Bandung, Beritainspiratif.com - Ungkapan 'Carilah ilmu sampai Ke Negeri Cina' nampaknya dipraktekkan oleh salah satu mahasiswi UIN Bandung yang melakukan studi hingga ke luar negeri, Najwa Aulia Wardatul Jannah Ar.

Meski berbekal kemampuan finansial yang terbatas tapi didukung penuh oleh orang tuanya, mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah dan Keguruan tersebut mampu merampungkan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) selama satu bulan penuh di Negeri Gajah Putih, Thailand.

"Keluarga sangat mensupport, kalau ngga, aku nggakan bisa berangkat. Sebetulnya aku pergi dengan keuangan yang seadanya. Di ATM uang kosong dan di dompet pun uang rupiah hanya beberapa lembar 100 ribuan saja. Nuker uang di money changer aja nggak sebanyak temen-temen yang lain. Berangkat ke sana dengan uang seadanya. But I can survive," ungkapnya kepada Beritainspiratif.com, Rabu (10/10/2018).

Terhitung sejak 27 Agustus hingga 27 September 2018, Najwa bercerita berbagai pengalaman yang ia lalui selama melaksanakan tugas mengajar di sana.

"Karena saya mahasiswa jurusan pendidikan jadi PPL di sana itu mengajar di sekolah, karena bahasanya berbeda jadi saya mengajar menggunakan bahasa Inggris," ungkapnya.

Walau pun begitu, kendala yang ditemui Najwa cukup banyak, salah satunya perbedaan bahasa komunikasi yang digunakan saat proses belajar mengajar, tak jarang ia harus mencari dulu kata yang tepat untuk disampaikan saat mengajar.

"Mengajar sesuai dengan jurusan aku yaitu mengajar dan menggunakan Bahasa Inggris. But it's not simple as I teach to Indonesian students, so many problem that I faced, tantangan terbesar saat mengajar adalah bahasa komunikasi yang berbeda, jadi kadang aku harus buka kamus dulu nih biar mereka paham apa yang aku maksud," kisahnya.

Pengalaman Najwa pergi ke Thailand, tak hanya soal belajar mengajar lebih dari itu Najwa juga memahami dan banyak mengambil hikmah dari pola komunikasi, sosial, budaya masyarakat Thailand.

"Mengenai sosial, perlu saya akui mereka sangat respect terhadap guru dari Indonesia, bahkan they could give everything for us, seperti waktu itu ada wali murid yang mengajak kami makan di rumahnya, dan itu bukan hanya satu kali. Jadi mereka sangat respect terhadap kami sebagai guru yang mengajar untuk anaknya,"jelasnya.

Tak ada gading yang tak retak, Salah satu hal yang menjadi catatan bagi Najwa adalah, dalam sistem kelas pendidikan di Thailand ada pembagian kelas, antara yang pandai dan yang biasa-biasa saja.

"Pendidikan disana ternyata digolongkan dari kelas terpintar sampai biasa saja, mereka yg berada di kelas 1, artinya mereka yg memiliki kognitif diatas rata-rata, padahal, setiap orang perlu berbaur dengan orang-orang beragam, karena belajar adalah bukan melulu kompetisi, tapi tentang toleransi," jelasnya.

Selepas mengikuti studi di Thailand, Najwa sangat bersyukur, karena untuk bisa pergi ke sana tentu bukanlah hal yang mudah, berbagai seleksi harus dilalui dengan kerja keras.

"Beberapa bulan sebelum pelaksanaan, ada pendaftaran untuk mahasiswa semester 7 yang mau mengikuti program ini, tentu dengan syarat-syarat yang telah ditentukan, mulai dari IP yang mesti diatas 3.30, hafal juz 30, dan tentu skill bahasa Inggris yang mumpuni. Nah dari situlah pihak prodi menyeleksi siapa saja yang mampu untuk mengikuti program ini. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya ada 11 orang ya g berangkat ke Thailand, saya salah satunya," ungkapnya, bangga.

Najwa berpesan kepada para pelajar, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya untuk terus belajar mengajar apa yang dicita-citakan terutama bagi yang ingin pergi belajar di luar negeri, hari ini hal tersebut bukanlah hal yang sulit, terutama dengan banjirnya informasi di mana-mana.

"Sebenernya untuk studi diluar negeri itu gampang-gampang susah, kenapa ? Karena sekarang ini udah banyak kok info tentang itu, coba aja deh explore di Instagram, banyak akun-akun yang memberikan info seputar conference, student exchange bahkan kuliah magister di luar negri," tuturnya.

Terkait kesulitan yang mungkin di temui dalam prosesnya, Najwa berpesan agar tetap konsisten.

"Nah sulit atau tidaknya itu tergantung individunya, mau berusaha atau nggak," tutup Najwa. (Tito)