Pupuk Organik Air Kencing Kelinci Tinggi Unsur Hara



Ngamprah, Beritainspiratif.com - Pupuk organik cair berbahan baku air urin kelinci dinilai memiliki unsur hara yang tinggi, sehingga sangat bermanfaat bagi pertanian. Walaupun sudah banyak petani di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, yang mengetahui manfaat dan pembuatannya, penggunaan pupuk tersebut belum menjadi kebiasaan.

Evan Driyana, Penyuluh Pendamping Pertanian wilayah Lembang dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan KBB mengatakan, manfaat dari pupuk organik cair ialah untuk menambah unsur hara, baik makro maupun mikro, di dalam tanah. Pada tanaman, khasiatnya pun ada banyak. Di antaranya, dia menyebutkan, ialah untuk pertumbuhan vegetatif yang tak rentan terhadap penyakit.

"Kenapa harus memakai urin kelinci? Soalnya, dari urin kelinci itu unsur hara yang didapat dari nitrogennya itu 23,3 persen, phosphornya itu sekitar 17,3 persen, dan kaliumnya itu 0,5 persen. Artinya, unsur haranya ini lebih tinggi dibandingkan unsur lainnya," kata Evan, di sela pelatihan di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang, Rabu, 4 Juli 2018 seperti dikutip Pikiran Rakyat.

Dia menjelaskan, ongkos pembuatan pupuk organik cair sebetulnya lebih irit dibandingkan dengan membeli pupuk di pasaran. Pembuatannya pun tidak sulit.

Apalagi di Lembang banyak peternak kelinci, sehingga bahan bakunya mudah dicari. Selain urin kelinci, pembuatan pupuk organik cair cuma memerlukan bahan lain seperti air kelapa, terasi, ditambah gula putih.

Meskipun begitu, para petani di Lembang masih belum terbiasa menggunakan pupuk organik cair. Padahal, sekitar 85 persen petani sudah diberikan pelatihan.

Menurut Evan, pembuatan pupuk organik cair yang cukup lama karena harus melalui proses fermentasi, membuat para petani lebih memilih cara yang instan dengan membeli pupuk kimia.

"Dengan membuat pupuk organik cair, petani bisa menghemat 50 persen dari biaya yang biasa dikeluarkan untuk membeli pupuk. Namun, kendala dari para petani itu biasanya malas bikin, karena perlu waktu untuk membuatnya. Jadi lebih memilih yang simple dengan membeli pupuk urea. Padahal, urea itu kan berbahan kimia, jadi ada efeknya," katanya.

Seorang petani dari Kelompok Tani Mekarsari I, Cahya Rohman menyatakan, dia tertarik untuk mengikuti pelatihan pembuatan pupuk organik cair agar dapat mengurangi penggunaan bahan kimia pada tanaman. Di daerah tempat tinggalnya, kata dia, kebetulan terdapat banyak peternak kelinci.

"Saya ingin memanfaatkan pupuk organik, jadi biar enggak banyak memakai bahan kimia. Pupuk organik kan enggak merusak tanah, hasilnya buat tanaman juga bisa bagus. Memang sudah ada petani lain yang mencoba memakai pupuk organik, tapi saya baru sekarang mencobanya," katanya.

Good agriculture practices

Sementara itu, menurut Kepala Seksi Pelatihan Non-aparatur BBPP Lembang, Irwan Waluya selaku ketua pelaksana dalam pendidikan dan pelatihan teknis agribisnis sayuran, pertanian di Indonesia diarahkan untuk menerapkan good agriculture practices.

"Jadi, yang diharapkan oleh konsumen, terutama dari luar negeri, itu harus bebas residu pestisida. Sedikit-sedikit para petani pun diharapkan mulai meninggalkan pupuk kimia," katanya.

Dia menjelaskan, pendidikan dan pelatihan teknis agribisnis sayuran tersebut terselenggara berkat kerja sama BBPP Lembang dengan Taiwan Technical Mission. Pelatihan yang diberikan ditujukan agar dapat langsung dipraktikan oleh para petani.

Apabila sudah banyak petani yang menggunakan pupuk organik cair, pihaknya pun akan mendorong agar para petani membuat koperasi untuk pemasarannya.

"Antusiasme para petani luar biasa. Pada 2017 kami mengadakan pelatihan untuk 20 angkatan, itu berarti 600 petani. Pada 2018 ini sasaran kami juga 20 angkatan, jadi 600 petani. Sementara buat tahun depan direncanakan untuk 600 petani, di lingkungan Bandung Barat dan Kabupaten Bandung. Kami kembangkan lima komoditas, yaitu bokoli, tomat, paprika, sawi-sawian, dan buncis kenya," katanya.

(Kaka)

Berita Terkait