Bandung, Beritainspiratif.com -Selalu harus berimbang, tapi seberimbang apapun yang saya lakukan, tetap ada yang menuduh bahwa saya tidak berimbang.

“Jangan berdiri di tengah jalan karena anda bisa di tabrak dari kiri, kanan dari depan dari belakang.” Kutipan Bang Karni

Kutipan Bang Karni adalah derita yang dirasakan orang-orang yang netral.

Sikap netral dalam beragama adalah bentuk sebuah kebodohan kerapuhan; tidak ada dasar pijakan.

Bagaimana seorang muslim bisa katakan netral dalam berragama, sedangkan al-Qur’an adalah sumber kebenaran yang harus kita pegang.

Ketika al-Qur’an mengatakan “Jangan mengambil pemimpin dari orang kafir.” Maka muslim yang baik harus mengambilnya, adapun yang mengatakan “Aku netral.” Berarti ia sedang menunjukkan akan kebodohannya akan agamanya sendiri.

Ketika ada yang menghina al-Qur’an dan ia mengatakan, “Aku netral dan biasa-biasa saja.” Juga menggambarkan akan kebodohan dan kerapuhan agamanya.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesi, netral adalah, “Tidak berpihak (tidak ikut atau tidak membantu salah satu pihak. Atau tidak berwarna (dapat dipakai untuk segala warna).”

Kesimpulannya adalah, “Abu-abu.”

Beragama dengan cara abu-abu atau tidak ada kejelasan, merupakan ciri kemunafikan. Bermuka dua dan tidak ada landasan berpijak. Dan mereka ini, sudah Allah ceritakan dalam surah al-Baqarah ayat delapan sampai dua puluh, yang ujung-ujungnya Allah katakan

وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ

Dan pengetahuan dan kekuasaan Allah meliputi orang-orang yang kafir. Al-Baqarah: 19.

Yaitu perlakuan mereka sudah seperti orang kafir, ya mendukung.

Dalam Islam sendiri, seperti yang kita ketahui secara garis besar, manusia itu terbagi menjadi tiga golongan; beriman, kafir dan munafik. Dan dalam Al-Qur’an, puluhan kali disebutkan bagaimana menyebalkan dan berbahayanya kelakuan orang-orang munafik ini.

“Dan mereka (orang-orang munafik) mengatakan, “Kewajiban kami hanyalah taat”. Tetapi, apabila mereka telah pergi dari sisimu (Muhammad), sebagian dari mereka mengatur siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang telah mereka katakan tadi. Allah mencatat siasat yang mereka atur di malam hari itu, maka berpalinglah dari mereka dan bertawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah yang menjadi pelindung.” (QS. An-Nisa’ : 81)

“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (munafik) yang berkata, “Kami mendengarkan,” padahal mereka tidak mendengarkan (karena hati mereka mengingkarinya.” (QS. Al-Anfal : 21)

“Dan Allah pasti mengetahui orang-orang yang beriman dan Dia pasti mengetahui orang-orang yang munafik.” (QS. Al-‘Ankabut : 11)

Bahkan saking bahayanya orang munafik ini daripada orang kafir, hukumannya pun kelak di akhirat sangat keras, sebagaimana siksaan kepada orang kafir yang memusuhi Islam.

“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapatkan siksaan yang pedih.” (QS. An-Nisa’ : 138)

“Sungguh orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.” (QS. An-Nisa : 145)

Alquran akan membelamu diahirat, jika seorang muslim memilih muslim jadi pimpinannya.

Allah SWT tak pernah ingkar janji.

•Jangan merasa nyaman dan aman jadi setan bisu

Banyak kita jumpai saat ini muslim yang mengambil sikap katanya netral, tidak mau ambil pusing, tidak mau repot, tanpa sadar mencari muka dihadapan manusia tapi buang muka dari ridho Allah SWT.

Saat Agamanya dihina, diinjak-injak,

Nabinya dilecehkan,

Ayat Sucinya dinistakan,

semuanya disikapi netral, baik karena khawatir dibilang fanatik,

khawatir SARA, dan tidak enak sama non muslim

dan alasan-alasan yang dibangun oleh persepsi dan ilusi,

bukan Iman dan argumentasi.

Ketahuilah, netral dalam situasi seperti ini dalam Islam disebut syetan bisu.

Abu Ali Ad Daqaq Rahimahullah mengatakan:

ُ مَنْ سَكَتَ عَن ِالْحَقِّ فَهُوَ شَيْطَانٌ أَخْرَسُ

.

"Siapa yang diam saja tidak mengambil sikap bersama Al Haq,

maka dia adalah syetan bisu".

(Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, 2/20)

Ketahuilah, pertarungan Al-Haq dan Al-Bathil itu abadi selamanya,

Apakah mau seumur hidup menjadi muslim abu-abu..?

.

Ketahuilah, di Akhirat nanti tidak ada muslim netral,

yang ada hanyalah golongan kanan dan golongan kiri...

Perjelas Posisimu...!

Ketahuilah, di Akhirat nanti dari golongan manusia

hanya ada ahli surga dan ahli neraka,

bahkan ashhabul a'raf pun akhirnya masuk Surga.

Perjelas Sikapmu!

Rencanakan Tempatmu!

.

Ketahuilah, di Akhirat itu manusia terbagi menjadi 3 golongan:

1. Golongan mukminuun (muslim ta'at)

2. Golongan kafiruun (diluar Islam)

3. Golongan munafiquun (muslim tidak ta'at)

Maka golongan kafiruun dan munafiquun akan masuk Neraka jahanam

mereka kekal di dasarnya & tidak bakalan pernah diangkat.

أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّهُ مَنْ يُحَادِدِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَأَنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدًا فِيهَا ۚذَٰلِكَ الْخِزْيُ الْعَظِيم

.

"ُTidakkah mereka (orang-orang munafik itu) mengetahui bahwasanya barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya,

maka sesungguhnya neraka Jahannamlah baginya,

dia kekal di dalamnya. Itu adalah kehinaan yang besar".

(QS.At-Taubah: 63)

Maka Yang Manakah Kamu...?

Ketahuilah, netral itu bukan kemajuan sikap,

tapi jumud/pikiran sempit, kaku, statis, dan jalan di tempat...

Ketahuilah, hidup di dunia hanya sekali dan mati juga sekali,

maka Matilah dalam keadaan Muslim yg dibanggakan orang-2 beriman dan Rabbmu, matilah di atas jalan yang pernah dititi para pejuang mu'min dan pendahulu yang Shalih.

Perhatikan firman Rabbmu:

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya,

dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-2 mukmin (kafirun dan munafiquun), Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu

dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam,

dan Jahannam itu Seburuk-Buruk Tempat Kembali".

Semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan diatas yang kelak dilaknat oleh Allah SWT. Aamiin Ya Robb....

(Kaka/berbagai sumber)