Atasi Banjir Karawang dan Bekasi, Pemerintah Akan Bangun Bendungan Cibeet di Bogor



Bandung, Beritainspiratif.com - Pemerintah akan membangun bendungan Cibeet di Kabupaten Bogor, untuk mengatasi banjir di wilayah Karawang dan Bekasi.

Kepala Dinas Sumber Daya Air provinsi Jawa Barat Linda Al Amin mengatakan, program di hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum sudah selesai.

Pembangunan terowongan Nanjung di Kabupaten Bandung sebagai bagian Sistem Pengendalian Banjir Sungai Citarum, berhasil mengatasi masalah banjir di daerah Bandung Selatan yang terjadi sejak puluhan tahun lalu.

Sesuai program Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) kata Linda, penanganan masalah banjir bergeser ke daerah Citarum hilir yaitu penanganan banjir di Karawang dan Bekasi.

"Program besarnya membangun bendungan Cibeet di kabupaten Bogor. Lokasinya di Bogor, tapi pemanfaatannya untuk atasi banjir di Karawang dan Bekasi. Memang ada masalah dalam pembebasan lahan, karena ini lintas daerah," katanya pada acara Japri di gedung Sate kota Bandung, Kamis (16/1/2020).

Menurut Linda sebagai kompensasi bagi masyarakat Bogor yang terdampak pembangunan bendungan tersebut, Bupati Bogor minta dibangun bendungan di Cijuray untuk irigasi.

"Bendungan Cibeet siap dibangun mulai tahun 2021, tinggal masalah pembebasan lahan. Sementara bendungan Cijuray, masih dalam tahap awal sekali, tapi dipastikan dibangun," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung Cisadane, Bambang Hidayah mengungkapkan salah satu penyebab banjir di Bekasi adalah dangkalnya kali Bekasi sehingga tidak mampu menampung air dalam jumlah besar.

"Dari hasil evaluasi, kali Bekasi sudah 20 tahun belum pernah dikeruk, sehingga kapasitasnya terbatas," jelas dia.

Mulai tahun depan lanjut Bambang, akan dilakukan normalisasi kali Bekasi sepanjang 35 km, mulai dari villa Nusa Indah sampai Cibeel yang merupakan muaranya kali Bekasi.

"Normalisasi kali Bekasi ini harus menjadi perhatian, karena perumahan - perumahan di kota Bekasi selalu jadi langganan banjir," imbuhnya.

Terkait kondisi DAS Citarum, Ketua Harian Satgas PPK DAS Citarum Mayjen TNI (Purn) Dedi Kusnadi Thamim menjelaskan, sampah di sungai Citarum kini sudah sangat jauh berkurang.

"Dua tahun lalu, sampah yang memenuhi sungai Citarum bisa dipakai pejalan kaki. Sekarang pemandangan seperti itu tidak akan pernah terlihat lagi," tuturnya.

Menurut Dedi, yang masih menjadi masalah adalah lahan kritis di hulu sungai Citarum. Bila terjadi hujan lebat, dari hulu membawa lumpur yang dapat mengakibatkan terjadinya sedimentasi di sungai Citarum.

"Kini bukan sampah yang jadi masalah, tapi lahan kritis di hulu sungai (Citarum). Lumpur dari hulu saat hujan lebat, akan mengakibatkan pendangkalan sungai," ucapnya.

Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan Jawa Barat, terdapat 77 ribu hektar lahan kritis di hulu DAS Citarum.

Kepala Bidang Pengelolaan DAS Dinas Kehutanan Jawa Barat Dedi Hendrawan menerangkan, dari 77 ribu hektar lahan kritis tersebut, 15 ribu hektar diantaranya berada dalam kawasan dan sisanya 62 hektar di luar kawasan.

"Rehabilitasi lahan kritis dalam kawasan sudah dilakukan bersama oleh TNI, Kementetian pusat dan unsur masyarakat. Ditargetkan seluruhnya selesai direhabilitasi ahir tahun ini," katanya.

Sementara untuk merehabilitasi lahan kritis yang berada diluar kawasan, lanjut Dedi diperlukan sekitar 25 juta batang pohon. Untuk itu, Gubernur Jabar meminta harus ada gerakan yang diikuti oleh seluruh elemen masyarakat.

"Rencananya setiap siswa SMP, SMA/ SMK/ PT diwajibkan menyumbang 10 pohon, sedangkan yang akan menikah/ bercerai menyumbangkan 100 pohon dan kenaikan pangkat/ jabatan 10 pohon," pungkasnya.

(Ida)

Berita Terkait