Jakarta, Beritainspiratif.com - Kota Jakarta menghadapi masalah sosial yang pelik, mulai dari kemacetan lalu lintas hingga polisi udara. Dekan SBM ITB, Prof Dr. Ir. Utomo Sarjono Putro, M.Eng mengatakan, masalah pelik di ruang publik ini membutuhkan kebijakan yang menghasilkan win-win solution untuk setiap pemangku kepentingan, terutama masyarakat.

“Untuk itulah penelitian dan diskusi ini dilakukan untuk menemukan ide yang mendukung integrasi antar-moda trasportasi massal,” ujar Utomo dalam diskusi publik bertema “Peran Transportasi Daring dalam Penggunaan Transportasi Massal: Gagasan Integrasi Antar Moda dalam Periode Adaptasi Kebiasaan Baru”.

Baca Juga:Pelabuhan-patimban-ditargetkan-soft-launching-awal-november-2020

Akhir Juli 2020, SBM ITB merilis hasil penelitian yang mengeksplorasi pengalaman transportasi multi-moda harian dan opini dari 5.064 komuter yang diadakan pada bulan Desember 2019 – Maret 2020. Hasilnya, sebanyak 48 persen komuter menggunakan layanan ride-hailing sebagai salah satu moda transportasi dalam perjalanan multi moda harian mereka. Dimana 39 persen di antaranya beralih dari kendaraan pribadi ke layanan ride-hailing.

Sebagian besar responden menggunakan lebih dari satu penyedia layanan ride-hailing, dengan 74 persen menyatakan bahwa mereka menggunakan Grab, sementara 49 persen lainnya menggunakan Gojek.

Penelitian yang dipimpin Dr Yos Sunitiyoso ini menggambarkan untuk meningkatkan jumlahpenumpang dan menekan polusi udara dibutuhkan kolaborasi bukan kompetisi. Menanggapi hal tersebut, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Ir. Polana Banguningsih Pramesti, MSc mengatakan, Jabodetabek merupakan kota aglomerasi terpadat di dunia dengan aktivitas komuter yang kompleks dengan waktu tempuh yang cukup lama.

“Karena itu, salah satu target utama kami adalah mengembangkan dan meningkatkan transportasi massal terintegrasi di Jabodetabek,” tutur da.
Salah satu strategi yang diterapkan adalah push-and-pull policy yang mencakup kebijakan ganjil-genap, ERP, kendaraan umum premium dan fasilitas-fasilitas transportasi yang terintegrasi satu sama lain.

Baca Juga:webinar-series-sbm-itb-transformasi-dan-strategi-bumn-atasi-krisis

Untuk mewujudkan aksesibilitas yang mudah bagi masyarakat untuk menjangkau angkutan umum, ke depan ditargetkan jarak maksimal menuju angkutan umum terdekat maksimal 500 meter, sehingga cukup ditempuh menggunakan transportasi non-motorized transportation.

“Pada kondisi dimana hal tersebut belum tercapai, keberadaan berbagai moda angkutan sebagai feeder masih dibutuhkan,” jelas Polana.

Presiden Direktur TransJakarta, Sardjono Jhony Tjitrokusumo mengatakan, dalam 6 tahun terakhir, terdapat 1 juta penumpang harian TransJakarta. Ini menunjukkan kebutuhan masyarakat yang tinggi terhadap transportasi massal. “Layanan transportasi massal telah menjangkau 2,6 juta penumpang per hari. Untuk membantu mencapai target pemerintah, kita perlu memberikan alasan bagi pengguna untuk beralih ke kendaraan umum,” ucap dia.

Tantangan terbesar saat ini adalah penyesuaiaan dengan era Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) dan penyelarasan kolaborasi transportasi daring dengan transportasi umum massal. Sebab keduanya memiliki indikator yang berbeda. Transportasi daring lebih berorientasi bisnis sedangkan transportasi umum massal berorientasi pelayanan.

Baca Juga:Webinar-sbm-itb-hingga-2030-indonesia-butuhkan-9-juta-talenta-digital

Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta, Dr Syafrin Liputo ATD MT menyatakan, 5,7 juta dari total 26,4 juta perjalanan harian menggunakan transportasi umum. "Kunci utama dari integrasi multi moda adalah meningkatkan dan mengoptimalkan layanan dengan prinsip 3ES (Efektif, Efisien, Ekonomis, dan Sustain),” ucap dia.
Salah satunya Program Jak Lingko sebagai langkah pengembangan transportasi untuk Kota Jakarta. Program ini berfokus pada pengembangan fasilitas pejalan kaki, kendaraan tidak bermotor, serta mengoptimalkan transportasi umum.

“Kami mendorong integrasi semua layanan angkutan dengan transportasi massal dan terus mengembangkan layanan fitur digital dan online” jelas Syafrin. Sementara itu Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan dalam menghadapi AKB, pemerintah mendorong penerapan intelligent system dan protokol kesehatan pada sistem transportasi secara maksimal. Seperti contactless ticketing, cashless payment, digital information, system apps, dan disiplin melaksanakan physical distancing.

Selain itu, proses pembangunan infrastruktur yang modern dan terintegrasi melalui pengembangan sistem transit melalui trunk dan feeder terus dilakukan untuk meningkatkan penggunaan transportasi publik. “Termasuk integrasi fasilitas yang memadai, sinkronisasi sistem operasi antar moda, manajemen data dan teknologi waktu-nyata serta keterlibatan pemangku kepentingan,” bebernya.

Keberadaan industri ride-hailing dapat dimanfaatkan untuk mengisi kebutuhan layanan feeder dalam mengoptimalkan ekosistem. Sebagai layanan berbasis on-demand, layanan ride-hailing dianggap memiliki keunggulan dari sisi fleksibilitas dibandingkan feeder yang konvensional, khususnya dalam melayani perjalanan first mile dan last mile.

(Yanis/Rls)