai saat ini.

Masyarakat pun ada yang menyepi di beberapa tempat yang dianggap sakral seperti di puncak gunung, tepi laut dan sebagainya.

Ritual 1 Suro telah dikenal masyarakat Jawa sejak masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645 Masehi). Di Jawa, bulan Suro dianggap sebagai bulan yang sakral atau suci, bulan yang tepat untuk melakukan renungan, tafakur, dan introspeksi untuk mendekatkan dengan Yang Maha Kuasa.

Dilansir dari brilio.net cara yang biasa digunakan masyarakat Jawa untuk berinstrospeksi adalah sebagai berikut :

1.Lelaku, yaitu mengendalikan hawa nafsu. Lelaku malam 1 Suro, tepat pada pukul 24.00 saat pergantian tahun Jawa, diadakan secara serempak di Kraton Ngayogyakarta dan Surakarta Hadiningrat sebagai pusat kebudayaan Jawa.

2.Di Kraton Surakarta Hadiningrat kirab malam 1 Suro dipimpin oleh Kebo Bule Kyai Slamet sebagai Cucuking Lampah. Kebo Bule merupakan hewan kesayangan Susuhunan yang dianggap keramat. Di belakang Kebo Bule barisan berikutnya adalah para putra Sentana Dalem (kerabat keraton) yang membawa pusaka, kemudian diikuti masyarakat Solo dan sekitarnya seperti Karanganyar, Boyolali, Sragen dan Wonogiri.

3.Di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat memperingati malam 1 Suro dengan cara mengarak benda pusaka mengelilingi benteng kraton yang diikuti oleh ribuan warga Yogyakarta dan sekitarnya. Selama melakukan ritual mubeng beteng tidak diperkenankan untuk berbicara seperti halnya orang sedang bertapa. Inilah yang dikenal dengan istilah tapa mbisu mubeng beteng.

4.Di Makassar memiliki tradisi unik menyambut tahun baru Islam. Salah satunya yaitu membeli peralatan rumah tangga di toko-toko, tak ayal toko peralatan rumah tangga pun mendadak ramai dikunjungi pada 10 hari pertama di bulan Muharram.

Kebanyakan barang yang di beli merupakan barang-barang yang berfungsi untuk menampung seperti gelas, mangkok, gayung, baskom, ember, dan lain-lain. Harapannya agar mendapatkan berkah dan memperoleh rejeki yang lebih banyak di tahun yang baru.

Yanis

Berita Terkait