Ketua FBS Kota Bandung: Perilaku ODF Berdampak Buruk Terhadap Lingkungan dan Kesehatan



Bandung, Beritainspiratif.com - Sebanyak 200 ribu Kepala Keluarga (KK) di Kota Bandung masih melakukan perilaku Open Defecation Free (ODF) atau Buang Air Besar Sembarangan. Setiap orang melakukan Buang Air Besar sebanyak 200-300 gram/hari, artinya sebanyak 5 ton/hari tinja di buang ke selokan dan sungai.

Hal itu ungkapkan oleh Ketua Forum Bandung Sehat (FBS) Siti Muntamah Oded di Taman Sejarah, Jalan Aceh, Kota Bandung Kamis (27/2/2020).

Umi sapaan akrabnya mengatakan, dari 151 Kelurahan yang ada di Kota Bandung, Kecamatan Sumur Bandung menjadi kecamatan tertinggi yang melakukan prilaku ODF.

Menurutnya, salah satu dampak buruk dari prilaku ODF yaitu tercemarnya lingkungan, sehingga menimbulkan banyak penyakit menular seperti diare.

"Kalau kita lihat tren, itu kalau diare selalu ada di Kota Bandung. Trennya di 11 ribuan pertahun, artinya angka itu adalah angka yang cukup besar karena diare itu salah satu penyebabnya adalah kurangnya akses terhadap air minum yang sehat," ucap Umi.

Selain Diare, perilaku ODF juga menjadi penyebab terjadinya stunting.

"Yang namanya stunting itu adalah tumbuh kembang otak anak tidak optimal. Jadi, sejak dia ada di dalam perut, sampai ketika lahir sampai berusia 2 tahun, 1000 hari pertama kehidupan intervensinya itu kepada orangtuanya, kepada ibunya," jelasnya.

Sehingga, Ibu hamil harus memiliki pola hidup bersih dan sehat. Sebab menurut Umi, ketika lingkungannya tidak bersih misalnya, airnya kotor, tercemar lingkungannya, udaranya juga, akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin.

"Ketika lahir misalnya kita melihat bahwa ternyata sampai usia 2 tahun ini tidak mendapatkan makanan yang sehat, termasuk juga air dan lain sebagainya. Sehingga, yang seharusnya energi itu digunakan untuk mengembangkan otak, itu akhirnya terkurangi, itu yang kita khawatirkan," katanya.

Sementara itu, Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga Dinas Kesehatan Kota Bandung, Widyastuti mengatakan, ODF ini awalnya dari program sanitasi total berbasis masyarakat dari Kementerian Kesehatan berupa 5 pilar.

"Lima pilar itu, stop BAB sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan, pengelolaan sampah, dan pengelolaan limbah cari rumah tangga," katanya.

Widyastuti mengungkapkan, target Sustainable Development Goals (SDGs) 2019 yaitu 100, 0, 100. Artinya 100 persen masyarakat terakses air minum yang layak, 0 persen kawasan kumuh, dan 100 persen masyarakat terakses sanitasi dasar yang layak yaitu jamban sehat.

"Pada 2019 itu baru mencapai 64,02 persen, tetapi saat ini ada kenaikan di angka 68,48 persen, itu berkat dukungan dari Forum Bandung Sehat. Estimasinya dana dari pemerintah yang difokuskan ke ODF ini masih menyisakan 115.000 KK lagi, sehingga harus diselesaikan secara mandiri dari masyarakat, bisa CSR atau dibantu pihak lain," katanya.

Sedangkan Ketua Paguyuban Camat Kota Bandung, Firman Nugraha mengatakan, berbagai upaya ODF 100 Persen ini juga terus dilakukan di lembaga masyarakat, minimal sosialisasi bahaya, serta manfaat dari ODF, termasuk kegiatan lainnya.

"Kalau di Arcamanik banyak pemukiman padat. Kita cari solusi dan memberikan arahan terhadap kondisi tersebut, ada pemanfaatan lahan untuk septic tank komunal seperti di halaman dan gang," katanya.

Menurut Firman, ada juga bantuan dari program Kotaku (Kota Tanpa Kumuh) untuk pembuatan septic tank, selain sebagai sarana prasarana, selain itu Bang Kasep juga sebagai solusi atas ide dari masyarakat.

"Kendala dari septic tank ini ada banyak sebab. Salah satunya warga yang tidak memiliki uang, sehingga pinjaman dari Bang Kasep (Bangga Kanggungan Septic Tank) ini pun jadi solusi, dan alhamdulillah pengembaliannya pun lancar, dan kebutuhannya jadi terpenuhi," katanya.

(Mugni)

Berita Terkait