SBM ITB Dipercaya Sebagai Pusat Riset Bidang Investasi Syariah



Bandung, Beritainspiratif.com - Dr. Sutan Emir Hidayat, S.P., MBA selain memberikan materi kuliah umum, juga mewakili KNEKS (Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah) melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) Virtual atau nota kesepahaman bersama bersama Sekolah Bisnis Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Senin, (20/4/2020).

Dekan SBM ITB, Prof. Dr. Ir. Sudarso Kaderi Wiryono, yang menandatangani MoU tersebut mengatakan, kerja sama ini terkait dengan penunjukkan SBM ITB sebagai pusat riset bidang investasi syariah.

Tujuan utama dari kerja sama ini untuk menyediakan gambaran perkembangan penelitian dalam bidang investasi syariah kepada publik. Hasilnya bisa digunakan pemangku kepentingan dan memperkuat pusat riset ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia.

“Intinya guna meningkatkan kuantitas dan kualitas riset ekonomi dan keuangan syariah,” imbuhnya.

Potensi ekonomi syariah di dunia besar. Pada 2018, total pengeluaran (spending) penduduk muslim di dunia mencapai 2,2 triliun dollar Amerika Serikat (AS). Jumlah itu terus meningkat setiap tahunnya.

Dr. Sutan Emir Hidayat, S.P., MBA., Direktur Pendidikan dan Riset Keuangan Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) mengatakan, setidaknya ada 5 bidang yang berkontribusi terhadap jumlah tersebut.

Yakni halal food 1,369 miliar dollar AS, modest fashion 283 miliar dollar AS, media and recreation 220 miliar dollar AS, Muslim-friendly travel 189 miliar dollar AS, serta pharmaceuticals and cosmetic 156 miliar dollar AS.

“Angka tersebut belum termasuk keuangan syariah. Jumlah Islamic finance assets di dunia mencapai Rp 2,5 triliun,” tutur Emir dalam Guest Lecture-Financial Management Class melalui Webex Meeting, Senin (20/4/2020).

Dengan jumlah penduduk muslim di dunia yang mencapai 1,8 miliar atau 24 persen dari penduduk dunia, pihaknya memperkirakan, jumlah belanja di 2024 mencapai 3,2 triliun dollar AS.

“Itu perhitungan bila tidak ada kejadian tidak terduga seperti sekarang,” ungkap Emir.

Lalu bagaimana posisi Indonesia? Emir mengatakan, dari beberapa riset, kondisi ekonomi syariah Indonesia terbilang melesat.

Ia mencontohkan, Indonesia naik dari peringkat 2 ke peringkat 1 untuk Global Muslim Travel Index 2019 versi Crescent Rating dan Master Card.

Kemudian Cambridge Institute of Islamic Finance menobatkan Indonesia di peringkat pertama untuk Global Islamic Finance Report (GIFR) 2019.

Indonesia pun menjadi negara eksportir keempat untuk produk halal ke negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI).

“Produk domestik bruto (GDP) negara anggota OKI sebesar 15,8 triliun pada 2013 naik menjadi 19,4 triliun pada 2017, dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,1 persen. Jumlah populasi muslim di negara anggota OKI pun mencapai 1,3 miliar jiwa atau 80 persen dari total penduduk muslim dunia,” ungkapnya.

Belum lagi potensi di bidang Sumber Daya Manusia (SDM), pendidikan, dan lainnya. Potensi tersebut, masih bisa digenjot. Salah satu caranya dengan pengembangan literasi halal lifestyle, pengembangan SDM, pengembangan industri halal itu sendiri, dan lainnya.

“Kami memiliki 11 inisiatif strategis untuk mengembangkan ekonomi syariah ini. Kerja sama dengan ITB merupakan salah satu langkah ke arah sana,” tuturnya.

Sudarso menambahkan, pusat riset di bidang investasi syariah ini akan dicantumkan dalam dokumen Cetak Biru Riset Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah 2020-2024.

“Hal ini karena SBM juga memiliki laboratorium untuk pasar modal yang bekerjasama dengan KRESNA Sekuritas,” katanya.

Harapan utamanya adalah adanya kolaborasi antara industri keuangan syariah khususnya yang dipasar modal dengan citivas akademik, sehingga pengembangan instrumen investasi keuangan syariah bisa berkembang lebih cepat.

“Untuk mendukung kerja sama ini SBM ITB telah membentuk CIBF (Center for Islamic Business and Finance), dimana ruang lingkupnya meliputi bisnis Islami dan Keuangan Islami,” tutupnya.

Yanis

Berita Terkait