Target UPI Miliki 120 Guru Besar, Akan Tercapai Pada Akhir Tahun 2019



Bandung,Beritainspiratif.com - Jumlah Guru Besar Universiras Pendidikan Indonesia (UPI), ahir tahun 2019 ini akan mencapai proporsi ideal.

Rekror UPI Prof.DR HR. Asep Kadarohman mengatakan saat ini jumlah guru besar yang ada 116 orang. Pada ahir tahun 2019, jumlahnya akan bertambah menjadi 120 orang, proporsi ideal yaitu 10 persen dari jumlah mahasiswa yang sekarang ini mencapai 1.206 orang.

"Ahir tahun 2019, jumlah guru besar sudah mencapai proporsi ideal 120 orang bahkan lebih, karena tahun ini ada 10 orang yang diajukan ke pusat untuk jadi guru besar," kata Rektor usai menghadiri penyampaian pidato kehormatan tiga guru besar purnabakti, di gedung Achmad Sanusi UPI jalan Setiabudhi kota Bandung, Kamis (17/10/2019).

Rektor mengatakan pihaknya terus mendorong para dosen untuk menjadi guru besar (profesor), dengan melakukan riset dan mempublikasikan hasil karyanya.

Untuk menjadi guru besar lanjut Rektor tidaklah sulit. Masalahnya tergantung pada keinginan dari dosen yang bersangkutan, karena ada juga yang tidak mau menjadi guru besar.

"Sebetulnya dosen yang menyandang gelar Doktor, secara akademik sudah memenuhi syarat menjadi guru besar. Namun untuk menjadi guru besar tidak cukup hanya cerdas dan memiliki intelektual tinggi, tapi juga harus memiliki emotional stability. Dia juga harus mempublikasikan karyanya pada jurnal ilmiah yang bereputasi," ucapnya.

Selain pengukuhan guru besar untuk meningkatkan jumlah guri besar, lanjut Rektor pihaknya juga memberi kesempatan kepada guru besar purnabakti menjadi dosen dengan perjanjian kerja dan menjadi guru besar emeritus. Saat ini di UPI terdapat 8 guru besar emeritus.

Pidato kehormatan guru besar purnabakti disampaikan oleh Prof. DR. Liliasari, Prof. DR. H. Ishak Abdulhak dan Prof. DR. H. Ahmad Munandar.

Ketua Dewan Guru Besar UPI Prof.DR Karim Suryadi berharap, pidato kehormatan guru besar purnabakti menjadi tradisi akademik.

"Secara historis keprofesoran itu terkait dengan kata profes artinya memiliki (pendirian). Jadi seorang profesor bukan hanya mengajar, tapi ia juga menyampaikan gagasan dan pikiran yg menjadi kemandiriannya itu ke masyarakat yang lebih luas," ujarnya.

Menurutnya tradisi keprofesoran sudah menjadi budaya di universitas-universitas Eropa, bahkan sebelum abad pertengahan.

"Jadi acara ini menghidupkan kembali tradidi akademik di universitas, sehingga pada saat pensiun ia menyampaikan pertanggung jawaban akademiknya. Maka dia akan mulai mengidentifikasi prestasi baiknya yang akan diwariskan kepada mahasiswa, masyarakat dan bangsa. Itu tujuan kita menggelar pidato kehormatan ini," pungkasnya. (Ida)

Berita Terkait