Bandung, Beritainspiratif.com - Tim mahasiswa Pascasarjana Institut Teknologi Bandung berhasil meraih juara 1 dalam Imperial Barrel Award 2019 yang diadakan oleh American Association of Petroleum Geologist (AAPG) di tingkat Asia Pasifik. Perlombaan ini diadakan selama dua bulan dan acara puncaknya dilaksanakan pada Selasa, (5/3/2019).

Tim ITB yang diwakili oleh 4 mahasiswa Pascasarjana Geologi terdiri dari Wisnu Wijaya Jati, Bintang Rajasa, Clarissa Crysta Chandra, Alfathony Krisnabudhi dan satu mahasiswa Pascasarjana Geofisika Lucky Krisky Muhtar.

"Kegiatan ini pada dasarnya adalah sebuah kompetisi untuk menentukan metode paling tepat dari ide tiap peserta dalam mengevaluasi prospeksi wilayah (cekungan/basin) terhadap keberadaan hidrokarbon," ujar ketua tim, Wisnu Wijaya Jati.

Hidrokarbon yang dimaksud Wisnu, adalah unsur bahan bakar, baik itu minyak ataupun gas. Tentu saja, pencarian metode ini akan sangat penting terkait dengan keperluan eksplorasi dalam menambah sumber bahan bakar.

Ia mengatakan, saat proses lomba awalnya tiap peserta akan disediakan sekumpulan data. Dari data tersebut, tim diharapkan bisa untuk mengevaluasi keberadaan minyak dan gas, berikut juga volume dan analisa risikonya.

Tim dari ITB sendiri memilih untuk menerapkan konsep ini dengan ajuan 5 interval prospek dari ekstraksi multiatribut dan geofisis. Mereka mengombinasikan elemen-elemen geofisika dalam menganalisasi dan mengevaluasi cekungan, lalu diinterpretasi ke dalam bahasa geologi. Ini tentu akan menghasilkan kekayaan informasi, namun tetap mudah dipahami secara universal.

"Keunggulan kami adalah metode geofisika yang disokong oleh konsep geologi. Integrasi keduanyalah yang biasa jadi kunci keberhasilan," terang Wisnu terkait keberhadilan ide ini menjadi juara.

Beberapa metode yang digunakan adalah sweetness, inversi, RGB, dan sebagainya. Metode-metode ini juga bukanlah metode yang baru. "Metodenya juga sudah sering masuk publikasi, tidak sedikit juga orang-orang eksplorasi yang sudah menggunakan konsep ini," lanjut Wisnu terkait orisinalitas ide.

Namun, kompetisi yang menekankan konsep dan interpretasi peserta tentu tidak akan menjadikan itu masalah. "Keberhasilan kami dalam memahami konsep geofisika dan membahasakanya secara logis dengan bahasa geologilah yang seharusnya jadi alasan kami juara," ungkapnya.

Di luar perlombaan ini, Wisnu berkata bahwa ada kemungkinan ide-ide konseptual ini akan menjadi realita dalam kerja lapangan nanti.

"Perlombaan yang kali ini kan Asia-Pasifik, nanti akan dilombakan lagi untuk peserta yang mewakili tiap regional tertentu di San Antonio, Amerika. Kalau investor yang menonton tertarik, paling mungkin, penerapannya di sistem bor nanti," ujar Wisnu. Ia berharap, Indonesia melalui tim ITB yang wakili Wisnu dan kawan-kawan bisa kembali pulang membawa prestasi dari San Antonio nanti, pungkasnya yang dilansir laman resmi ITB.

(Yanis)