Haru dan Bangga Penuh Perjuangan “Anak Tukang Ojek” Asal Semarang Lulus IPB Terbaik Predikat Cumlaude



Bogor, Beritainspiratif.com - Lutfi Rahmaningtyas (22) anak seorang tukang ojek asal Kabupaten Semarang, Jawa Tengah mengukir prestasi dengan menjadi lulusan terbaik dari Fakultas Kehutanan program studi sumber daya hutan dan ekowisata Institut Pertanian Bogor (Fahutan-IPB), dengan indeks prestasi kumulatif atau IPK 3,95 dan predikat 'Cumlaude'.

Acara Wisuda tahap III tahun ajaran 2018/2019 dihadiri pula oleh ayahnya Juwari (54) dan ibunya Sri Lestari (49), berlangsung di Graha Widya Wisuda IPB Kampus Dramaga, Bogor, pada Rabu, (12/12/2018).

Walau bapaknya seorang tukang ojek yang biasa mangkal di Pasar Babadan, Semarang, dan ibu seorang ibu rumah tangga, tetapi kedua orang tuanya sangat mementingkan pendidikan Lutfi dan kedua adiknya.

"Bapak saya hanya lulusan SD, penghasilannya tidak menentu rata-rata Rp 30.000 sampai Rp 50.000. Bapak selalu bilang, kalau anak-anak bapak harus sekolah sampai tinggi," kata Lutfi.

Menurut Lutfi, walau bapaknya hanya seorang tukang ojek dengan penghasilan pas-pasan, tetapi memiliki komitmen untuk menyekolahkan anaknya dari SD sampai SMA. Bahkan tak jarang, bapaknya harus meminjam uang untuk biaya sekolah ketiga anaknya.

Beruntungnya Lutfi termasuk anak berprestasi sehingga mendapatkan beasiswa yang membantu meringankan beban kedua orangtuanya. "Bapak pernah berpesan kepada kami bertiga kalau mempunyai kewajiban untuk menyekolahkan kami hingga SMA, selebihnya biaya sendiri," kata dara berhijab ini.

Lutfi, alumni SMA Negeri 1 Ungaran, Kabupaten Semarang ini, menerima beasiswa Bidikmisi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan masuk IPB melalui jalur SNMPTN.

Sebelum memulai perkuliahan, karena tidak memiliki ongkos untuk berangkat ke Bogor, Lutfi menggunakan waktu luang setelah lulus Ujian Nasional (UN) bekerja di pabrik biscuit. "Alhamdulillah, uang gajinya digunakan untuk ongkos ke Bogor," katanya.

Keberhasilan yang diperoleh saat ini bukan tanpa perjuangan. Selepas kuliah, dia mengajar dan menjadi asisten dosen guna mendapatkan uang tambahan demi membiayai kuliahnya, cerita Lutfi.

"Iya ayah sudah bilang kalau tidak sanggup, tapi beliau juga selalu menyemangati, dan saya memliki tekat dan niat kalau mencari ilmu itu adalah ibadah dan Alhamdulillah saya bisa kuliah melalui jalur SNMPTN dan mendapat beasiswa dari bidik misi," katanya.

"Saat kuliah saya mengajar di bimbel Mitra PPKU, dalam seminggu saya mengajar 3-4 kali, 4, dulu ketika TPB atau PPKU saya bisa mendapatkan uang tambahan dengan berjualan (danusan) makanan ringan, setelah di fakultas saya juga sempat bekerja freelance di Aqla Travel Agency dgn sistem bayaran by project, Selebihnya untuk mencukupi kebutuhan saya lebih menggunakan strategi untuk menghemat pengeluaran dan memanfaatkan uang bidikmisi sebaik-baiknya," ujarnya.

"Saya harus mencari uang tambahan dengan mengajar les di bimbel terutama untuk membayar biaya praktikum yang mengharuskan ke lapang," katanya.

Di balik kebahagiaannya hari ini, Lutfi sebenarnya sempat berduka beberapa bulan terakhir karena ayahnya terkena stroke ringan. Saat ini, ayahnya sedang rutin menjalani pengobatan dan belum bisa kembali mengojek.

Meski demikian, dia tak patah semangat. Justru Lutfi ingin membanggakan kedua orang tua dengan prestasi yang diraihnya.

"Setelah lulus saya berencana bekerja secara profesional di mana pun untuk mengambil andil dalam upaya konservasi sumber daya hutan," katanya, yang dilansir kantor berita antara, rabu (12/12/2018).

(Yanis)

Berita Terkait