Potensi Terjadinya Gempa Besar karena Sesar Lembang Sangat Kecil



Bandung, Beritainspiratif.com - Peneliti Utama Seismologi di Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, Asdani Soehami menjelaskan patahan aktif Lembang atau dikenal dengan sesar Lembang berada kurang lebih 10 kilometer di sebelah utara pusat Kota Bandung. Sesar tersebut memiliki panjang 29 kilometer, terbagi atas tiga segmen.

Ketiga segmen sesar tersebut, menurutnya memiliki potensi kekuatan gempa tidak lebih dari 6 Mw (Magnitudo Moment) atau bidang patahan gempa. Selain itu, menurutnya gempa dengan kekuatan besar kemungkinan kecil terjadi di Bandung.

"Hasil perhitungan menunjukan PGA (guncangan tanah puncak) di permukaan di zona kerentanan bencana gempa relatif tinggi di Kota Bandung adalah 0,35 g, dengan kebolehjadiannnya dalam 0,000229 kali dalam satu tahun (sangat kecil). Nilai PGA 0,35g di atas setara dengan intensitas VIII MMI," kata Asdani, dalam acara Urun Rembuk Sasar Lembang yang digelar Ikatan Alumni Geologi Unpad, di Auditorium Badan Geologi, Kota Bandung, Sabtu (27/10/2018), yang dilansir dari laman resmi Unpad.

Acara seminar tersebut, diikuti oleh berbagai elemen masyarakat. Mulai dari mahasiswa Geologi dan dihadiri juga oleh 129 aparatur desa di wilayah kecamatan dan kelurahan yang berada di zona sesar Lembang. Acara ini digelar untuk memberi informasi agar masyarakat lebih paham mengenai sesar Lembang.

Asdani juga mengungkapkan, berdasarkan peta mikrozonasi kerentanan bencana gempa bumi di Kota Bandung terdapat tiga zona kerentanan. Mulai dari kerentanan tinggi, kerentanan sedang dan tinggi.

Berdasarkan peta kerentanan tersebut, dia menyarankan agar pemerintah dan stakeholder lainnya bisa memperhatikan pola pembangunan agar tidak menimbulkan korban saat terjadi gempa.

"Pembangunan dan pemukiman penduduk dianjurkan tidak menempati zona sebelah utara gawir patahan Lembang dan zona selatan punggung patahan Lembang yang dilandasi oleh endapan dan batuan gunung api yang rentan guncangan gempa bumi dan gerakan tanah," ucapnya.

Selain itu, dia menambahkan, bencana likuifaksi yang terjadi di Petobo, Sulawesi Tengah sangat kecil terjadi di Bandung. Pasalnya kekuatan gempa dan yang berpotensi terjadi akibat sesar Lembang tidak lebih dari 6 Mw.

"Nilai percepatan gempa di zona ini hanya 0,35g, ini sangat kecil. Jadi kecil kemungkinan terjadi likuifaksi," katanya.

Sementara itu, tenaga ahli SKK Migas Awang Harun Satyana juga menilai potensi terjadinya gempa besar yang disebabkan sesar Lembang sangat kecil. Contohnya saja pada 2011 tercatat ada sembilan gempa dengan kekuatan yang relatif kecil.

"Pada saat itu, stasiun-stasiun gempa di sekitarnya mencatat kejadian gempa berkekuatan kecil. Magnitudi 2,9 pada Juli 2011 dan sebuah gempa dengan Magnitudo 3,3 pada Agustus 2011," katanya.

Berdasarkan kajian beberapa ahli, dia menyatakan, rata-rata pergerakan sesar Lembang adalah 1,5-2,0 mm pertahun. Pergerakan itu, disebut bisa menyebabkan gempa dengan magnitudo maksimal 6,5-6,8.

"Tapi perhitungan itu baru bersifat perkiraan, bukan kepastian. Karena pada kenyataannya gempa-gempa terbaru yang terjadi di sekitar sesar Lembang berada di Magnitudo 2,9-3,3," katanya.

Dia juga menyatakan, bila sesar Lembang bukanlah sesar mendatar seluruhnya seperti sesar Palu Koro yang memicu gempa di Palu dan Donggala. Tapi ada segmen di sesar Lembang yang terbentuk akibat runtuhan vulkanik gunung purba.

Selain itu, menurutnya aktifitas sesar lembang tidak terlalu aktif. Apalagi sesar tersebut berada di tengah lempeng tidak seperti sesar Palu Koro yang terbuka terhadap sumber deformasi utama benturan antar lempeng.

"Kita juga bisa lihat, bangunan boscha yang dibangun sejak lama tepat di jalur sesar Lembang apa ada retakan atau apa. Artinya sesar Lembang tidak terlalu aktif," katanya.

Meski begitu dia tidak menampik bila sesar Lembang bisa menyebabkan bahaya. Namun masyarakat diharapkan tidak terlalu khawatir dan paling utama meningkatkan kewaspadaan.

"Sesar Lembang itu nyata ada, aktif dan pernah menjadi episentrum gempa. Aktivitas manusia di sekitar sesar ini harus memperhatikan keamanan hidup sekitar sesar. Pembangunan juga harus memenuhi kode pembangunan area rawan gempa. Masyarakat harus siap, dan terlatih untuk evakuasi gempa bila sewaktu-waktu gempa terjadi," ujarnya.     (Yanis)

Berita Terkait