Bandung, Beritainspiratif.com-Mengisi  peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas)

2018, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) bersama Universitas

Padjadjaran (Unpad) menyelenggarakan Seminar.

Selain itu acara yang digelar Kamis (3/5) diisi pula  Pameran Foto dan Poster Riset “Pentahelix

Daerah Alisan Sungai (DAS) Citarum 2018 : Upaya Pengendalian dan Pencegahan Pencemaran

Serta Kerusakan DAS Citarum”.

Seminar menghadirkan Menteri Koordinator Bidang

Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan sebagai pembicara ini diselenggarakan di Grha Sanusi

Hardjadinata Universitas Padjadjaran Jl. Dipati Ukur  Bandung.

Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kondisi DAS

Citarum dan mencari solusi terhadap permasalahan DAS Citarum ini akan dihadiri oleh

Menristekdikti, Prof. Mohamad Nasir, Rektor Unpad Prof. Dr. Med. Tri Hanggono Achmad , dr.,

Gubernur Jawa Barat,Ahmad Heryawan, Bupati Bandung, H. Dadang M. Nasser, Bupati Purwakarta,

H.Dedi Mulyadi, S.H, Bupati Bekasi, dr. Neneng Hasanah Yasin , Sesjen Wantanas, Mayjen TNI Doni

Monardo, Dirjen SDID Ristekdikti , Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D, Deputi IV Kemenko￾Kemaritiman, Dr. Ir. Safri Burhanuddin, DEA, Deputi Teknologi Argoindustri & Bioteknologi (TAB), Dr.

Ir. Soni Solistia Wirawan, M.Eng., serta seluruh esselon II, III & IV di lingkungan Kemenristekdikti dan

di lingkungan Universitas Padjadjaran.

Selain Seminar, juga diselenggarakan pameran foto dan poster riset yang diikuti oleh berbagai kalangan yang memiliki perhatian khusus terhadap DAS Citarum.

DAS Citarum saat ini dikategorikan

super kritis karena kondisi lingkungannya yang terus menerus mengalami degradasi. Kondisi ini

mencerminkan mismanagement terhadap suatu ekosistem yang memiliki peran strategis dalam

pembangunan nasional.

Dewasa ini permasalahan di DAS Citarum sangat kompleks, saling terkait, dan mengandung faktor

ketidakpastian yang tinggi.

Masalah yang terjadi melibatkan semua media lingkungan (air, tanah/lahan, udara, hutan) dan manusia yang tinggal di kawasan DAS Citarum. Semua pihak terlibat

dalam menangani masalah di DAS Citarum, mulai dari tingkat pusat sampai ke daerah.

Dalam rangka mencari solusi dari berbagai permasalahan di DAS Citarum, pendekatan yang dapat

dilakukan bisa kuratif atau preventif; kombinasi kuratif dan preventif (misalnya dominant kuratif less

dominant preventif, atau sebaliknya); bahkan kemungkinan diperlukan pendekatan preemptive

dengan menerapkan prinsip kehati-hatian karena masalah apa yang akan terjadi selanjutnya akibat

dari masalah yang ada sekarang belum diketahui.

Perguruan tinggi harus memposisikan sebagai knowledge hub, jangan terkooptasi oleh kepentingan

politik untuk kepentingan jangka pendek.

Oleh karena itu, dosen/peneliti harus betul-betul mengerti

tentang DAS Citarum berikut permasalahannya. Bicara Citarum bukan sekedar tentang ‘Sungai

Citarum’, tapi suatu wilayah yang sangat luas dengan kondisi biofisik dan social yang sangat beragam

dari satu bagian DAS ke bagian lainnya. Jadi menyelesaikan masalah di DAS Citarum tidak hanya menyelesaikan masalah di hulunya (Gn. Wayang dan Situ Cisanti).

Kontribusi perguruan tinggi tidak hanya yang bersifat praktis, tapi juga harus konseptual; bersifat

jangka panjang tetapi juga harus ada quickwins.

Peran perguruan tinggi bukan hanya membangun kesadaran lingkungan masyarakat, tetapi bagaimana membangun masyarakat berkelanjutan

Melalui kegiatan ini diharapkan dapat dicari solusi yang komprehensif, melaui analisis tentang faktor-faktor pemicu yang menyebabkan munculnya permasalahan di DAS Citarum dan faktor-faktor penyebabnya, tekanan apa saja yang terjadi akibat permasalahan yang terjadi, kondisi eksisting yang

tampak seperti apa, dampak dari permasalahan yang terjadi, dan respon apa yang harus dilakukan

(berupa kebijakan, regulasi, program). (Dudy)