Bandung, Berita Inspiratif.com-Bandung-Awal tahun 2018 Tanjakan Emen mendadak viral kembali setelah pada tahun 1960 an ramai dibicarakan orang karena kecelakaan yang menelan korban jiwa seorang sopir oplet.

Hal ini kembali terulang setelah bulan Pebruari-Maret 2018 ini tanjakan yang berada di Ciater Subang ini kembali menelan korban jiwa.

Kata 'Emen' menjadi legenda dikalangan supir atau warga sekitar.

'Emen' atau tanjakan 'Emen' diapit dua obyek wisata yakni Tangkubanparahu dan pemandian Ciater yang masuk wilayah Kab. Subang Jawa Barat.

Ada beberapa versi soal asal usul nama tanjakan 'Emen ini.

Dikutip dari kotasubang.com, nama 'Emen' diambil dari nama kernet bus yang tewas karena kecelakaan yang terjadi sekitar tahun 1969.

Saat itu, Bus Bunga mengalami mogok di tanjakan tersebut. Emen selaku kernet berusaha mengganjal ban. Namun naas ternyata remnya blong sehingga Emen terseret bus dan tewas.

Setelah kejagian, tanjakan tersebut dikenal dengan tanjakan 'Emen'.

Lalu, versi kedua, Emen adalah korban tabrak lari di tanjakan itu.

Dalam mitos diceritakan bahwa mayat Emen bukannya ditolong malah disembunyikan di dalam rimbunan pepohonan. Sejak saat itulah arwah Emen dipercaya menuntut balas.

Sedangkan versi ketiga dari cerita di kalangan warga, 'Emen' dikenal seorang supir pemberani. Emen yang mengemudikan oplet jurusan Bandung - Subang mengalami kecelakaan naas saat mengangkut ikan asin dari Ciroyom Bandung menuju Subang sekitar tahun 1964.

Kendaraanya terbalik dan terbakar. Naas bagi Emen, dia terbakar hidup-hidup hingga tewas.

Konon saat itu, Emen lah dikenal satu satunya sopir berani yang mengemudikan kendaraan di malam hari.

Banyak orang mengatakan Emen tewas di tempat kejadian.

Sejak saat itu semakin sering terjadi kecelakaan di sana.

Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, banyak pengendara yang percaya dengan melempar koin, rokok atau menyalakan klakson maka mereka akan terhindar dari bahaya saat melewati tanjakan 'Emen'.

Berdasar hasil penelusuran hingga ke keluarga Emen, dapat diketahui ternyata versi terakhir yang mendekati kebenaran.

Wahyu, pria yang mengaku anak dari Emen membenarkan peristiwa itu. Namun, dia menepis berbagai kejadian kecelakaan yang terjadi di sana diakibatkan arwah Emen yang gentayangan.

"Lagipula waktu itu bapak saya tidak meninggal di sana, tapi di Rumah Sakit Ranca Badak ( RSHS-red ), " ujar Wahyu yang juga bekerja sebagai sopir angkot di Lembang.

"Waktu itu saya kira kira berusia 8 tahun"

"Bapak saya memang sopir oplet Subang - Bandung."

"Ketika itu kemungkinan remnya blong , kemudian opletnya nabrak tebing, terbalik kemudian terbakar," tambah Wahyu.

"Seingat saya, saat itu hanya 2 orang yang selamat," lanjutnya.

Setelah wafat di Rumah Sakit, jenazah Emen dimakamkan di pemakaman umum di daerah Jayagiri, Lembang.

Dibalik mitos yang berseliweran itu, kenyataannya memang kondisi tanjakan 'Emen' memang rawan kecelakaan

Kini petaka sering terjadi di tanjakan ini. Kejadian rem blong, bus tergelincir dan kendaraan terperosok kerap terjadi di jalur ini.

Pangkal penyebab kecelakaan ini sebenarnya posisi turunan atau tanjakan Emen terbilang cukup ekstrim. Dengan kemiringan sekitar 45 - 50 derajat sepanjang kurang lebih 2 - 3 km ini. Jalan ini memiliki tikungan tajam yang memaksa supir untuk piawai dan ekstra hati-hati memegang kemudi.

Kini tanjakan 'Emen' telah diperlebar. Dua jalur menanjak dan satu lajur menurun. Dua lajur menanjak memberi kesempatan bagi pengemudi berkonsentrasi menjaga laju kendaraannya saat mendaki.

Sementara satu lajur menurun agar supir tetap berhati- hati menjaga keseimbangan gas dan rem sehingga mobil tetap terkendali

 

Kini di sepanjang tanjakannya sudah tidak sesunyi dulu. Selain ramai penjaja makanan, tersedia pula bengkel darurat untuk melayani servis kopling, rem, bensin atau tambal ban.(Kaka )

Sumber : Berbagai sumber