- Pemerintahan
- 11 Aug 2025
BERITAINSPIRATIF.COM - Masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) adalah “periode emas” yang sangat menentukan masa depan anak. Periode ini dimulai sejak kehamilan (270 hari) hingga anak berusia dua tahun (730 hari).
Pada masa itu, pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak berlangsung sangat cepat dan tidak bisa diulang.
Plt. Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Dewi Primasari, menegaskan pentingnya perhatian penuh pada 1.000 HPK.
“Kalau di masa ini anak tidak dapat gizi cukup, tidak diberi ASI eksklusif, atau sering sakit, dampaknya bisa panjang. Anak bisa tumbuh lebih pendek, lambat berpikir, bahkan kesulitan belajar di kemudian hari,” kata Dewi saat Talkshow Radio Sonata bersama PRFM Bandung, Jumat 8 Agustus 2025.
Baca Juga: Kota Bandung Gelar BAZZAR MURAH Agustus 2025 di 30 Kecamatan, Ini Jadwal & Lokasinya!
Dinas Kesehatan Kota Bandung memberikan perhatian khusus lewat edukasi ibu hamil, pemberian suplemen, imunisasi lengkap, hingga pemantauan tumbuh kembang balita. Tujuannya agar anak mendapatkan fondasi kesehatan yang kuat sejak awal.
Dewi menjelaskan, stunting biasanya disebabkan oleh kurangnya gizi, baik saat ibu hamil maupun setelah anak lahir.
Banyak ibu yang belum memahami pentingnya protein hewani, sayuran, dan vitamin selama masa kehamilan.
Bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif enam bulan pertama juga lebih rentan terkena stunting. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang kurang tepat, serta lingkungan yang tidak bersih, memperburuk kondisi ini karena gizi yang masuk tidak terserap maksimal.
“Infeksi berulang seperti diare, ISPA, atau TBC sering terjadi di daerah padat penduduk. Karena itu, menjaga kebersihan lingkungan dan membiasakan perilaku hidup bersih sehat itu sama pentingnya dengan pemberian gizi,” ujar Dewi.
Intervensi sejak awal, tenaga kesehatan memegang peran penting dalam pendampingan ibu hamil melalui pemeriksaan rutin, pemberian tablet tambah darah dan vitamin, serta memastikan persalinan aman.
Baca Juga: Lomba Kereta Peti Sabun Kembali Digelar Oktober 2025
Setelah anak lahir, kader posyandu memantau tumbuh kembang balita setiap bulan, memberikan imunisasi, vitamin A, dan makanan tambahan sesuai kebutuhan.
“Kalau ada balita yang berat badannya tidak naik, langsung kita intervensi dengan perbaikan gizi. Prinsipnya, kita tidak menunggu sampai terlambat,” jelas Dewi.
Selain itu, penyuluhan kesehatan juga menyasar remaja putri dan calon pengantin. Hal ini untuk memastikan generasi mendatang lebih siap secara kesehatan reproduksi sehingga dapat melahirkan anak yang sehat dan bebas stunting.
“Mencegah stunting itu bukan hanya tugas tenaga kesehatan, tapi tugas kita semua. Karena masa depan anak-anak adalah masa depan kita bersama,” ungkapnya.