Saat Dikukuhkan Sebagai Guru Besar UPI Prof. Dr. Suwatno, M.Si Bilang Komunikasi dan Digitalisasi Harus Berimbang



Bandung, Beritainspiratif.com - Setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi pintar. Dalam istilah kerennya adalah fenomena 'democratization of knowledge' atau demokratisasi pengetahuan.

Hal itu diungkapkan Prof. Dr. H.Suwatno, M.Si dalam pengukuhan sebagai Guru Besar Dalam Bidang Ilmu Komunikasi Organisasi pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan bisnis, Universitas Pendidikan Indonesia, Senin (7/5) di Kampus UPI Jalan Setiabudi  Bandung.

Selain Suwatno dikukuhkan pula sebagai guru besar Prof.Dr. Budi Mulyanti, MSi guru besar bidang Ilmu Fisika Elektronik pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan  UPI serta Prof.Dr. H. Memen Kustiawan SE, Ak, CA, M.Si, MH. guru besar dalam bidang Ilmu Akuntansi pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Upi.

Menurut Suwatno, saat ini orang pintar adalah mereka yang lebih banyak membaca dan lebih kaya sumber referensinya. Ada jutaan bahkan milyaran e-book dan artikel yang tersebar gratis di internet.

"Dan setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi pintar," ujarnya.

Ditambahkan Suwatno, pada 'zaman now' tantangan seorang guru besar semakin tinggi karena harus siap menghadapi perubahan kultur belajar mahasiswa  masa kini serta tidak boleh memiliki 'ego' atau 'arogansi' keilmuan.

Mengutip Sayyidina Ali Bin Abi Thalib, Suwatno pun mengingatkan bahwa 'Ilmu itu lebih baik daripada harta, ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta, ilmu itu penghukuman (hakim) sedangkan harta terhukum. Harta itu akan berkurang jika dibelanjakan tetapi ilmu akan bertambah jika diamalkan'.

Seorang Professor harus tetap menginjakan kakinya di muka bumi, tidak hanya mengawang di atas awan.

"Jika sekelas nabi saja diturunkan dari kaumnya sendiri agar bisa menyatu dan menyesuaikan dengan bahasa kaumnya maka seorang profesor juga perlu bisa berkomunikasi dengan berbagai segmen, baik lingkungan akademik maupun non akademik dalam rangka memberikan pencerahan dan mencerdaskan masyarakat.

Terkait komunikasi organisasi di era  digital, Suwatno memaparkan seiring perubahan sosial ekonomi,  teknologi dan lingkungan yang terjadi saat ini maka, semua organisasi menghadapi tantangan yang semakin berat dari hari ke hari. Terutama bagi organisasl bisnis (perusahaan).

Kompetisi yang terjadi di lingkungan eksternal sudah semakin ketat bahkan dapat mengancam eksistensi organisasi. Oleh karena itu kemampuan beradaptasi (adaptability) merupakan ha| yang urgent. Salah satu yang terpenting adalah kemampuan dalam mengadaptasi teknologi digital sebagai perangkat untuk membangun komunikasi yang leblh efektif dan efesien

Komunikasi digital terbukti mampu memberikan 'benefit' bagi organisasi, baik di level komunikasi internal maupun

eksternal (corporate communication).

"Akan tetapi, saya meyakini bahwa di masa yang akan dalang adaptasi teknologi digital belum cukup untuk membuat organisasi 'survive'. Hal Ini karena keIak teknologl hanya menjadi pra-syarat untuk menjalankan organisasi." Jelasnya

Ditambahkannya, Nanti akan ada syarat-syarat utama yang harus dimiliki oleh organisasi, yakni yang berhubungan dengan nilai-nilai dalam komunikasi.

Kepemimpinan, kekuasaan, cara berfikir (wisdom), kreativitas dan inovasi,  jika teknologi diibaratkan sebagai hardware, maka nilai nilai dalam organisasi

tersebut merupakan software.

Keduanya sama sama diperlukan dalam membangun organisasi yang siap menghadapi berbagai variasi perubahan.

Oleh karena itu komunikasl organisasl diharapkan dapat berperan baik secara konseptual maupun secara praktis dalam menghadapi tantangan organisasi masa depan.

Secara konseptual komunikasi organisasi harus dapat mengidentifikasi dan manganalisa masalah masalah terbaru yang muncul dalam dunia keorganisasian. Sementara secara praktis harus dapat membantu memberikan solusi atas berbagai bentuk 'disruption' yang dihadapi organisasi. (Dudy)

Berita Terkait

  • Ramadhan & Idul Fitri
  • 17 Apr 2024
30 Persen Pemudik Belum Kembali ke Jakarta