Esti Handayani Usia 39 Tahun, Raih Profesor Termuda Dari Unmul Samarinda



Jakarta, Beritainspiratif.com – Menjadi Profesor atau pakar adalah seorang  guru besar dengan jabatan fungsional tertinggi bagi dosen di lingkungan pendidikan tinggi, merupakan suatu prestasi sekaligus hal yang membanggakan. Begitulah yang dirasakan Esti Handayani Hardi, yang resmi menyandang  profesor dari Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Mulawarman ( Unmul) Samarinda, Kalimantan Timur dengan usia termuda, 39 tahun di sepanjang sejarah Unmul.

Setelah menyampaikan orasi ilmiahnya, Esti lalu dikukuhkan sebagai guru besar oleh Rektor Unmul, Prof Masjaya, pada acara yang berlangsung di Lantai Empat Gedung Rektorat, Unmul, Jalan Gunung Kelua, Samarinda, Selasa (25/2/2020).

Rektor Unmul Prof Masjaya, dalam sambutannya menyampaikan bahwa Esti merupakan Profesor termuda.

"Dia menjadi profesor termuda, setelah sebelumnya ada yang usia 40 tahun gelar profesor di Unmul," kata Masjaya.

Prof Esti berhasil menyelesaikan risetnya tentang "Pengembangan Akuakultur Ramah Lingkungan Berbasis Tanaman Lokal Kalimantan Timur" tahun 2019.

Esti mengatakan, semua tahapan menuju profesor telah dia jalani mulai dari penelitian, penulisan artikel, hingga mengajar. Sejak 2012, Esti meneliti soal produk obat ikan. Menurutnya, ada tantangan yang menarik.  Di satu sisi, pemerintah memberi imbauan kepada masyarakat konsumsi ikan.

Namun, sisi lain tak ada yang memberi jaminan kandungan dalam ikan sehat untuk tubuh.

"Hampir tidak ada yang memastikan itu," jelas perempuan kelahiran Lampung tahun 1980 ini. Selain itu, pemerintah juga melarang pengunaan obat kimia, namun tak ada ketersediaan obat-obatan herbal yang memadai.

Alasan tersebut mendorong dirinya meneliti obat-obatan herbal berbasis tanaman lokal bagi ikan. Awalnya, Esti meneliti 21 jenis tanaman di Kaltim. Namun, hasil riset hanya tiga tanaman yang mengandung unsur memenuhi obat ikan.

Di antaranya, ekstrak temu kunci (Boesenbergia pandurata), ekstrak terung asam (Solanum ferox) dan lempuyang (Zingiber zerumbet) serta pakan tambahan berbasis terung asam untuk ikan air tawar.

"Dari tiga bahan baku ini sudah diolah jadi empat produk yang sudah dipatenkan dan kini telah dipasarkan di pasar dokumestik," jelas Prof Esti.

Keempat produk tersebut di antaranya, bioimun dan three in one (3 in 1) merupakan obat antibakteri dan immunostimukan untuk ikan, produk Biofeed sebagai bahan pakan ikan dan Biostesi untuk mengurangi ikan stres dan lainnya.

Saat ini, keempat produk ini masih di produksi dengan skala kecil di Fakultas Kelautan dan Perikanan Unmul. Sementara pasar sudah menyebar ke Jawa Tengah, Gorontalo, dan lainnya.

"Saya ingin ke depan Unmul punya pabrik sendiri yang lebih besar untuk produk ini. Jadi ada income buat Unmul," kata Prof Esti.

Profil Prof. Esti

Lahir di Lampung Tahun 1980

Gelar strata satu (S-1) diraih di Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah dengan konsentrasi ilmu budidaya perairan.

Gelar magister (S-2) di Institut Pertanian Bogor tahun 2002-2003 dengan konsentrasi ilmu air

Gelar doktor (S-3) program pertanian Bogor dengan konsentrasi ilmu akuakultur tahun 2008-2010. (*)

Sumber: Kompas.com

Berita Terkait