Jakarta, Beritainspiratif.com Ketua Forum Jurnalis Islam Institute, Nuim Hidayat, dalam siaran persnya, Sabtu (11/8/2018) menyatakan bahwa dosa yang tak termaafkan untuk pemerintahan Jokowi adalah membubarkan ormas Islam HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) tanpa pengadilan.

“Tidak ada satu ormas non Islam yang dibubarkan Jokowi. Gerakan Papua Merdeka yang berafiliasi dengan kelompok non Islam dibiarkan saja. Padahal sudah menimbulkan korban ratusan atau ribuan jiwa. Harusnya gerakan itu dibubarkan dengan pembentukan organisasi semacam densus,” terang Nuim, alumni magister politik dari Universitas Indonesia dikutip Swamedium.com.

Dari data yang dikumpulkan Forjim Institute, pembubaran ormas Islam HTI itu atas tekanan konspirasi internasional. Pemerintah Amerika dan Australia terlibat dalam pembubaran itu. Sidang PTUN yang ikut mendukung pembubaran HTI beberapa waktu lalu, juga diintervensi pemerintah.

Pembubaran ini dirancang lebih dari tujuh tahun.

“Dan memang maaf, Kiyai Makruf Amin gongnya. Istana tidak akan berani membubarkan HTI kalau Makruf Amin Ketua MUI nggak ngomong duluan. Itu permainan catur yang cantik,” terang penulis buku Imperialisme Baru itu.

Nuim melanjutkan bahwa setelah Ketua MUI memojokkan HTI, maka tokoh-tokoh Islam mati kutu. Dan muluslah kemudian lobi-lobi partai pemerintah di DPR untuk melarang HTI.

“Maaf ya, kiyai Makruf ini pandai politik dalam negeri, tapi lemah dalam politik luar negeri. Karena itu dia nurut saja diarah-arahkan sama tim Jokowi. Dan tentu tokoh-tokoh non Islam berpesta pora dengan pelarangan HTI ini. Karena mereka tahu persis HTI adalah organisasi Islam yang solid, anggotanya kaum terpelajar dan kritis kepada politik nasional dan internasional. Maka saya tidak heran sekarang Kiyai Makruf jadi cawapres Jokowi 2019,” terangnya.

Nuim, yang juga Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Depok ini menambahkan posisi janin Kiyai Makruf ini nanti seperti Jusuf Kalla.

(Kaka)