Bandung,Beritainspiratif.com - Komisi II DPRD prov. Jawa Barat akan mengusulkan pembentukan peraturan daerah (Perda) inisiatif, terkait dengan kedaruratan baik pakan maupun bibit ayam (indukan) petelur yang belum terpenuhi dengan baik.

Hal itu disampaikan Ketua Komisi II DPRD Provinsi Jawa Barat, Didi Sukardi, menanggapi keluhan peternak ayam yang tergabung dalam Paguyuban Peternak Ayam Petelur Ciamis.

Didi bersama anggota Komisi II melakukan dialog dengan anggota Paguyuban Peternak Ayam petelur pekam ini di kabupaten Ciamis, untuk mengetahui kondisi di lapangan.

Dalam dialog tersebut peternak ayam petelur mengeluhkan produktivitas ayam petelur yang baru mencapai 50 persen hingga 60 persen.

Untuk memenuhi kebutuhan telur Jawa Barat, terpaksa mendatangkan telur dari luar provinsi. Hal ini sebagai dampak dari keterbatasan pakan untuk ayam petelur.
Selama ini peternak ada ketergantungan terhadap jagung impor, yang ketersediaannya masih minim.

“Kami dari komisi II akan segera menindaklanjuti masalah ini dengan mengumpulkan tiga elemen, yaitu Dinas Peternakan, Dinas Kesehatan, dan Himpunan Peternak Unggas supaya semua keluar unek-uneknya, nanti hasilnya kita rekomendasikan kepada pemprov,” ujar Didi.

Terkait dengan ketersediaan jagung impor sebagai pakan ayam petelur, Didi mengungkapkan, Jawa Barat khususnya Kabupaten Ciamis, terkenal sebagai salah satu sentra penghasil jagung. Karenanya kondisi ini sangat ironi, sehingga harus dicarikan jalan keluarnya supaya masalah ini teratasi.

Menurutnya, saat ini populasi peternak kecil mencapai 70 persen. Mereka memberikan kontribusi cukup besar pada produksi telur, sehingga Ciamis mampu memasok 30 persen kebutuhan telur nasional.

"Jangan sampai kondisi sekarang ini membuat para peternak skala kecil, memilih untuk mengosongkan kandangnya dan mencari alternatif usaha lain,” katanya.

“Bila tidak ada instansi atau pihak terkait yang memberikan solusi ataupun kebijakan dengan segera, maka klimaksnya komoditi telur menjadi langka karena penurunan populasi yang signifikan,” katanya.

Sementara itu, Ketua Paguyuban Peternak Ayam Petelur Ciamis (P2APC), Ade Kusnadi menyebutkan, kenaikan harga telur dipicu melonjaknya harga pakan yang dipengaruhi nilai tukar rupiah. Selain itu, adanya kebijakan pemerintah untuk membatasi bibit ayam atau DOC.

"Faktor yang memengaruhi tingginya harga telur cukup banyak. Jadi penawaran dengan permintaan tidak seimbang. Kebijakan pengurangan 9,5 persen DOC beberapa waktu lalu, juga mengakibatkan populasi ayam petelur berkurang,” tuturnya.

[Ida]