Rumah di Sleman Ini Dibangun dari Kotoran Sapi



Sleman, Beritainspiratif.com – Arsitektur bangunan rumah milik perempuan bernama Iswanti (49), yang berada di Taman Pabrik, Desa Tamanmartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, menarik perhatian orang banyak lantaran salah satu material bangunannya ternyata berasal dari kotoran sapi.

Alasan Iswanti memilih kotoran sapi atau tletong sebagai material bangunan rumahnya itu karena menggunakan konsep earthbag house dengan teknik rancang bangun superadobe bag.

Kotoran sapi yang digunakan tersebut, sudah dihilangkan gasnya dan dimatikan bakterinya, dan bisa digunakan sebagai perekat alternatif pengganti semen, karena rumah ini mayoritas memanfaatkan material organik dan barang-barang bekas, kata Iswanti yang dilansir detikcom.

Rumah Iswanti terdiri dari dua bangunan berbentuk dome. Kotoran sapi dia pakai untuk perekat dinding. Karena berkonsep earthbag house, material dinding memakai tanah yang dimasukkan dalam karung polypropylene. Karung ditata dan disusun melingkar tanpa perekat semen.

Antara lapisan karung dikasih kawat duri, kawat duri ini saya dapat dari bongkaran bangunan di kawasan Maguwoharjo. Lalu setelah disusun berbentuk dome, lapisan dinding dalam rumah dikasih kotoran sapi itu untuk perekat, dicampur kapur dan jerami," jelasnya.

Dua bangunan dome milik Iswanti masing-masing berdiameter dalam sekitar 7,5 meter dengan tinggi bangunan sekitar 8 meter.

Sedangkan bagian atap berbentuk kerucut memakai bahan dari bambu, triplek, dan batang tebu.

Selain berfungsi sebagai perekat, Iswanti menyebut material tanah dan kotoran sapi pada dinding juga bisa stabilkan suhu udara di dalam bangunan. Saat siang hari, suhu dalam rumah cukup sejuk. Dan ketika malam hari, suhu dalam rumah tidak terlalu dingin.

Tak hanya itu, beberapa bagian bangunan juga memakai botol bekas untuk ventilasi cahaya dan kayu untuk konstruksi jendela, pintu, dan lantai. Sementara itu di lapisan dinding bagian luar, diberi semen tipis agar air hujan tidak meresap masuk ke dalam.

Rumah ini saya bangun 2014 dan baru saya huni tahun 2017. Konsep ini cocok untuk masyarakat di pedesaan yang mungkin relatif sulit mencari material bangunan seperti rumah-rumah pada umumnya yang memakai besi dan beton," imbuh perempuan kelahiran Solo ini.

Karena ketika saya bangun rumah ini, saya tidak mendatangi toko material bangunan, melainkan saya datang ke peternak sapi, ke toko loak, tukang rongsok," sambungnya.

Yanis

Berita Terkait