Politik Cukur Rambut, Politik Partisipatif Pilkada Majalengka



Majalengka, Beritainspiratif.com - Program Cukur Gartis yang digulirkan oleh relawan pendukung Maman Imanulhaq – Jefry Romdony adalah contoh kongkrit fenomena politik partisipatrif dalam Pilkada Majalengka 2018.

Di berbagai kesempatan kandidat Bupati Majalengka, Maman Imanulhaq, mengutarakan keikutsertaan paslon nomor 1 dalam Pilkada merangsang munculnya keterlibatan secara sukarela banyak orang dalam proses demokrasi di Majalengka.

“Itu yang disebut politik partisipatif. Warga ikut dalam aktifitas politik dengan sukarela. Politik bukan lagi sesuatu seram dan menakutkan bagi mereka,” kata Maman Imanulhaq, Rabu, (6/6).

Program Cukur Gratis bisa dibilang unik. Tulang punggung kegiatan itu adalah dua orang penata rambut, Juariyah Faramayuda yang biasa disapa Bu Juju dan Mas Hady. Kedua orang itu mobile, bergerak, menjemput pelanggan sampai ke tempat yang jauh dari rumah mereka, merujuk ke ‘jatah’ zona kampanye Maman – Jefry.

Hari ini mislanya mereka ‘beroperasi’ di Kecamatan Jatitujuh, besok bisa saja mereka menjemput bola ke Kecamatan Lemahsugih dan lusa ke Kecamatan Kadipaten dan seterusnya.

Menariknya, respon masyarakat luar biasa. Ketika mereka ‘berpraktek’ di Desa Panyingkiran, Kecamatan Jatitujuh belum lama ini, misalnya, antrean warga yang ingin rambutnya dipotong mengular panjang. Sampai – sampai Bu Juju dan Mas Hady kelelahan dan menyerah setelah merampungkan memangkas rambut 58 orang.

Tapi toh Bu Juju dan Mas Hady, oke-oke saja. Tidak kapok. “Kami senang, banyak warga yang kami pangkas rambutnya. Mereka bisa tampil bergaya di hari raya Idul Fitri nanti,” kata Bu Juju.

Program Cukur Gratis hanya salah satu contoh. Banyak kegiatan lain dengan skala dan dampak elektoral yang jauh lebih besar yang dijalankan atau dimotori oleh orang –orang yang sebelumnya tak akrab dengan aktifitas politik.

Kang Maman, sapaan Maman Imanulhaq, menyebut mereka adalah orang –orang yang tergerak untuk mewujudkan perubahan di Majalengka melalui momen Pilkada. Mereka ingin pemerintahan baru, yang pro rakyat dan berkemauan kuat memajukan Majalengka.

“Itu tak lepas dari kondisi Majalengka dalam 10 tahun terakhir. Itu yang memunculkan kesadaran bersama pentingnya pemimpin baru yang tak terhubung dengan pemerintahan lama,” kata Kang Maman.

Memang, di arena kampanye Kang Maman tercium kuat aroma politik partisipatif. Di Kecamatan Talaga, misalnya, ada seorang pengusaha yang menopang berbagai aktifitas Kang Maman di wilayah itu. Lalu ada saudagar di Cikijing yang menyumbang banyak kerudung dan sarung untuk dibagikan ke warga.

“Itulah jawaban untuk mereka yang bertanya, seberapa besar uang saya untuk membiayai kampanye. Saya nggak keluar banyak uang, ” kata mantan anggota DPR RI itu.

Banyak contoh lain betapa pasangan Maman-Jefry membuat Pilkada Majalengka 2018 bergairah dengan munculnya fenomena politik partisipatif.

Di awal- awal masa kampanye dulu, posko atau rumah pemenangan Maman –Jefry tumbuh di mana – mana atas biaya swadaya masyarakat.

Kini, di etape terakhir kampanye, politik partisipatif bisa dilihat, umpamanya, dari keantusiasan warga untuk menjadi tuan rumah buka puasa bersama Kang Maman.

Yang menarik, tentu, Program Cukur Gratis yang digerakkan oleh Bu Juju dan Mas Hady.

Ide kreatif program itu datang dari orang –orang biasa, seperti kebanyakan warga Majalengka, yang memiliki impian besar tentang Majalengka yang maju dan jaya di masa mendatang.

(Yoc)

Berita Terkait