BERITAINSPIRATIF.COM - Dua kali gagal tidak menyurutkan semangat Prakoso Bhairawa Putera untuk memilih Universitas Padjadjaran sebagai tempat untuk melanjutkan pendidikan doktoralnya. Atas kerja kerasnya, ia berhasil menjadi mahasiswa Program Doktor di Unpad hingga lulus dan mendapat predikat Wisudawan Terbaik.

“Saya dua kali gagal masuk Unpad karena proposal studi yang saya ajukan tidak diterima oleh calon promotor di Unpad. Baru pada kesempatan ketiga, proposal saya disetujui dan saya daftar di Unpad,” kata Koko, panggilan akrab Prakoso kepada Kanal Media Unpad dilansir dilaman resmi Unpad.

Koko diterima menjadi mahasiswa Program Doktor Ilmu Administrasi FISIP Unpad pada 2019 dan berhasil meraih gelar Doktor dengan disertasi berjudul

“Dinamika Kebijakan Sistem Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Inovasi (Sistem Iptekin) di Indonesia, Periode 1945-2021 (Policy Dynamics of Science, Technology, and Innovation System (STI System) in Indonesia Period 1945-2021)” dengan IPK 4,00.

Ia pun meraih predikat sebagai Wisudawan Terbaik Program Doktor pada Upacara Wisuda Gelombang III Tahun Akademik 2022/2023 yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Senin (15/5/2023).

Baca Juga: Dialog Kabaharkam Polri Dengan Ketua RW Kota Bandung

Koko tertarik masuk Unpad karena adanya program Doktor berbasis riset. Selain itu, pendaftar dapat memilih sendiri calon promotor yang sesuai dengan rencana riset yang dilakukan melalui aplikasi direktori yang tersedia di laman pendaftaran SMUP.

Keuntungan lain yang dirasakan Koko adalah calon promotor dapat dihubungi secara jarak jauh sehingga memudahkan saat melakukan pengajuan persyaratan LoA.

“Bahkan, di kampus ini menawarkan sesuatu yang berbeda, yaitu penyelesaian disertasi dengan monograf/buku kumpulan artikel ilmiah. Hal ini tentu saja membuat saya tertarik untuk bergabung dengan program Doktor di Unpad,” ujar pria yang lahir di Tanjung Pandan, 11 Mei 1984 tersebut.

Kendati proposal usulan risetnya sempat ditolak mentah-mentah oleh promotornya saat itu, tidak menyurutkan langkah Koko. Di tahun pertama, ia mengevaluasi proposal yang diajukan dan terus berdiskusi dengan para promotor. Saat itu, promotornya menyarankan Koko untuk memperkaya referensi perihal persiapan riset, seperti bagaimana menyusun riset hingga menulis ilmiah dengan baik.

Sempat berada pada situasi berat, Koko pun kembali menemukan hari-hari menyenangkannya. Diakuinya, tahun pertama kuliah merupakan fase penempaan mentalnya. Kemudian, di akhir tahun pertama, ia bersama promotornya bisa berdiskusi soal rencana disertasi hingga akhirnya ia mampu memahami dan menyusun desain riset dengan baik.

Baca Juga: TPA Darurat Cicabe Akan Ditutup, TPA Sarimukti Mulai Normal

Koko memilih menulis disertasi dengan metode monograf. Bersama promotor, ia menyusun rencana riset dan aneka topik yang bisa dijadikan artikel. Proses ini kemudian menghasilkan 21 publikasi.

Sebanyak 12 publikasi terindeks Scopus di Q1 hingga Q4, tiga publikasi terindesk EBSCO, empat publikasi terindeks lainnya, serta satu publikasi terindeks SINTA.

Ia juga berhasil menerbitkan buku kumpulan karya ilmiahnya terbitan Rajawali Press. Proses tersebut tidak lepas dari dukungan Unpad melalui Direktorat Riset dan Pengabdian pada Masyarakat berupa fasilitas “proofreading service” dan juga bantuan “Article Processing Charge (APC)”.

“Para promotor saya sangat baik dan membantu, benar-benar saya merasa kami seperti tim riset, saling memberikan catatan dan masukan dari setiap proses yang saya jalani,” papar Koko.

Peneliti dan Penulis Sastra Prakoso Bhairawa Putera merupakan peneliti bidang kebijakan dan administrasi yang juga menjabat sebagai Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Dunia penelitian merupakan “wahana” yang dicintainya. Bagi Koko, penelitian merupakan wahana untuk berbagi informasi, pengetahuan, dan juga pengalaman yang dimiliki selama ini.

“Berkali-kali menerima penolakan ketika submit artikel jurnal ataupun naskah buku, tetapi tetap terus semangat, ya karena cinta,” kata Koko yang sering melakukan riset seputar “historical policy analysis”, “content analysis”, dan “bibliometric” tersebut.

Jauh sebelum  bergabung dengan LIPI (BRIN), Koko sudah “hidup” dari menulis. Sejak kecil, ia akrab dengan sastra dan penelitian ilmiah. Bahkan, karya-karyanya berbentuk cerpen, puisi, hingga esai sudah banyak diterbitkan, baik dalam bentuk antologi maupun buku sendiri.

Menurutnya, dunia sastra telah membentuk kemampuannya dalam melakukan penelitian ilmiah. Keduanya sama-sama membutuhkan proses, seperti perlu banyak baca referensi dan pengumpulan data.

“Bedanya nanti waktu eksekusi akhir, yang satu dengan bahasa sastra, yang satu dengan bahasa ilmiah,” imbuhnya.

Berhasil lulus, Koko menganggap Unpad sebagai rumah dan tempat bermain menyenangkan. Ia pun berharap, Unpad dapat meningkatkan dukungannya bagi para mahasiswanya saat melakukan penelitian.

“Terima kasih Unpad telah menjadi rumah dan tempat bermain yang menyenangkan, akan selalu membawa kerinduan bagi saya untuk selalu pulang ke rumah ini,” tutupnya.*

Lihat Berita dan Artikel lainnya di: Google News 

(YI) 

-BUMN Buka Rekrutmen Bersama D3-S2 Pada 11 Mei 2023, Ini Persyaratannya!

-Setiap RW di Kota Bandung Kini Dijaga oleh Polisi RW

-Plh Wali Kota Tegaskan 10 Poin Ini Dalam Rakor Para Camat Kota Bandung

-Tugas POLISI RW: Ini Kata AKBP Sutorih 'KOBOY KABAYAN' Polrestabes Bandung