Apa makna, "Piye Kabare Le, Enak Jamanku To?"



Apa makna, "Piye Kabare Le, Enak Jamanku To?"

Di truk, bus kota, dan kendaraan umum masyarkat, kita acap kali melihat stiker dengan kalimat itu bukan? kata-kata "piye le, enak jamanku to?"  dan dengan sosok The Smilling General Suharto yg menyapa seakan melambaikan tangan. Kalimat mantra tersebut sudah "akrab" di kalangan orang tua sampai orang muda. dan bisa juga sudah menjadi buah percakapan harian kita.

Untuk membongkar makna, pertama, harus dipahami dulu konteks munculnya stiker dengan" kalimat mantra" tersebut . Munculnya stiker tersebut ketika isu premanisme muncul di tengah masyarakat. Bahwa isu tersebut terus disorot media massa.  dan tentu ketika isu itu terjadi di zaman yang modern ini, kalimat tersebut mengajak kita untuk melihat masa lalu yang dinilai banyak orang lebih "tegas terhadap premanisme" sehingga kasus-kasus premanisme tidak muncul kepermukaan seperti itu. munculnya Petrus  (penembak misterius) juga tentu bentuk ketagasan masa lalu dengan maksud dan tujuan yang masih kontroversial. tapi pada intinya bahwa stiker tersebut merupakan simbolisasi  tentang kondisi yang nyaman tanpat preman saja.

kedua, karena menggunakan bahasa yang sederhana pesan tersebut akan lebih mudah dicerna oleh masyarakat. sehingga kemungkinan mind set masyarakat akan menuju pada kesimpulan " pemimpin yang ideal adalah pemimpin dari militer?". Kesadaran politik masyarakat yang kurang tentu akan mudah terkecoh atau langsung mengambil kesimpulan seperti itu.

ketiga, siapa yang mempunyai ide tersebut? yang pasti ide tersebut muncul dalam kontestasi politik 2014 menjelang pilpres dan pilleg itu sendiri. ketika mindset masyarakat sudah direkonstruksi sedemikian rupa mereka akan cenderung lebih memilih calon yang berasal dari latar belakang militer karena dirasa lebih memberi rasa aman.

semua isu akan kembali kepada kontestasi politik yang baru HOT. ketika isu premanisme ini meruak, tentu sebagai seorang terpelajar harus memahami siapa saja yang akan memanfaatkan isu tersebut dan tujuan memanfaatkannya. 2013 merupakan klimaks persaingan  atau kontestasi politik  itu sendiri dan berujung pada Pilpres dan pilleg itu sendiri.

The Smilling General yang mengatakan "piye kabare le, enak jamanku to?, merupakan candu jika kita tak menyadarinya dan mengiring kita pada pilihan-pilihan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Ia tersenyum melambaikan tangan kanan tapi kita tidak tahu kalau di tangan kiri ada senjata yang mematikan bukan?

sumber: kompasiana

Berita Terkait