- Pemerintahan
- 26 Nov 2025
Wali Kota Bandung M. Farhan saat berdialog dengan para pengurus RW dalam Siskamling Siaga Bencana ke-42 di Kelurahan Batununggal, Selasa 25 November 2025 / Diskominfo
Kota Bandung, Beritainspiratif.com - Memasuki musim hujan, kewaspadaan terhadap Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali meningkat.
Di Kota Bandung, kesiapsiagaan tidak hanya bertumpu pada layanan kesehatan, tetapi juga pada kekuatan kewilayahan melalui RW, kader, dan warga yang saling bekerja sama mencegah potensi lonjakan kasus.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan mengingatkan, musim hujan selalu menjadi periode krusial bagi penularan DBD.
“Perhatikan baik-baik. Kita memasuki musim hujan. Januari biasanya ledakan DBD. Siklus 3 tahunan. 2026-2028 bisa naik,” ujarnya saat berdialog dengan para pengurus RW dalam Siskamling Siaga Bencana ke-42 di Kelurahan Batununggal, Selasa 25 November 2025.
Ia menekankan pentingnya deteksi dini oleh warga. Mulai dari gejala DBD, hingga penanganan jika ada warga yang mengalami gejala DBD tersebut.
“Kalau warga demam, sakit kepala, kasih obat tidak turun dalam 24 jam, langsung ke Puskesmas minta tes NS1. Gratis,” katanya.
Lebih lanjut, Farhan juga memperingatkan, agar warga tidak menunggu gejala menjadi berat.
“Jangan sampai ada ruam merah, muntah-muntah, mimisan. Itu bahaya pisan,” ucapnya.
Baca Juga: JABAR Hadirkan Kereta Wisata 'Jaka Lalana' Rute Jakarta-Bogor-Sukabumi-Cianjur
Menurut Farhan, seluruh wilayah kota saat ini berada dalam status kewaspadaan tinggi. Karena itu, ia menyebut bahwa intervensi harus dilakukan secara bersamaan di tiga aspek: lingkungan, nyamuk, dan manusia.
“Di Bandung semua kelurahan merah. Tidak ada yang bebas DBD,” tegasnya.
Upaya pengendalian berbasis masyarakat kembali menjadi kunci. Lewat arahan langsung kepada RW, Farhan mendorong penguatan gerakan 3M Plus.
“Kuras, sikat, tutup, manfaatkan barang bekas. Daripada ditumpuk, lebih baik dijual (dikilo),” ujarnya saat mengingatkan pentingnya membersihkan potensi tempat berkembangbiaknya nyamuk.
Baca Juga: Kota Bandung Gelar Seleksi Terbuka Pimpinan BAZNAS, Ini Syarat dan Link Daftarnya!
Ia juga menjelaskan, teknologi pengendalian nyamuk menggunakan wolbachia masih terbatas, dan vaksin DBD pun belum dapat menjangkau seluruh warga.
Dengan demikian, peran lingkungan dan kewaspadaan warga menjadi fondasi utama.
Dalam pertemuan itu, Farhan menegaskan bahwa RW adalah garda terdepan. Selain penanganan sosial, kesehatan, dan infrastruktur, RW juga berperan dalam mitigasi DBD dengan pemantauan rutin, edukasi warga, serta identifikasi cepat kasus di lingkungan masing-masing.
“Intervensi lingkungan, nyamuk, manusia,” ucapnya menegaskan ruang lingkup kerja bersama yang harus dijalankan.
Kewilayahan juga diperkuat melalui berbagai program lain seperti pemantauan ibu hamil, data kerentanan sosial, dan perbaikan sanitasi.
Semua itu, menurut Farhan, saling beririsan dengan upaya mencegah DBD karena kondisi lingkungan yang baik dan masyarakat yang terpantau kesehatannya turut menekan risiko penularan.
Melalui pendekatan langsung ke RW, Pemkot Bandung berharap kesiapsiagaan dalam mencegah DBD dapat berjalan lebih terukur.
Warga, petugas RW, hingga kader kesehatan menjadi simpul gerakan yang dapat mendeteksi lebih awal, mengurangi risiko, dan memutus rantai penularan lebih cepat.
Sebagai informasi, Siskamling Siaga Bencana ke-42 di Kelurahan Batununggal tidak hanya membahas mitigasi DBD, tetapi juga berbagai isu kerentanan sosial, infrastruktur, serta kesiapsiagaan lingkungan di tingkat RW.