Jakarta, Beritainspiratif.com – Setidaknya ada tiga aplikasi media sosial yang paling banyak digunakan untuk menyebarkan hoax, yaitu Facebook sebesar 82,25 persen, WhatsApp 56,55 persen, dan Instagram sebesar 29,48 persen.

Kemudahan memakai media sosial yang gratis dan bisa diakses oleh siapa saja, menjadikan Medsos sebagai sarana oleh sejumlah pihak untuk menyebar berita bohong alias hoax yang hingga saat ini, telah mencapai tahap yang memprihatinkan.

Data tersebut merupakan riset yang dilakukan oleh DailySocial.id, sebuah blog teknologi asal Jakarta, yang bekerja sama dengan Jakpat Mobile Survey Platform.

Riset ini menanyakan tentang distribusi konten hoax dalam platform digital terhadap 2.032 responden.

Riset ini mencatat masih banyak orang Indonesia yang tidak dapat mencerna informasi dengan sepenuhnya dan benar, tetapi memiliki keinginan kuat untuk segera membagikannya dengan orang lain. Sayangnya, beberapa informasi dapat membawa banyak interpretasi dan sudut pandang.

Dari seluruh responden yang terlibat, riset ini mencatat sebanyak 44,19 persen responden mengaku tidak yakin mereka punya kepiawaian dalam mendeteksi berita hoax.

Sementara responden lainnya, sebesar 51,03 persen, memilih untuk berdiam diri (dan tidak percaya) ketika menemui konten hoax.

Riset ini juga mencatat ada 73 persen responden yang membaca seluruh informasi secara utuh. Namun, hanya sekitar 55 persen di antaranya yang melakukan verifikasi (fact check) atas keakuratan informasi yang mereka baca.

"Hoax adalah suatu permasalahan yang dihadapi masyarakat, media, dan pemerintah saat ini. Untuk menanggulangi hoax, salah satu cara yang dilakukan adalah memahami terlebih dahulu bagaimana persebaran hoax, khususnya melalui platform sosial yang kita banyak gunakan saat ini,” ujar Amir Karimuddin, Chief Editorial & Research DailySocial.id yang dilansir kumparan.com

Riset ini memberi gambaran tentang bagaimana konten hoax didistribusikan lewat platform digital, serta bagaimana masyarakat menanggapi hoax itu sendiri.

DailySocial berharap hasil risetnya kali ini dapat menjadi referensi bagi pemangku kebijakan dan pihak-pihak terkait lain untuk membantu menanggulanggi hoax atau setidaknya meminimalkan dampak informasi hoax.

Yanis