Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Wagub Jabar Ajak Masyarakat Peduli Terhadap ODGJ dan ODMK



Bandung,Beritainspiratif.com - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan Fidiansyah mengingatkan, peran keluarga dalam pencegagan gangguan jiwa sangat penting.

Karena itu, keluarga diharapkan semakin peka dan bisa melakukan deteksi dini pada anggota keluarganya, agar penanganan dapat dilakukan secepat mungkin dengan membawanya ke rumah sakit jiwa.

"Semakin cepat orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dan orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) dipulihkan, maka dapat segera mengembalikan keproduktifan dan kemandirian mereka," katanya pada peringatan hari kesehatan jiwa sedunia tingkat provinsi Jawa Barat, di RSJ Jawa Barat jalan Cisarua Kabupaten Bandung Barat, Rabu (23/10/2019).

Fidiansyah berharap kepala daerah meningkatkan standar pelayanan minimal di wilayahnya dengan menyiapkan sarana untuk ODGJ sesuai standar. 

"Rumah sakit jiwa juga harus semakin siap untuk menampung dan melayani dengan cepat, sehingga apa yang dialami ODGJ dan ODMK semakin cepat dipulihkan," ucap Fidiansyah.

Ia mengapresiasi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat yang membangun kampung Wahana Layanan ODGJ Mandiri (Walagri) dan Crisis Center layanan kesehatan jiwa dalam pencegahan bunuh diri di masyarakat.

Apalagi berdasarkan hasil survey litbangkes, setiap hari di Indonesia lima orang meninggal karena bunuh diri. Bahkan didunia angkanya lebih fantastis lagi, setiap 40 detik satu orang bunuh diri.

"Tingginya angka
bunuh diri ini merupakan tantangan dan ancaman yang harus dicegah.
Bunuh diri tidak mengenal usia, strata pendidikan dan jenis kelamin," papar dia.

Senada dengan Fidiansyah, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum meminta masyarakat untuk meningkatkan kepedulian terhadap ODGJ.

Jika menemukan orang yang terindikasi gangguan jiwa, masyarakat diharapkan tidak membiarkannya, apalagi mendiskriminasi. Tetapi, masyarakat setidaknya bisa melaporkan kondisi orang tersebut kepada pihak terkait.

"Masyarakat kalau menemukan ODGJ atau ODMK, jangan diacuhkan apalagi ditertawakan," kata Uu.

Menurut Uu Ruzhanul Ulum, keluarga jangan malu bila ada anggota keluarganya yang mengalami ODGJ atau ODMK. Sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit jiwa untuk direhabilitasi.

"Segera bawa ke rumah sakit jiwa untuk direhabilitasi atau kalau memang mampu diurus sendiri, karena kami juga memiliki keterbatasan petugas dan anggaran tapi kalau dilakukan bersama-sama tentu akan lebih baik," ujar Uu.

Sementara untuk menekan angka gangguan jiwa, ditegaskan Uu perlu ada tindakan preventif, salah satunya dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan. 

Uu meyakini bila iman dan takwa sudah kuat, maka masalah yang dihadapi tidak akan sampai mengganggu kejiwaan seseorang.

"Upaya Pemdaprov Jabar menekan angka gangguan kejiwaan juga ada pada program-program yang sifatnya kemasyarakatan," kata Uu.

Pada peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia Tingkat Provinsi Jabar kali ini, Uu meresmikan Kampung Walagri (Wahana Layanan ODGJ Mandiri) dan Crisis Center pelayanan kesehatan jiwa yang ada di Rumah Sakit Jiwa Cisarua dan klinik utama Graha Atma Bandung. 

Menurut Uu, kampung Walagri adalah salah satu cara untuk mempercepat rehabilitasi sekaligus menciptakan rehabilitan yang produktif.

"Sehingga saat keluar dari tempat rehabilitasi selain sehat juga memiliki kemampuan, minimal untuk memenuhi kebutuhan hidup. Karena di Kampung Walagri ini mereka juga diberi keahlian kewirausahaan," tutur Uu.

Direktur Utama Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jabar Elly Marliyani berharap melalui peringatan ini pihaknya dapat mempromosikan pelayanan kesehatan jiwa berbasis pemulihan dan menurunkan stigma atau cap buruk dan diskriminasi masyarakat terhadap ODGJ dan ODMK.

"Sehingga mereka dapat hidup produktif di masyarakat sesuai dengan potensi dirinya," kata Elly.

Berdasarkan data dari Rumah Sakit Jiwa Jawa Barat, jumlah kunjungan pasien rawat inap, rawat jalan, dan IGD dalam 5 tahun terakhir mengalami peningkatan, namun tahun 2019 ini sampai bulan September menunjukkan penurunan.

Pada tahun 2014 pasien rawat inap, rawat jalan, dan IGD di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jabar berjumlah 47.757 orang, berikutnya berjumlah 48.967 orang (2015), 53.930 orang (2016), 59.455 orang (2017), 59.122 orang (2018), dan 41.194 orang (2019).  (Ida)

Berita Terkait