Mewujudkan “Citarum Harum” Melalui “Citarum Institut”



Bandung, Beritainspiratif.com - Permasalahan Citarum memiliki kompleksitas tinggi, terstruktur, sistimatis, dan masiv (TSM) dan telah berdampak besar terhadap lingkungan dan menurunnya kualitas hidup manusia.

Sejalan dengan kearifan lokal “Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah”, filsafat Jawa yang mengandung makna bahwa kerukunan menumbuhkan kekuatan, perpecahan menumbuhkan kerusakan. Dan Kearifan lokal Ranah Minang “Basamo Mako Manjadi.” untuk ikhtiar “Jaga Seke”, yaitu merawat dan memuliakan sungai semoga menjadi komitmen kita semua.

Strategi Total Action bagi suksesnya program Citarum Harum Melalui Kajian keilmuan yang Aplikatif, Komprehensif dan Solutif serta Komitmen dan Aksi terbaik yang terstruktur, sistimatis dan masiv (TSM) bagi suksesnya program Citarum Harum.

“Citarum Institut” dideklarasikan Selasa, 14 Agustus 2018 di Aula Pikiran Rakyat, yang dihadiri oleh unsur-unsur sector 9 Citarum Harum, Akademisi, Media, Penggiat Lingkungan, Apindo, Kepala Dinas Lingkungan Hidup KBB dan Batan.

Januar P. Ruswita pada FGD yang diselenggarakan di Aula Pikiran Rakyat pada (14/8/2018) mengharapkan “Citarum Institute, harus wujudkan sinergi Pentahelix, yaitu kolaborasi : Akademic, Business, Community, Government dan Media”

Dalam salah satu kiprahnya Citarum Institut, Pada Jumat, tanggal 19 Oktober 2018, telah memenuhi undangan dari Sesjen Wantanas Letjen TNI Doni Monardo mengunjungi Sektor Pembibitan Citarum Harum di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung.

Undangan tersebut dihadiri oleh Ketua Institut Citarum Dr. Eki Baihaki, M.Si, Dini Dewi dari Asosiasi Profesor Doktor Hukum Indonesia, Pius Suratman Kartasmita dari UNPAR, Dedi Gusdiar dari ICMI Jabar, Asril Das pebisnis yang peduli lingkungan owner Grand Asrilia Hotel, Rohaji Trie dari Walhi, dan Wahyu dari IKA UNPAD.

Eki Baihaki, menyampaikan, aktifitas tadabur alam yang berlangsung sekitar 3 jam merupakan aktifitas yang menyegarkan dan penuh inspiratif. Dengan tour guide langsung oleh Sesjen Wantannas didampingi Letkol Inf. Choirul Anam sebagai Dan Sektor Pembibitan. Juga hadir Aster Kodam III Siliwangi Kolonel Adri Kusdianto, Yuhan Subrata dari Paguyuban Budiasih, perwakilan Artha Graha peduli, Muspika, petani serta tim dari Wantannas RI, katanya.

Ditempat yang sama ini pula, hampir setahun yang lalu Presiden Jokowi secara simbolis ikut menanam pohon, sebagai tanda mengembalikan semangat untuk menjaga dan melestarikan lingkungan serta menumbuhkan budaya cinta sungai. "Peresmian program ini menandai penanganan Sungai Citarum yang akan dilakukan secara terintegrasi melibatkan seluruh pihak, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah,TNI, Kepolisian, TNI, masyarakat, hingga organisasi kemasyarakatan," ujar Eki.

Sementara itu, Dan Sektor Pembibitan Letkol Choirul, menyampaikan bahwa apa yang dilakukan jajaran Sektor Pembibitan patut diacuni jempol. Meski mendapat banyak tantangan dari masyarakat sekitar namun bisa berjalan dengan baik.

"Saya menilai apa yang dilakukan oleh jajaran Sektor Pembibitan adalah luar biasa meski menghadapi tantangan yang tidak mudah, terutama yang terkait merubah kultur dan filosofi masyarakat sekitar terkait alam, yang masih menggunakan relasi eksploitatif yang mengabaikan kelestarian, dari pada relasi harmoni dalam menjaga alam agar tetap lestari," ujarnya.

"Alhamdulilah berdasarkan perjuangan Sektor Pembibitan dan jajaran pelan pelan mulai berubah dan supporting pada program Citarum Harum. Tentu dengan solusi komprehensif, tidak hanya melarang tetapi ada solusi yang baik bagi petani juga, tentu baik juga bagi alam. Saya sampaikan apresiasi yang tulus kepada Dan Sektor Pembibitan juga para Dan sektor 1 hingga 22 dan jajaran sebagai “Jihadis Lingkungan” yang diperlukan bangsa saat ini," ujar eki.

Letjen TNI Doni Monardo, selaku Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasiona yang dikenal pecinta tanaman juga sangat peduli dengan mata air bagi kehidupan, tak terkecuali mata air yang ada di Jawa Barat.

"Tentu saja, lingkungan mata air tersebut harus terjaga dengan baik sehingga mampu mengalirkan air yang benar-benar bersih. Relevan dengan kearifan lokal sunda “Jaga Seke” filosofi untuk merawat dan menjaga air, juga nama organisasi pegiat lingkungan," tambah eki.

Menjaga air adalah bagian menjaga kehidupan, Letjen TNI Doni Monardo, terinspirasi saat beliau bertemu dengan salah seorang warga dari Jerman yang menceritakan kepadanya “kenapa bangsa Aria kuat dan cerdas”. Salah satunya lantaran mereka mengonsumsi air yang bersih."Jadi menjaga mata air itu sangat penting, jangan sampai kita berurai air mata," Dikatakan berurai air mata lantaran tak menjaga lingkungan sehingga menimbulkan bencana.

Saat ini Satgas Citarum Harum telah menjadi tumpuan harapan masyarakat bagi terwujudnya solusi besar Citarum. Namun hingga saat ini Satgas Citarum Harum belum dapat bekerja optimal sesuai harapan banyak pihak.

Satgas Citarum masih bekerja dan berjalan secara parsial, belum berjalan sistimatis, terstruktur dan massif. Saat ini yang masih terlihat dan terasakan masyarakat adalah perjuangan dari prajurit TNI Kodam III Siliwangi, meski dengan dukungan program dan anggaran yang terbatas serta keterlibatan organisasi masyarakat pecinta Citarum.

Belum optimalnya fungsi dan peran dari Satgas Citarum Harum dikarenakan belum adanya dukungan infrastruktur yang semestinya. Terdapat kendala yang terkait instrumental, yaitu berupa aturan-aturan teknis implementatif terkait program maupun anggaran. Belum adanya infra struktur pendukung organisasi berupa Sekretariat yang menjadi kepanjangan tangan Dan Satgas dalam teknis implementasi program kerja secara lebih terstruktur sistimatif dan massif.   (Yanis)

Berita Terkait