Perhumas Indonesia Keluarkan 3 Rekomendasi, Usai Gelar KNH 2020



Jakarta, Beritainspiratif.com - Perhimpunan Hubungan Masyarakat (Perhumas) Indonesia mengeluarkan tiga rekomendasi untuk dunia dan industri humas Indonesia. Tiga rekomendasi meliputi adaptif, inovatif, dan kolaboratif itu disampaikan berdasarkan berbagai pandangan hasil Konvensi Nasional Humas 2020 (KNH20) yang digelar selama dua hari, Jum'at - Sabtu, (4-5/12/2020) secara virtual.

Ketua Umum Perhumas Indonesia, Agung Laksamana mengatakan, rekomendasi tersebut terukir dalam lembaran sejarah baru humas Indonesia. Sejarah, menurut Agung, karena pertama kali Perhumas menggelar konvensi secara virtual dan diikuti ribuan peserta dari berbagai negara.

“KNH2020 ini adalah sejarah baru bagi Perhumas. Sejarah  karena inilah KNH virtual pertama. Sejarah karena dihadiri lebih dari 1.400 undangan. Sejarah karena peserta tidak hanya dari Indonesia tapi juga dari luar negeri seperti  Cina, Singapura, New Zealand, Malaysia,” ungkap Agung Laksamana sebelum menutup KNH20 secara virtual, Sabtu (5/12).

Rekomendasi pertama

Menurut Agung, Humas Indonesia harus adaptif. Dengan cara adaptif terhadap perubahan yang konstan. Perubahan (changers) harus menjadi DNA bagi praktisi humas Indonesia. Kemudian, menerapkan komunikasi kontekstual agar mudah dipahami masyarakat dan tidak kaku.

“Mengelola ekspektasi, literasi, transparansi, dan respons dari para stakeholders sehingga intensitas komunikasi semakin meningkat,” paparnya.

Baca Juga:Terapkan-psbb-proporsional-begini-aturan-perwal-73-2020-kota-bandung

Selanjutnya, mengomunikasikan pesan empati yang disesusaikan dengan kelompok orang, usia etnis maupun sosial. Relevansi pesan, konten yang relevan serta harus bisa sesuai dengan fakta dan data yang ada.

“Peningkatan profesionalisme, kompetensi, dan kapabilitas. Humas harus berbasis integritas, kejujuran, dan mengutamakan etika,” imbaunya.

Rekomendasi kedua

Agung mengungkapkan humas harus bisa inovatif. Dengan cara memakai kemajuan ICT untuk mempertahankan relevansi dengan menggunakan komunikasi multidimensi, termasuk social media. Kemudian, aplikasi teknologi dan transformasi digital dan strategi komunikasi.

“Berkomunikasi kepada publik dengan narasi tunggal dengan bahasa yang bisa merangkul audiens dengan akrab melalui berbagai platform media,” terangnya seraya menambahkan, komunikasi harus internal dan solid, menempatkan komunikasi sebagai bagian dari policy dan kebijakan, serta membangun ekosistem  kecerdasan AI (artificial intelligence). “Humas harus bisa menggunakan AI sebagai influencer,” sarannya.

Rekomendasi ketiga

Humas harus kolaboratif. Dijelaskan Agung, berkolaborasi bukan hanya dengan organisasi sejenis tapi juga lintas sektoral. “Menggaungkan spirit Indonesia bicara baik. Reputasi Indonesia diposisikan sebagai negara yang mampu, aman dan investasi serta bisa dikunjungi. Selain itu, menjaga semangat optimisme dan real dengan narasi-narasi membangun masa depan, baik internal eksternal maupun komunikasi pentaheliks,” terangnya.

Tonton:6 Penerima Anugerah Perhumas 2020

Ketiga rekomendasi tersebut, kata Agung, diambil untuk mengatasi tiga tantangan yang dihadapi dalam industri humas pasca-pandemi Covid-19. Agung menerangkan.

3 Tantangan Perhumas

Perhumas mencatat setidaknya ada tiga tantangan serius. Pertama, di antaranya industri 4.0, distrubtif yang memicu lalu lintas informasi sangat deras dan mengkhawartirkan.

Tonton:Mars Perhumas Versi KNH 2020

“Ada tendensi publik lebih percaya hoaks dan fakenews daripada berita real. Publik sendiri juga tidak bisa membedakan berita yang beretika dan tidak,” tegasnya.

Tantangan kedua, pandemi covid-19. Tidak hanya berdampak pada aspek kesehatan, ekonomi bisnis tapi juga berdampak signifikan pada kegiatan humas. “Ekonomi Indonesia diprediksi mengalami perlambatan semester ini. Artinya terjadi penurunan pada kegiatan humas,” ujarnya.

Tantangan ketiga, lanjut Agung, hoaks dan hilangnya kepercayaan publik. Kabar negatif merajalela di mana-mana melalui media sosial. Dalam situasi Covid-19 dan resesi ekonomi ini komunikasi publik butuh narasi Optimisme Indonesia.

“Publik butuh berimbangnya pemberitaan yang beredar di media digital dan capaian-capaian positif Indonesia, baik hal sosial, budaya, dan politik,” harapnya.

Yanis

Baca Juga:

1. Program Sedekah100, Solusi Masalah Anda Dengan Cara Berbagi

2. Pelayanan Umroh Terbaik dari PT. Albadriyah Wisata

3. Rumah-murah-Rp200-juta-dekat-gor-persib-GBLA dan Stasiun Kereta Cepat Tegalluar

Berita Terkait