Tradisi Lebaran di Desa Ini, Warga Muslim Berkunjung Ke Warga Non Muslim



Paliyan, Beritainspiratif.com - Paliyan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Disini ada tradisi lebaran yang cukup unik yang dijumpai di Padukuhan Singkil, Desa Giring, Kecamatan Paliyan. Di daerah ini, seluruh warga ikut merayakan lebaran. Tak hanya warga muslim saja, namun warga penganut agama lainnya juga ikut merayakan hari besar agama Islam ini.

Tradisi disini apabila usai melaksanakan Shalat Ied, warga muslim kemudian berkeliling mendatangi rumah sesepuh desa serta warga non muslim untuk menggelar halal bi halal.

Warga non muslim di wilayah tersebut pun menyambut dengan penuh suka cita kedatangan para warga muslim. Sejumlah cemilan ringan, minuman hingga makanan disuguhkan untuk menjamu warga muslim yang datang.

Suasana tersebut mulai terlihat pada pukul 08.00 WIB Rabu pagi, (5/6/2019), usai menggelar Shalat Ied yang dilaksanakan di lapangan SD Sanjaya di Padukuhan Pengos, Desa Giring, Kecamatan Paliyan, warga muslim yang terdiri dari ratusan warga dari anak-anak hinga lansia berjalan kaki ke arah selatan menuju Padukuhan Singkil.

Usai Shalat Ied, dengan masih mengenakan busana muslim, peci, sarung dan baju koko bagi pria serta busana hijab untuk para wanita, mereka mendatangi satu persatu rumah warga non muslim dan para sesepuh wilayah. Mereka secara berkelompok datang dan mengucapkan permintaan maaf atas segala tindakan maupun ucapan yang pernah diperbuat selama hidup bermasyarakat.

Warga non muslim yang dikunjungi warga muslim bersungkeman kemudian mempersilahkan warga muslim untuk menyantap hidangan yang telah di sediakan.

Dilansir dari Pidjar.com sebagaimana diungkapkan oleh tokoh warga muslim setempat, Parmana, tradisi yang ada di Padukuhan Singkil ini memang cukup unik. Adanya tradisi halal bi halal keliling tersebut lantaran adanya keberagaman agama di antara warga Singkil. Tradisi semacam ini membuat hari raya Idul Fitri di Singkil semakin kental terasa.

“Karena kita terdiri dari elemen agama yngg berbeda beda dan kita bertetangga tentunya banyak salah ucap perilaku kepada semua warga di lingkungan sekitar kita,” ucap Parmana.

Ia menjelaskan, kedatangan warga muslim ke rumah-rumah warga non muslim untuk silaturahi meminta maaf pada momentum lebaran ini. Dirinya menilai, dari tahun ke tahun sambutan warga non muslim sendiri cukup luar biasa. Hal ini berimbas pada rasa persaudaraan antar masyarakat yang semakin erat.

“Tahun demi tahun sambutan yang luar biasa warga non muslim membuat warga muslim semakin erat menjaga tali persaudaraan warga khususnya di Padukuhan Singkil. Berbeda-beda agama namun tetep guyup rukun,” terang dia.

Ke depan, dirinya berharap tradisi seperti ini masih terus dilakukan oleh generasi selanjutnya. Untuk itu, ia sebagai salah satu warga muslim yang dituakan mempunyai kewajiban untuk menularkan tradisi ini kepada anak cucu.

“Harus dilanjutkan, tugas kami sebagai yang dituakan mendidik generasi muda untuk tetap sungkem kepada orang-orang yang dituakan,” kata dia.

Sementara itu, salah seorang warga non muslim, Norbertus Wiyana mengaku merasa sangat senang dikunjungi warga muslim dalam momen hari raya ini. Senada dengan Parmana, tradisi seperti ini dianggap mampu mempererat persaudaraan ditengah keberagaman yang ada. Ia menyatakan, lantaran tradisi ini, ia merasa bahwa hari raya Idul Fitri ini turut pula dirayakan oleh kalangan warga non muslim di Singkil.

“Karena kita hidup bertetangga, harus guyup rukun, saling membantu dan tidak membeda-bedakan. Kita semua saudara yang wajib guyup rukun,” ujarnya.

Ia menambahkan, untuk persiapan sendiri dilakunan sejak jauh-jauh hari. Baik dari tempat maupun hidangan yang disuguhkan. Ia berharap, warga masyarakt dapat hidup berdampingan dan senantiasa digelimangi cinta kasih. (Yanis)

Berita Terkait