Hari Kesehatan Jiwa Sedunia : Di Jawa Barat Orang Dengan Masalah Kejiwaan Meningkat



Bandung,Beritainspiratif.com - Yono Sugiono (35), nyaris dua kali berniat mengahiri hidupnya. Pemuda Sumedang itu mengalami patah hati atau putus cinta, pasca gagal menikah dengan pujaan hatinya. Hal itu diungkapkan Yono dalam testimoninya pada acara Jabar Punya Informasi (japri), dengan temaHari Kesehatan Jiwa Dunia 2019 di gedung Sate kota Bandung, Kamis (10/10/2019).

Yono mengaku aksi nekad itu pertamakali dilakukan pada tahun 2006. Tiga tahun berikutnya pada tahun 2009, niat untuk melakukan
bunuh diri itu kembali muncul. Ia merasa hidupnya tidak berguna, kurang percaya diri dan tidak punya lagi harapan hidup.

Ketika dirawat di RS Jiwa pun, keinginan bunuh diri selalu muncul. Untuk pulang ke kampung halaman, dirinya merasa malu karena akan bertemu dengan mantan kekasih yang memang tinggal sekampung dengan dia.

Direkrur RS Jiwa (RSJ) Jawa Barat Elly Marliani mengatakan, kasus seperti Yono ini masuk dalam kelompok Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK).

"Jadi kalau sudah ada perasaan sedih, letih, lesu tidak bersemangat, malas keluar rumah atau malas melakukan aktivitas, itu sudah menunjukkan gejala tersebut (ODMK). Dan biasanya diperberat dengan rasa putus asa, putus harapan, ingin mengahiri hidup. Dia harus melakukan call friend atau melakukan aktivitas. Setelah itu harus cari pertolongan," katanya.

Menurut Elly, di Jawa Barat penderita ODMK
Jumlahnya cukup banyak, lebih banyak dari Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Berdasarkan data, jumlah penderita ODMK di Jawa Barat sekitar 10 persen atau 10 dari 100 orang masyarakat Jawa Barat, mengalami ODMK.

Penyebabnya multi faktor yaitu biopsycho sosialspiritual.
Untuk psychosocial yang tertinggi karena stress kehidupan, seperti ditinggal oleh orang terdekat, masalah pekerjaan dll.

"Bahkan ketergantungan menggunakan gadget, juga bisa jadi penyebab gangguan jiwa," ujarnya.

Sebelumnya kasus ODMK terjadi pada usia paling muda 15 thn, namun kini ada ODMK dengan usia 5 dan 8 tahun akibat ketergantungan pada gadget.

"Kami (RSJ) menerima pasien sakit jiwa usia 8 tahun, akibat kecanduan menggunakan gadget," papar Elly.

Remaja merokok juga menjadi gerbang penggunaan napza dan mengakibatkan ketagihan. Kasus seperti ini mendongkrak jumlah penderita ODMK meningkat tajam terutama di perkotaan.

Penyakit tidak menular ini, ungkap
Kepala Seksi Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan Jawa Barat Arief Sutedjo, merupakan fenomena gunung es.

"Kasus ODMK yang terungkap saat ini sedikit, padahal jumlahnya banyak sekali," ujarnya.

Ia mengungkapkan, di Jawa Barat prevalensi penderita gangguan jiwa 0,14 persen dari 49 juta penduduk Jawa Barat atau sekitar 69 ribu orang, namun hanya 10 persen yang mendapat layanan sosial, kesehatan dll.

Meningkatnya penderita ODMK termasuk angka bunuh diri ini, menurut staf Khusus Gubernur Jawa Barat bidang kesehatan Siska Gerfianti, cukup menghawatirkan.

"Ini menghawatirkan bagi kita kalau sumberdaya manusia yang ada begitu rentan," ucap dia.

Guna merespons kasus tersebut, Jawa Barat mengisi hari Keseharan Jiwa Sedunia tahun ini, dengan menyelenggarakan sosialisasi bagi mahasiswa tentang gangguan kejiwaan dan pencegahannya serta melatih siswa SMA tentang Mental Health First Aid, Pertolongan Pertama Kesehatan Mental.

Pada puncak peringatan yang akan digelar 23 Oktober 2019, juga akan diresmikan kampung dan cafe Walagri (wahana layanan ODGJ mandiri)
serta crisis center untuk pencegahan bunuh diri.

Tema peringatan tahun ini "Promosi kesehatan jiwa dan pencegahan bunuh diri,". (Ida)

Berita Terkait