Menristek/BRIN Dukung Bio Farma Jadi Industri Berbasis Inovasi



Bandung, Beritainspiratif.com -  Menteri Riset Teknologi/ Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang P.S Brodjonegoro melakukan kunjungan kerja ke Bio Farma jalan Pasteur kota Bandung, Kamis (12/12/2019).

Kunjungan ini dimaksudkan untuk melihat perkembangan inovasi Riset dan Pengembangan yang dilakukan oleh Bio Farma, melalui mekanisme kerjasama riset dan konsorsium bersama Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia dan  dengan negara lain.

Selain itu juga meninjau fasilitas R&D yang terkait dengan Organisasi Kerjasama Islam, dimana Bio Farma menjadi center of excellence dari pengembangan serum dan vaksin untuk negara OKI dan Indonesia melalui Bio Farma yang paling berpengalaman diantara negara OKI.

Dalam kunjungan kerjanya, Bambang P.S Brodjonegoro didampingi Plt. Deputi Penguatan Inovasi Jumain Appedan Direktur Inovasi Industri kemenristek/BRIN Santosa Yudo Warsono.

Baca Juga:Bio-farma-raih-penghargaan-laporan-harta-kekayaan-penyelenggara-negara-lhkpn-terbaik-2019

Bambang PS Brodjonegoro mengatakan Kemenristek/ BRIN sudah mengenal Bio Farma, sebagai industri yang aktif melakukan riset dan hilirisasi bersama lembaga penelitian. 

"Kami melihat bahwa Bio Farma adalah salah satu industri yang secara intens melakukan hilirisasi hasil penelitian, bersama lembaga penelitian seperti LIPI dan BPPT maupun Perguruan Tinggi," katanya. 

Bambang menilai Bio Farma sudah terlibat langsung dalam ekosistem inovasi. Dalam hal ini Bio Farma berfungsi sebagai pihak dunia usaha yang berupaya agar riset yang dilakukan oleh universitas dan lembaga tadi, berujung pada produk yang nantinya dibutuhkan oleh masyarakat.

Sementara itu, Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir menuturkan Bio Farma yang sudah menjadi holding farmasi akan menjadi pilar untuk bisa mengembangkan produk health security sesuai arahan presiden. 

"Kami juga bekerjasama dengan Perguruan Tinggi Negeri dan swasta, baik dalam negeri maupun swasta.Fungsi kami sebagai holding, adalah untuk membantu dalam hal hilirisasi produk. Karena tantangan berikutnya dari penelitian yang dilakukan oleh peruruan tinggi atau lembaga adalah mengenai hilirisasi," ujarnya.

"Keberadaan holding farmasi sangat vital, karena disamping bisa memproduksi juga punya value chain yang langsung ke retail dengan jaringan retail dari Sabang sampai Marauke melalui group holding farmasi BUMN”, ujar Honesti 

Sementara itu, Senior Executives Vice President (SEVP) Penelitian dan Pengembangan Bio Farma Adriansjah Azhari mengatakan, dalam meluncurkan produk terbaru, Bio Farma mengacu kepada prioritas yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Salah satunya vaksin Typhoid Conjugate dan Rotavirus yang  sedang Bio Farma persiapkan, untuk diluncurkan pada tahun 2021 dan 2022.

“Untuk vaksin Rotavirus masih dalam proses uji klinis tahap 2 dan untuk typhoid masih dalam uji klinis tahap 3. Uji ini guna melihat sejauh mana tingkat safety, eficacy dan quality dari vaksin, sebelum vaksin diluncurkan. Untuk pengujian klinis kami berkolaborasi bersama Universitas Gajah Mada”, ujar Adriansjah.

Dalam kunjungannya ke Bio Farma, Bambang Brodjonegoro  mengunjungi fasilitas laboratorium Center of Excellence yang terletak di dalam kampus Bio Farma.

Laboratorium ini telah menjadi rujukan bagi negara – negara yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI), untuk pelatihan dan sharing experience and knowledge dari Bio Farma tentang pembuatan vaksin yang sesuai dengan standar dari WHO.

Lab yang diresmikan tahun 2019 tersebut telah dikunjungi oleh beberapa negara, seperti negara Senegal dalam kegiatan  Reverse Linkage Senegal - Indonesia yang merupakan bagian dari kerjasama Selatan – Selatan dari Bappenas dan Islamic Development Bank (IsDB). 

Kemudian 16 Delegasi dari 16 Negara OIC mengikuti pelatihan mengenai Workshop on Cold Chain System Vaccine Management.Target pembentukan lab CoE ini, untuk menciptakan kemandirian diantara negara – negara yang tergabung dalam (OKI), berdasarkan pengalaman Bio Farma yang produknya sudah digunakan di lebih dari 140 negara.

(Ida)

Berita Terkait