BERITAINSPIRATIF.COM - Posisi sebagai pengusaha agrobisnis harus lebih ditonjolkan daripada sekedar jadi petani kepada kalangan mahasiswa guna memperluas populasi petani milenial di Indonesia.

Sebab, suka tidak suka, status petani di Indonesia masih bercitra jelek dan suram sehingga persentase eksisting petani dari usia produktif masih sangat kecil dan terancam tak ada regenerasi. Tantangan lain adalah petani milenial pun harus bisa dari hulu ke hilir.

Demikian dikatakan AA Agung Wedhatama, Ketua Petani Muda Keren (PMK) serta CEO Kitong Bisa Foundation (KBF) Johannes Faidiban setelah penandatangan kesepakatan kerjasama edukasi kedua NGO tersebut di sela-sela gelaran "Festival Petani Mandiri" di Jatiluwih Rice Terrace, Tabanan, Bali, Kamis, (1/12).

"Mahasiswa, baik yang masih kuliah, ataupun fresh graduate, keduanya bisa sama-sama jadi pengusaha agrobisnis sukses. Mulai dari jualan cabe, beras, sampai smart farming melalui IOT, digitalisasi, dan mekanisasi. Tapi smart farming tetap manusia yang memimpin di depan, bukan fokus teknologi saja, karena harus smart secara budaya dan tanaman harus menyehatkan manusia dan bumi. Ini semuanya harus diawali merubah mindset," katanya dalam keterangan pers, Jumat (2/12).

Baca Juga: OJK Kembali Salurkan Bantuan untuk Korban Gempa Cianjur, Melalui Jabar Bergerak

Pola pikir diubah yakni memperkuat jiwa kewirausahaan, mau bertumpu pada kaki sendiri dari usaha keringat sendiri. Setidaknya cukup untuk kebutuhan minimal sendiri dulu, sehingga secara perlahan, tidak ada keinginan untuk bekerja bagi orang lain.

Kalaupun tidak bisa langsung jadi pengusaha, kata Gung Wedha, panggilannya, setidaknya dengan merubah mindset, maka bisa jadi karyawan namun tetap berorientasi ingin mandiri ke depannya. Bekerja di orang lain sebagai sarana belajar terlebih dahulu.

"Maka itu, pola gerakan kami di PMK itu adalah mengajak jadi pengusaha agrobisnis modern, bukan jadi petani. Sebab, petani di Indonesia itu kurang keren, bakal sulit diizinkan orang tua jika ada mahasiswa ingin jadi petani. Tapi minta maaflah ke orangtua kalo kita akan jadi pengusaha pertanian sukses," katanya.

PMK sebagai sebuah gerakan sosial sudah hadir di seluruh wilayah di Bali. Berkat kesuksesan gerakannya, PMK telah menularkan "virus" tersebut digandeng sejumlah kementerian ke banyak kota/kabupaten di NTB, Bali, Sulawesi, dan sebagian kecil di Pulau Jawa.

"Harapannya dengan bekerjasama dengan KBF, maka masalah pertanian disolusikan bersama dengan gotong royong. Kak Billy Mambrasar sebagai Staff Khusus Presiden Jokowi bisa terus menggerakan simpul-simpul generasi muda di seluruh Indonesia, termasuk dalam pencetakan petani milenial," katanya.

Baca Juga:

-Inilah Daerah yang Dilewati Sesar Cimandiri, Penyebab Gempa di Cianjur

-WAJIB TAHU! inilah 6 Cara Selamatkan Diri Saat Terjadi Gempa Bumi

-Monyet Turun ke Rumah Warga, Pertanda Bencana Alam? Ini Kata BMKG Kota Bandung

-Pemerintah Siapkan Rumah Type 36 bagi Warga yang Relokasi Akibat Gempa Cianjur

Billy Mambrasar, Staff Khusus Presiden Jokowi Bidang Inovasi Pendidikan dan Pembangunan Daerah Terluar, mengatakan, pihaknya sudah mencetak 1 juta petani milenial di Papua dan Papua Barat sejak pertama dilantik guna regenerasi. Sebab, kata dia, merujuk data Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, petani milenial (usia 20-39 tahun ) hanya 8 persen sekitar 27 juta petani se-Indonesia, sehingga perlu kerja kolektif.

Johannes Faidiban, CEO KBF, mengatakan, pihaknya akan menjadikan PMK sebagai pementor untuk gerakan kewirausahaan berbasis kampus yang dimiliki yayasannya yakni PIKM (Pusat Inovasi dan Kewirausahaan Masyarakat) yang saat ini sudah berada di 7 provinsi.

Provinsi tersebut adalah Papua (Papua Youth Creative Hub), Papua Barat (Politeknik Negeri Fakfak), Kalimantan Barat (Universitas Panca Bhakti), Sulawesi Barat (Universitas Sulawesi Barat), Sulawesi Utara (STBM Dua Saudara), Aceh (Universitas Teuku Umar), dan Bangka Belitung (Universitas Bangka Belitung).

"Setelah kerjasama ini, kami makin siap mengembangkan SDM karena spirit kami di KBF dan PMK itu sama yakni pembangunan manusia. Tahun 2023, kami targetkan kerjasama dengan PMK bisa dijalankan di PIKM Provinsi Bali dan Provinsi Jawa Timur," sambungnya.

(Yanis)

Baca Juga: 

-TONTON VIDEO-VIDEO BERITAINSPIRATIF   

-Forum RW Kota Bandung Salurkan Bantuan Rp110 Juta lebih di Tujuh Desa di Cianjur

-Daftar 29 Bank yang Menjadi Peserta BI-Fast, Biaya Transfer Hanya Rp2.500

-Kisah Meli Yulian Penyintas HIV yang Bisa Berkeluarga dan Punya Keturunan

-Gempa Cianjur, Pemerintah Bantu untuk Rumah Rusak Berat Rp50 Juta

-Bukan Sesar Cimandiri, Ahli Unpad Ungkap Penyebab Lain Gempa Cianjur