Gagal Masuk Lewat Jalur Prestasi Ortu Luapkan Kekesalan Rusak Fasilitas Sekolah



Cimahi, Beritainspiratif.com - Orangtua calon siswa mengamuk hingga merusak fasilitas SMAN 5 Kota Cimahi, Sabtu 30 Juni 2018. Motifnya akibat anaknya ditolak dalam proses penerimaan peserta didik baru atau PPDB jalur prestasi.

Ketika dikonfirmasi, Kepala SMAN 5 Cimahi Ajat Sudrajat membenarkan hal tersebut, Rabu 4 Juli 2018. "Memang kemarin anak tersebut mendaftar PPDB jalur prestasi. Hasil penilaian panitia, calon peserta didik yang bersangkutan tidak memenuhi kriteria. Ternyata terjadi perusakan di sekolah," ujarnya di ruang kerja di Jalan Pecinan Kota Cimahi seperti dilansir Pikiran Rakyat.

Menurut dia, pertimbangan penolakan itu juga termasuk sikap anak tersebut yang kerap berbuat onar di sekolah asal.

Kejadian tersebut berlangsung pada Sabtu 30 Juni 2018 pada hari keputusan PPDB jalur prestasi di SMAN 5 Kota Cimahi. Sekitar pukul 17.30 WIB, orangtua calon siswa datang ke sekolah dan merusak sejumlah barang. Di antaranya sejumlah pot bunga terguling, pecah, dan  tanahnya berserakan.

Tak hanya pot saja yang dirusak, orangtua siswa memecahkan kaca meja tamu di ruang Wakil Kepala SMA Negeri 5 Kota Cimahi.

"Saya tidak tahu persis juga kejadiannya karena saya di sekolah sampai sore, lalu pulang. Malamnya, di sekolah tinggal penjaga sekolah sama petugas yang bersih-bersih, tahu-tahu ada yang datang guling-gulingkan pot tanaman, lalu ruang Wakasek terbuka dia masuk dan kaca meja pecah. Saya diberitahu dan langsung datang ke sekolah, sebagian guru juga berdatangan dan lihat kerusakannya. Kalau kejadian berlangsung siang dan masih banyak pendaftar mungkin bakal panik," katanya.

Bersikap buruk sehingga ditolak PPDB jalur prestasi

Data yang diajukan pihak orangtua, anaknya memiliki prestasi di bidang olahraga renang. Namun, pihak SMAN 5 Cimahi tidak menerima yang bersangkutan karena karakter dan sikap anak yang dinilai bisa membawa dampak buruk bagi sekolah ke depannya.

"Ada laporan dari guru olahraga di sekolah asalnya dan pelatih renangnya, anak tersebut pernah merusak jok motor guru, menuliskan kata-kata tidak pantas saat kelulusan. Jadi itu alasannya kami tidak bisa meluluskan dia, karen karakter dia khawatir mempengaruhi siswa lain nantinya," kata Ajat.

Pihak sekolah sempat melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Cimahi. Akhirnya, orangtua calon siswa datang kembali ke sekolah pada Senin 2 Juli 2018 mengakui perbuatannya. Ia pun sudah membuat permintaan maaf secara tertulis.

"Dia datang ke sekolah untuk mediasi dengan kami, mengakui perbuatannya. Kami minta dia membuat pernyataan tertulis. Intinya tidak mengulangi perbuatannya dan tidak akan menjelek-jelekkan nama baik sekolah," ucap Ajat.

Ajat tak mempermasalahkan kerugian akibat pengrusakan yang diderita sekolah. Meski, dia menyayangkan sikap orangtua calon siswa tersebut menjurus pada tindakan kriminal.

"Kejadian seperti ini baru pertama kali terjadi selama saya menjabat 3 tahun. Saya sebetulnya kecewa, karena dia datang kesini dengan cara tidak baik padahal kami bisa menjelaskan. Kalau memang dia protes dan minta dilakukan peninjauan ulang, pasti kami lakukan. Tapi caranya baik-baik, tidak anarkis seperti ini. Kami tidak perhitungkan lah soal kerugian materi, sudah kami perbaiki dan kami ganti kaca yang pecah. Kami sampaikan apa adanya sesuai kondisi dan data yang ada, tapi kalau beliau terus menjelekkan nama sekolah kami akan lanjutkan kasus ini," kata dia.

Orangtua calon siswa, Hektor Welleam Herwawan sempat memberikan keterangan kepada wartawan. Dia mengaku dirugikan lantaran anaknya tidak diterima di SMAN 5 Cimahi. Padahal anak itu menyandang prestasi di bidang renang dan termasuk atlet Kota Cimahi.

Salahkan pelatih renang

Menurut dia, ada tiga orang pendaftar yang prestasinya di bawah anaknya justru diterima oleh SMAN 5 Cimahi. Dia menuding pelatih renang anaknya mengakomodir pendaftaran ke sekolah tersebut secara kolektif.

"Saya kira karena anak saya ada masalah dengan pelatih renang jadi dia dijelek-jelekkan dan dan tidak lolos pendaftaran. Padahal anak saya berprestasi justru tersingkir," ungkap Hektor.

Hektor kecewa pihak sekolah tidak meloloskan anaknya dalam PPDB melalui jalur prestasi.

Orangtua kecewa pihak sekolah tidak meloloskan anaknya dalam PPDB melalui jalur prestasi hanya karena karakter dan sikap yang dinilai kurang baik. Namun, Hektor tidak membeberkan perihal pengrusakan yang dilakukannya di SMAN 5 Cimahi.

"Mana ada penilaian lolos atau tidak dalam PPDB itu berdasarkan karakter anak. Saya kira subjektif dan merugikan. Seharusnya sekolah mendidik anak agar karakternya menjadi baik," ucap dia.

(Kaka)

Berita Terkait