Program One Pesantren One Product, Tahun 2019 Target 1.250 Pesantren di Jawa Barat



Bandung,Beritainspiratif.com - Sejak pendaftaran secara online dibuka awal Maret 2019, lebih dari seribu pesantren di Jawa Barat mendaftarkan untuk mengikuti program One Pesantren One Product (OPOP).

OPOP merupakan salah satu dari 17 program untuk mewujudkan pesantren juara, yang diluncurkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pertengahan Desember 2018 di pondok pesantren Al Ittifaq Rancabali Kabupaten Bandung.

Kepala Dinas KUK prov. Jawa Barat Kusmana Hartadji mengharapkan tahun ini ada tiga ribu sampai empat ribu yang mendaftar untuk mengikuti program OPOP.

Dari pendaftar sebanyak itu akan diseleksi dan diharapkan ada 1.250 pesantren yang memenuhi syarat dan menjadi pesantren juara.

"Target kami, dalam lima tahun kedepan, Jabar memiliki sekitar 5.000 pesantren juara," kata Kusmana pada acara Jabar Punya Informasi (JAPRI), di halaman Gedung Sate kota Bandung, Selasa (9/4/2019).

Menurut Kusmana, program OPOP bertujuan mendorong pesantren di Jawa Barat untuk mandiri secara ekonomi.

Saat ini, dari sekitar 9.000 pesantren yang ada, baru sebagian kecil sudah mandiri secara ekonomi.

"Pesantren di Jabar memiliki potensi besar untuk mandiri secara ekonomi. Hanya saja sebagian besar, masih memerlukan pendampingan usaha mulai dari penggalian potensi hingga pemasaran," papar dia.

Pesantren yang mengikuti program ini, lanjut Kusmana akan diedukasi dan mendapat pendampingan, sehingga menghasilkan produk bernilai tinggi.

"Kami akan mencarikan pembelinya, dengan menjaring relasi yang bisa menampung produk dari pesantren," ujar Kusmana.

Terkait pemasaran produk pesantren, Asisten daerah bidang ekonomi dan pembangunan pemprov. Jabar Eddy IM Nasution menyarakan cari pasarnya dulu baru diproduksi

"Seperti arahan pak Gubernur, cari pasarnya dulu baru kita buat. Permintaannya apa, nanti pesantren buat. Kalau buat dulu kita pasarkan, itu klasik," ujar Eddy.

Akademisi dari ITB Wawan Dewanto yang hadir pada acara tersebut mengusulkan pembentukan komunitas pesantren. Hal itu untuk mengantisipasi bila ada permintaan suatu produk, yang tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh satu pesantren.

"Untuk kesinambungan produk, perlu ada jejaring atau komunitas, sehingga dapat memenuhi permintaan pasar dalam jumlah besar," pungkasnya.

(Ida)

Berita Terkait