Setelah Maroko dan Tunisia, Kini Senegal Gali Ilmu Bioteknologi ke Indonesia



Bandung, beritainspiratif.com - Satu lagi negara anggota OKI yaitu Senegal melalui Institut Pasteur de Dakar, akan mengikuti program Reverse Linkage (RL) yang diselenggarakan oleh Islamic Development Bank (IsDB) , Bappenas, Kemenkes, BPOM dan Bio Farma.

Program tersebut berlangsung dari tanggal 2 - 6 Desember 2019, dengan tema Development of A Reverse Linkage Project Between Senegal (Institute Pasteur de Dakar) and Indonesia (Bio Farma) in Vaccine Production.

Sebelumnya pada tahun 2018, dilaksanakan acara dengan program yang sama untuk negara Maroko dan Tunisia.

Tahun ini program Reverse Linkage menghadirkan pembicara dari Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisas Kementerian Kesehatan RI, Slamet, Kepala Sub Direktorat Pengawasan Produksi Produk Biologi dan Sarana Khusus Direktorat Pengawasan Produksi Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor- BPOM RI, Dwina Andayani, dan para ahli bidang Bioteknologi dari Bio Farma yang akan membahas Quality Management System, OIC Center of Excellence, Sistem Produksi downstream process (Formulation, Filling, Packaging,) di Bio Farma, dan Quality Control System.

Menurut Slamet Soedarsono Deputi Bidang Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan Bappenas, Program Reverse Linkage merupakan kerja sama pembangunan antara IsDB dan sesama negara anggota IsDB yang memiliki kemampuan dalam menyediakan keahlian teruji, pengetahuan (know-how), penerapan teknologi, serta best practices yang berorientasi pada hasil untuk mengakselerasi pembangunan ekonomi dan sosial.

"Indonesia memiliki keahlian dalam bidang Bioteknologi, bahkan sudah diakui secara global yakni melalui BUMN famasi yaitu Bio Farma. Bio Farma akan membagikan pengalamannya untuk membuat vaksin yang berkualitas sesuai dengan ketentuan dan standar dari WHO, dan inti dari kegiatan ini adalah untuk menciptakan kemandirian dikalangan negara-negara Islam", ujar Slamet Soedarsono.

Sementara itu Direktur Operasi Bio Farma M. Rahman Rostan mengatakan, pihaknya sangat berterimakasih kepda pihak Pemerintah dalam hal Kemenkes dan BPOM karena melaui dua lembaga tersebut produk Bio Farma bisa digunakan di Lebih dari 140 negara.

"Selama ini kolaborasi yang dijalankan baik oleh Kemkes maupun BPOM telah membawa Bio Farma menjadi rujukan untuk membuat vaksin yang sesuai dengan standar dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), karena Kepercayaan global terhadap vaksin RI bukan hanya karena Industrinya yg sudah memenuhi kualitas global, dengan pengawasan dari NRA / BPOM yang sudah memenuhi standard internasional dan mendapat pengakuan dari WHO.

Rahman menambahkan kerjasama dengan Kemkes RI sudah berjalan dengan baik, terutama dari sisi penyediaan vaksin untuk kebutuhan vaksin dalam negeri dan juga penunjukan Bio Farma sebagai Laboratorium rujukan untuk negara OKI oleh Kemenkes RI saat Indonesia ditunjuk sebagai CoE oleh OIC pada Desember 2017 yang lalu.

Diharapkan dengan adanya program RL ini, Bio Farma bisa menambah pangsa pasar tidak hanya di negara anggota OKI, namun untuk seluruh pangsa pasar benua Afrika.

"Dalam jangka panjang program RL, kami harapkan Bio Farma bisa mengirimkan para penelitinya ke negara OIC dan negara Afrika lainnya, untuk berbagi ilmu dan pengetahuan agar negara-negara Afrika mampu secara mandiri menghasilkan vaksin yang berkualitas untuk negaranya masing-masing. Sehingga program SDGs 2030 yaitu penekanan angka kematian bayi dan ibu hamil serta pemerataan access to medicine bisa tercapai," pungkasnya. (Ida)

Berita Terkait