Bandung, Beritainspiratif.com - Sepenggal kisah tentang keluarnya air zam-zam menjadi syiar islam tentang perjuangan seorang anak dan ibu yang taat kepada perintah Allah dan diuji dengan kesabaran.

"Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi’ar Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber’umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barang siapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui."

(Al Baqarah : 158)

Dikutip Vemale, Menyoal sa'i antara Shafaa dan Marwa, selain sebagai bentuk ibadah kepada sang pencipta alam semesta, ini juga sebagai pengingat akan sosok wanita mulia bernama Siti Hajar. Siti Hajar merupakan istri dari Nabi Ibrahim AS sekaligus ibunda dari Nabi Ismail AS.

Siti Hajar adalah wanita yang begitu mulia, cantik jelita lagi penuh kesabaran juga ketegaran. Sebagai seorang istri, Siti Hajar begitu patuh pada suami. Ia juga merupakan seorang wanita yang tawakal dan beriman dengan sungguh-sungguh hanya kepada Allah semata. Wanita yang menjadi perantara munculnya mukjizat air zam-zam ini bahkan dikenal sebagai sosok yang taat beribadah, tak pernah mengeluh atau pun pantang menyerah dalam berbuat kebaikan.

Pernikahan Siti Hajar dan Nabi Ibrahim AS

Siti Hajar merupakan istri kedua dari Nabi Ibrahim AS. Melalui Siti Hajar juga, Nabi Ibrahim AS memiliki buah hati dengan akhlak mulia yakni Nabi Ismail AS. Sebelum menikah dengan Siti Hajar, Ibrahim telah menikah dengan Siti Sarah. Sayang, pernikahannya dengan Siti Sarah tak kunjung memberikan buah hati di keluarganya.

Siti Sarah lantas meminta Ibrahim untuk menikah lagi. Awalnya, Ibrahim menolak permintaan Siti Sarah karena baginya, Siti Sarah lah satu-satunya wanita yang ada di hatinya. Namun Siti Sarah bersikeras meminta Ibrahim menikahi wanita lain dan berharap dari pernikahan tersebut sang suami akan mendapatkan keturunan.

Dengan berat hati namun tetap menyerahkan segalanya kepada Allah SWT, Ibrahim memenuhi permintaan Siti Sarah untuk menikah lagi. Ibrahim lalu mempersunting Siti Hajar. Dari pernikahannya dengan Siti Hajar, rupanya Ibrahim dikaruniai buah hati. Siti Hajar hamil dan melahirkan bayi laki-laki tampan yang diberi nama Ismail.

Kehamilan juga kelahiran Ibrahim ini rupanya membuat Siti Sarah merasa cemburu. Wanita itu meminta sang suami untuk membawa Siti Hajar ke tempat yang jauh. Ke tempat di mana Siti Sarah tak lagi bisa menemukan Siti Hajar dan buah hatinya.

Siti Hajar Dibuang ke Lembah Gersang

Atas kecemburuan istri pertamanya yang begitu menggebu-gebu, Nabi Ibrahim AS memutuskan untuk membawa Siti Hajar ke tempat yang jauh menuju Baitul Haram. Siti Hajar bersama Ismail buah hatinya dibawa menuju ke suatu lembah yang tiada rumput maupun tumbuhan sekali pun di sana. Tak ada juga air atau tanda-tanda kehidupan di sana.

Setelah berada di atas lembah, Nabi Ibrahim meninggalkan keduanya. Sebuah riwayat juga menceritakan bahwa Ibrahim tak menoleh sekali pun kepada Siti Hajar meski wanita tersebut menangis dan terus memanggil namanya.

Semakin jauh Ibrahim meninggalkannya, Siti Hajar lalu mengejar suaminya dan mengatakan, "Apakah Allah yang memerintahkan kepadamu untuk melakukan ini?." "Benar" jawab Ibrahim. "Kalau Allah yang memerintahkan demikian ini, niscaya Dia tidak akan menyia-nyiakan kami," ungkap Siti Hajar.

Munculnya Air Zam-Zam

Saat Ibrahim tak lagi kelihatan, Siti Hajar memandang semua wilayah di lembah, kosong, gersang dan sangat panas. Wanita berhati mulia ini pun berlari dari bukit Shafaa ke bukit Marwa sebanyak tujuh kali untuk mencari perbekalan dan berharap bertemu sufi yang akan membantunya. Sayang, ia tidak menemukan apapun.

Di tengah kebingungan juga kegelisahan yang menyelimuti hati juga pikirannya, Allah memberikan mukjizatNya. Dari bawah kaki Ismail kecil yang sedang menangis kehausan, muncul sumber mata air yang kini dikenal sebagai mata air Zam-Zam. Air itulah yang membantunya bertahan. Tak hanya muncul air, beberapa waktu kemudian juga lewat beberapa sufi yang akhirnya membantunya mengatasi segala kesulitan di lembah gersang.

Siti Hajar adalah sosok yang begitu tegar, tabah juga senantiasa bertawakal hanya kepada Allah semata. Ia juga menjadi cerminan sebagai seorang istri yang kuat dan tak mudah putus asa meski kesulitan bertubi-tubi menimpanya.

(Kaka)