Banyuwangi Gelar Festival Gandrung Sewu Tampilkan Seribu Penari



Banyuwangi, Beritainspiratif.com – Festival Gandrung Sewu kembali akan digelar pada 20 Oktober 2018. Pegalaran ini merupakan yang ketujuh kalinya sejak pertama kali digelar pada tahjn 2011alu.

Pada Festival Gandrung Sewu yang ketujuh ini nanti akan menampilkan seribu penari gandrung dan ini terbukti mampu menggerakkan ekonomi lokal serta menjadi sarana untuk mempelajari lebih jauh sejarah tentang kepahlawanan kita melawan penjajahan.

Dilansir dari kantor berita Antara, Kepala Dinas Pariwisata MY Bramuda, menyampaikan pada Kamis (18/10/2018) bahwa Festival Gandrung Sewu ini telah disambut dengan antusias oleh para wisatawan, dan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi lokal, mulai dari warung, jasa transportasi, restoran, homestay, hotel, sampai UMKM produsen oleh-oleh.

Tari Gandrung adalah tari khas daerah yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Bukan Benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Di masa kolonialisme,Tari Gandrung adalah bagian tak terpisahkan dari taktik untuk melawan penjajahan.

Bramuda menjelaskan, tahun ini, pergelaran Gandrung Sewu mengangkat tema “Layar Kumendung”. Penonton tidak hanya akan menyaksikan kemegahan tarian, tapi juga fragmen drama kepahlawanan yang menyertainya. Pertunjukan ini melibatkan sebanyak 1173 penari, 64 penampil fragmen, dan 65 pemusik.

“Di pertunjukkan ini koreografi tarian akan diselingi dengan fragmen drama Layar Kumendung dengan perbandingan 70 persen tarian dan 30 persen fragmen. Dijamin pertunjukan Gandrung Sewu akan semakin menarik,” ujar Bramuda.

Tema Layar Kumendung merupakan salah satu judul tembang yang menjadi pengiring pada tari Gandrung. Tema ini masih berkaitan dengan tema di tahun-tahun sebelumnya yang juga mengangkat gending-gending pengiring Gandrung seperti Podo Nonton, Seblang Lukinto, dan Kembang Pepe.

Tema Layar Kumendung pada tahun ini, lanjut Bramuda, akan menampilkan kisah heroisme Bupati pertama Banyuwangi Raden Mas Alit dalam menentang pendudukan VOC Belanda. Meski kemudian Raden Mas Alit harus gugur dalam ekspedisi pelayaran (Layar) hingga menyebabkan kesedihan (Kumendung) bagi rakyat Banyuwangi.

Seperti tahun yang lalu-lalu, sebelum acara dimulai selalu dilakukan santunan kepada anak yatim dan warga kurang mampu untuk menyampaikan pesan solidaritas agar kita semua saling membantu, ujar Bramuda.

Bramuda menegaskan bahwa Festival Gandrung Sewu adalah murni kesenian. “Tidak ada mistis, tidak ada persembahan dan sejenisnya, tutupnya.     (Yanis)

Berita Terkait