Kasus DBD di Jabar Meningkat, Dinkes Galakkan Gerakan Jumantik Cegah Penyebaran Nyamuk Aides Aigepty



Bandung, Beritainspiratif.com - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jawa Barat, sampai Maret 2020 sudah hampir mencapai 4.600, 16 orang diantaranya meninggal dunia.

"Untuk kematian, kemarin bertambah satu orang, jadi ada 16 orang yang meninggal di provinsi Jawa Barat akibat demam berdarah pada tahun 2020, tertinggi di Ciamis 3 orang," ungkap Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Berli Hamdani pada acara Japri di gedung Sate kota Bandung, Jum'at (13)3/2020).

Guna mengantisipasi semakin banyaknya korban DBD, Dinas Kesehatan Jabar sudah mengambil sejumlah langkah.

Berli Hamdani mengatakan, pihaknya bersama Dinkes Kabupaten/Kota melakukan pemantauan jentik secara berkala. Salah satunya dengan mendorong gerakan satu rumah satu pemantau jentik (Jumantik).

"Kemudian, persediaan abate di semua kabupaten/kota, cukup untuk dibagikan ke masyarakat. Tapi, memang perlu koordinator di setiap RT untuk menyalurkan abate," kata Berli.

Dinkes Jabar juga memastikan persediaan stok obat-obatan, termasuk infus, di semua fasilitas kesehatan.

"Semua obat-obatan tersedia dan lengkap, termasuk infus. Infus ini dapat menangani penderita DBD yang mengalami shock," ucap Berli.

Berli pun memastikan, semua fasilitas kesehatan di Jabar sudah memahami betul protokol dalam melakukan penanganan terhadap penderita DBD.

"Tetapi yang sering terjadi adalah keterlambatan mengantar anggota keluarga yang sakit ke fasilitas kesehatan terdekat. Dari 16 kasus kematian itu, rata-rata karena keterlambatan," katanya.

Berli juga mengimbau masyarakat Jabar untuk bergerak dalam mencegah DBD. Seperti melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3 M Plus (menguras, menutup, memanfaatkan tempat yang berpotensi jadi tempat berkembang biak nyamuk).

"Kita berharap masyarakat sudah melakukan gerakan Jumat Bersih atau apapun itu yang dilakukan secara masif dan bersama-sama. Sehingga, bisa menghilangkan tempat nyamuk berkembang biak," ucapnya.

"Termasuk membantu kalau harus dilakukan fogging. Fogging itu dilakukan di tempat yang sudah positif ada virus deague pada darah seseorang, baru dilakukan fogging," imbuhnya.

Dari sisi akademik, Agus Riyanto dosen STIKES Jenderal Achmad Yani menuturkan perlunya gerakan pemberantasan nyamuk secara serentak untuk pencegahan DBD.

Salah satunya dengan menggalakkan kembali program juru pemantau jentik atau jumantik.

"Dalam hal ini salah seorang dari keluarga berperan memeriksa rumah masing-masing dan memberantas sarang nyamuk. Sedangkan kader jumantik, dapat memantau sekitar 20 rumah disetiap RT," ujarnya.

"Kita sebagai akademisi juga siap membantu Dinas (Kesehatan) maupun puskesmas. Kita punya banyak staf, dosen dan mahasiswa yang siap diterjunkan untuk menggerakkan masyarakat melalui penyuluhan keliling," pungkasnya.

(Ida)

Berita Terkait