Lonjakan Penumpang Di Terminal Cicaheum Cukup Signifikan Dibanding Tahun Lalu



Bandung, Beritainspiratif.com - Arus mudik di Terminal Cicaheum Bandung mulai terasa pada Sabtu (9/6). Puncak arus mudik berbeda dari tahun 2017 yang terjadi pada H-2 lebaran. "Untuk tren antar kota antar provinsi bergeser karena lonjakan cukup signifikan, tidak seperti biasanya. Dari H-6 kenaikannya hampir 87 persen," ujar Kepala Tata Usaha Terminal Cicaheum, Hamdani pada saat ditemui di Terminal Cicaheum, Senin (11/6) seperti diberitakan Republika.

Dari data Terminal Cicaheum, lonjakan pada H-6 yang mencapai 4.686 penumpang dari 237 bus. Hal tersebut berbeda dari H-6 lebaran 2017 yang hanya mencapai 1.206 penumpang saja.

Sementara H-7 mencapai 2.945 penumpang dan H-5 di angka 4.112 penumpang. Di tahun 2017, puncak arus mudik berada di H-2 lebaran dengan jumlah 6.378 penumpang. Hamdani menilai, perubahan puncak arus mudik terjadi karena libur panjang sebelum awal lebaran.

Di sisi lain, tiket bus hingga H-1 lebaran telah habis terjual. Untuk mengantisipasi lonjakan penumpang, bagi angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP), dibuat perubahan jalur trayek dari Damri dan penambahan secara individu dari tiap perusahaan bus untuk antar kota antar provinsi (AKAP). "Untuk AKDP, dari Damri disediakan tambahan 20 bus. Untuk AKAP tergantung masing-masing bus, sampai 10 bus," jelasnya.

Dari segi keamanan, pihak Terminal Cicaheum dan Polda Jawa Barat menambah pengamanan. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi tindak kejahatan atau teror di objek vital. "Untuk kejahatan memang belum ada laporan, yang terjadi biasanya di luar terminal, bukan di dalam terminal," katanya.

Sementara dari segi kenyamanan, pihak terminal telah melakukan tes kesehatan bagi para supir bus. "Hasil urine justru negatif, tapi tekanan darah banyak yang diatas normal. Kita menyediakan tempat beristirahat untuk para supir di lantai 1 kantor terminal," lanjutnya.

Sementara uji kelayakan bus telah dilakukan //ram check// H-7 lebaran dari Terminal Cicaheum, Polda Jabar dan Dinas Perhubungan Jawa Barat. "Untuk kelayakan bus tergantung dari fatal atau tidaknya, kalau fatal akan dikembalikan, kalau masih bisa ditanggulangi, bisa diperbaiki di terminal," katanya.

Untuk tarif angkutan, Hamdani mengaku tidak ada perubahan sejak 2014 lalu. "Untuk tarif AKAP ekonomi dikeluarkan dari kementerian, kalau AKDP ekonomi dikeluarkan Gibernur. Untuk non ekonomi dikembalikan ke pasar," jelasnya.

Dia menilai, harga nonekonomi dibuat oleh perusahaan penyedia layanan karena adanya perbedaan fasilitas. Seperti adanya selimut, kamar mandi, bantal, bahkan cemilan selama perjalanan.

Hamdani tetap mengimbau calon penumpang untuk tetap kondusif dan berhati-hati dengan barang bawaan. "Tiap tahun selalu  Kdiimbau agar tidak membawa barang lebih dari kapasitas. Jangan sampai bawa perhiasan yang menyolok yang dapat mengundang kejahatan," katanya.

(Kaka)

Ilustrasi: Wikimapia.org

Berita Terkait