Sosok Sugiarto Penerima Kalpataru yang Berjuang Melawan Pencemaran Sungai



Pasuruan, Beritainspiratif.com - Sugiarto (46), pria asal Desa Cowek, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, berjuang melawan pencemaran sungai. Sugiarto mengungkap bahwa sungai merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat. Jika sungai tercemar, masyarakat yang dirugikan. Sebab, tidak bisa memanfaatkan sungai untuk kebutuhan sehari-hari, irigasi maupun peternakan.

Sugiarto yang hidup di sekitar hulu Sungai Welang, merasa terusik dengan kualitas dan kuantitas sungai yang terus menurun. Apalagi, kesadaran masyarakat dan perusahaan menjaga kebersihan sungai terus menurun. Sungai menjadi tempat pembuangan limbah domestik dan limbah industri.

"Menurunnya kuantitas dan kualitas air di hulu sungai menyebabkan bisa sungai mudah tercemar. Apalagi dengan banyaknya sampah domestik dan industri di sungai," ujar Sugiarto di bantaran Sungai Welang Desa Cowek, Kabupaten Pasuruan, Senin (17/12/2018), yang dilansir berita Antara.

Bagi Sugiarto untuk memperbaiki kuantitas kualitas air di hulu, tak ada pilihan selain menanam pohon. Semakin banyak vegetasi di daerah tangkapan air, maka air sungai akan melimpah dan baik.

"Saya memulai menanam pohon sejak 1994. Tak menunggu warga lainnya dan pemerintah. Saya yakin kesadaran melestarikan alam harus dimulai dari diri sendiri," terangnya.

Sugiarto mengawali menanam pohon di lahan tangkapan air di hulu Sungai Welang. Ia menaman di area seluas 475 ha pada 23 titik sumber mata air dan 14 anak sungai lainnya.

Perjuangan Sugiarto akhirnya membuahkan hasil. Upayanya menghijaukan lahan gundul mampu menaikkan debit sumber mata air. Sehingga air sungai di hulu bisa dikonsumsi 7.251 jiwa, mengairi 246 hektare sawah dan 1.098 hektar perikanan air payau serta budidaya tumbuhan pakan untuk 312 ekor sapi. Sugiato pun menerima Kalpataru pada 2011 atas jasanya pada pelestarian sungai.

Menerima Kalpataru tak membuat semangat ayah dua anak ini kendor. Ia semakin terpacu melakukan konservasi hutan dan menularkan kesadarannya pada masyarakat. Selain terus menanam pohon, ia mendirikan Yayasan Sanggar Indonesia Hijau (Si Hijau). Sanggar ini mewadahi semua orang yang punya kesadaran dan keinginan melestarikan hutan dan sungai.

"Sanggar ini juga mengedukasi masyarakat bahwa melestarikan hutan dan sungai bukan hanya penting, tapi wajib dilakukan setiap orang," tandasnya.

Bersama Si Hijau, Sugiarto terus konsisten menanam pohon untuk memperbanyak vegetasi. Selain konservasi hutan, ia juga menggerakkan masyarakat untuk aktif membersihkan sungai dari sampah, mulai hulu sampai hilir.

"Kalau penanaman yang kami lakukan kurang lebih sebanyak 464 ribu pohon. Akan tetapi peran kita tidak seperti itu saja. Kita edukasi iya, memberikan bibit pohon gratis iya. Bibit gratis yang kita bagikan mencapai 15 juta lebih. Kita bagi kemana-mana, siapa saja yang ingin menanam pohon," terang Sugiarto.

Konsistensi Sugiarto dan Si Hijau dalam konservasi mendapat apresiasi dari banyak pihak. Berbagai penghargaan diraihnya baik tingkat kabupaten, provinsi bahkan nasional. Terakhir Yayasan Si Hijau meraih juara III Nasional Komunitas Peduli Sungai dari Kementerian PUPR.

"Bagi saya dan teman-teman Si Hijau, penghargaan itu penambah semangat. Kami berterima kasih. Tapi tanpa itu pun, kami akan tetap konsisten menjaga sungai demi kepentingan masyarakat," pungkasnya.

(Yanis)

Berita Terkait