Gempa di Planet Merah untuk Pertama Kalinya Dapat Disimak



Jakarta, Beritainspiratif.com - Wahana robotik milik lembaga antariksa Amerika Serikat (NASA), InSight, telah mendeteksi dan mengukur apa yang para ilmuwan yakini sebagai "marsquake" yang menandai pertama kalinya kemungkinan gempa seismologis direkam di planet lain.

Terobosan yang dilaporkan Jet Propulsion Laboratory (JPL) California, dipublikasikan pada Selasa (23/4), hampir lima bulan setelah InSight, yang dirancang khusus untuk mempelajari interior yang dalam dari dunia yang jauh, mendarat di permukaan Mars. InSight sendiri memiliki misi seismologis dua tahun di Planet Merah tersebut.

Gemuruh samar yang dicirikan oleh para ilmuwan JPL sebagai kemungkinan terjadinya gempa, kira-kira sama dengan gempa berkekuatan 2,5 Skala Richter, dicatat pada 6 April, hari ke-128 sejak pendaratannya di Mars pada November silam.

Marsquake dideteksi oleh seismometer buatan Prancis milik InSight, sebuah instrumen yang cukup sensitif untuk mengukur gelombang seismik hanya setengah dari jari-jari atom hidrogen. "Kami telah mengumpulkan kebisingan latar belakang hingga saat ini, tetapi acara pertama ini secara resmi memulai bidang baru: seismologi Mars," kata penyelidik utama InSight Bruce Banerdt dalam rilis berita yang dilansir dari Media Indonesia.

Para ilmuwan masih memeriksa data untuk secara meyakinkan menentukan penyebab pastinya. Sejauh ini, getaran tersebut disinyalir berasal dari dalam planet ini alih-alih kekuatan di permukaan, seperti angin.

Misi InSight ialah untuk mengidentifikasi gempa yang terjadi di planet ini, dengan tujuan untuk membangun gambaran yang lebih jelas tentang struktur interior Mars. Dengan mempelajari Mars pada intinya, InSight bertujuan untuk kembali ke masa lalu dan menjelaskan faktor-faktor apa yang menghasilkan bumi yang penuh kehidupan dan Mars yang sunyi.

"Informasi yang dikumpulkan akan membantu kita untuk memahami evolusi planet berbatu di dalam dan di luar tata surya kita," Rafael Navarro-Gonzalez, anggota misi Curiosity dan seorang peneliti di Institute of Nuclear Sciences di National Autonomous University of Mexico ( UNAM), kepada Al Jazeera.

[Yanis]

Berita Terkait