Smart City Tidak Membuat Kota Cirebon Tinggalkan Kearifan Lokal



Cirebon, Beritainspiratif.com - Menjadi Smart City sejak 2017, tidak membuat Kota Cirebon melupakan nilai-nilai atau kearifan lokalnya. Smart city juga untuk meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakatnya.

Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cirebon, Drs. H Asep Dedi M.Si., saat menerima Benchmarking Diklat Kepemimpinan tingkat III tahun 2019 Pemda Kabupaten Demak dengan tema “OPD Pengampu Smartcity, OPD yang Memiliki Inovasi Pelayanan Publik” di ruang Adipura Kencana, Balaikota Cirebon.

“Kota Cirebon sudah menjadi Smart City sejak 2017 lalu,” kata Asep.

Sejak itu pula Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik (DKIS) Kota Cirebon sudah mengeluarkan berbagai program, khususnya untuk peningkatan kualitas informasi dan pelayanan kepada publik.

Sekalipun sudah menjelma menjadi Smart City, namun Kota Cirebon menurut Asep tetap tidak meninggalkan tradisi, budaya dan sejarahnya. “Kota Cirebon sudah berusia 649 tahun lalu atau sekitar abad ke 15,” kata Asep.

Kota Cirebon memiliki sejarah dan budaya yang panjang dan hingga kini masih bertahan. Bahkan di Kota Cirebon ini memiliki 4 kesultanan. “Semua masih kita lestarikan,” ungkap Asep. Bahkan di era Smart City ini, Kota Cirebon sudah menetapkan sebagai kota budaya dan pariwisata berbasis kota kreatif yang kaya akan sejarah dan budayanya.

Karena itu, berbagai pembenahan saat ini tengah dilakukan untuk bisa mencapai target 2 juta kunjungan wisatawan sepanjang tahun ini. Mulai dari ketertiban, kebersihan dan penghijauan.

“Tak lupa, pelayanan kepada masyarakat juga tetap ditingkatkan,” kata Asep.

Salah satunya yang telah dilakukan Disdukcapil Kota Cirebon yaitu dengan mencetak KTP elektronik hanya dalam hitungan jam saja.

Sementara itu Kepala DKIS Kota Cirebon, Iing Daiman, S.Ip., M.Si., mengapresiasi kunjungan Benchmarking Diklat Kepemimpinan tingkat III dari Kabupaten Demak tersebut.

“Salah satu fokus dan lokusnya disini terkait smart city. Kunjungan ini sebenarnya penghargaan bagi Kota Cirebon,” ungkap Iing.

Kabupaten Demak, lanjut Iing, sebenarnya juga lolos dan terpilih pada 100 kabupaten dan kota menuju smart city. Perbedaannya, Kota Cirebon terpilih lebih awal, sedangkan Kabupaten Demak di putaran terakhir.

Namun menurut Iing, dalam Smart City tidak masalah apakah itu pertama atau terakhir. “karena semangatnya yaitu semangat kebersamaan, termasuk semangat untuk berbagi aplikasi dan pengalaman,” ungkap Iing.

Apa yang sudah diimplementasikan di Kota Cirebon bisa dibawa ke Kabupaten Demak, demikian pula apa yang baik di Kabupaten Demak bisa pula dilakukan di Kota Cirebon.

Sementara itu ketua rombongan Benchmarking Diklat Kepemimpinan tingkat III, Hadi Waluyo SH., M.Pd., mengungkapkan jika dalam kurikulum diklat, peserta diharuskan membuat proyek perubahan. “Karena itu mereka harus banyak menggali sumber informasi untuk menyusun proyek perubahan tersebut,” kata Hadi.

Karena itu, kunjungan ke Kota Cirebon dilakukan. Karena Kota Cirebon menurut Hadi merupakan kota yang sudah berhasil, khususnya dalam pengelolaan Smart City dan pelayanan publik.

(Yones)

Berita Terkait